34. Tabu (Half Siblings)

9.3K 21 2
                                    

tabu1/ta·bu/ n yang dianggap suci (tidak boleh disentuh, diucapkan, dan sebagainya); pantangan; larangan

tabu1/ta·bu/ n yang dianggap suci (tidak boleh disentuh, diucapkan, dan sebagainya); pantangan; larangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Half Siblings

By Tamara Aruna

"Keputusan gue udah fix. Kalau cuma keberatan doang, lu pasti akan ngatain gue berlebihan. Bagaimanapun, dia adik elo. Meski gue bilang, dia half siblings, bukan sekandung, lebih kayak sepupuan karena ibu elo beda ama ibu dia, tapi buat elo sama. Dia adik elo. Titik. Gue nggak ada alasan buat cemburuin kedekatan elo berdua. Gue hargain kesediaan lu nyeritain latar belakang hidupnya, sebagai manusia gue turut sedih, tapi ya cuma sebatas itu. Selebihnya, gue tetep cemburu. Gue berusaha tepis, tapi nggak berhasil. Daripada gue makan ati, mending kita putus aja lah. Gue nggak mau terjebak dalam hubungan di mana perasaan gue nggak tervalidasi karena alasan, 'She's my half sister. You're being ridiculous,' atau, 'Kamu nggak inget apa yang udah dia alamin?' So... bye. Jangan hubungin gue lagi. Ini udah final."

Gue mencoba menghubungi tiga, atau empat kali sebelum nomor diblokir. Daripada pusing, gue tinggal tidur siang.

Ya udah lah... ini juga bukan kali pertama gue diputusin gara-gara Callista, emang mereka aja yang cemburuan. Kenapa, sih, cewek-cewek apa-apa dijadiin saingan? Emang salah kalau Callista deket ke gue? Gue udah ceritain semuanya. Nggak ada yang gue tutup-tutupin. Awalnya mereka selalu paham, ikut prihatin, lama-lama semuanya sama aja. Nggak kuat nahan cemburu.

Nomor gue masih diblokir dua jam kemudian. Kayaknya kali ini Dias serius. Kalau ngambek biasa, paling lima atau sepuluh menit udah bisa dihubungin lagi. Gue mendesah berat, mengelus dan menyingkirkan paha mulus Callista di atas perut gue dengan hati-hati. Adik perempuan gue itu melenguh dan berguling telentang, melanjutkan tidur dengan bibir agak terbuka. Dia cantik mirip boneka. Di situlah masalahnya. Coba kalau dia jelek, cewek-cewek gue nggak akan secemburu ini kalau tahu Callistaa suka nyusulin gue tidur siang, atau malam hari.

What can I say?

Dia ngalamin trauma berat. Tiap gue ulang kembali kisah hidup Callista yang terjadi sekitar dua tahun lalu, mantan-mantan gue selalu bilang, mereka ikut sedih, nggak bisa ngebayangin apa yang dialami Callista terjadi dalam hidup mereka.

Nah, kalau mereka bisa. Mereka pasti akan paham.

Callista sebatang kara. Ibu sama bapaknya tewas dibunuh di depan matanya, rumahnya ludes dirampok. Cuma dia yang dibiarin hidup. Otak perampokan sadis itu adalah supir pribadi ayahnya sejak lama. Dia nggak tega ngebunuh anak majikannya karena telanjur sayang. Berkat dia juga, Callista nggak jadi diruda paksa oleh salah satu komplotannya. Ironis, sih, kalau gue bilang berkah, tapi setidaknya Callista selamat.

Sebelum kejadian itu, gue hanya mengenal ibu Callista sebagai sahabat ayah gue, dan kami hanya pernah bertemu sekali lima tahun sebelum kejadian nahas itu. Ayah dan ibu Calista hadir di pemakaman ibu gue. Mendiang meninggal tanpa tahu rahasia terkelam yang disimpan ayah gue darinya. Ternyata, Callista adalah anak hasil hubungan gelap antara bokap dan sahabatnya. Kurang jelas apakah ayah Callista tahu tentang itu, atau enggak. Gue kecewa, jelas. Ke bokap.

Mature ContentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang