7. The Photographer (Best Seller 1)

20.5K 42 0
                                    

*Cerpen Best Seller 1 di kumcer dewasa gue*

Cerpen 7. The Photographer

"Kita akan melakukannya di sini. Kau bisa mulai berjalan dari arah sana, sekitar lima meter dariku, dan aku akan mengambil gambarmu secara terus menerus sampai kau berdiri satu meter dariku. Kau mengerti, Delia?"

"Okay."

"Lepaskan celanamu dan buka kemejamu supaya mengeriap terbawa angin. Jangan pedulikan aku dan nikmati saja perjalananmu seolah kau benar-benar sendiri, minding your own business, jangan melihat ke arah kamera sampai kita berjarak hanya satu meter. Selanjutnya, aku akan mengarahkanmu lagi. Bayangkan kau baru saja sembuh dari patah hati yang menyakitkan, lalu berlibur ke tempat yang jauh, seorang diri, dan kembali menemukan arti hidupmu tanpa seseorang yang kaucintai. Aku menginginkan ekspresi seperti itu. Lalu saat kita bertemu di sini nanti, aku ingin kau mulai menggodaku dengan lirikan mata dan senyummu."

"Okay."

Itu tidak akan terlalu sulit, pikirku sambil menanggalkan celana denim pendek yang membungkus ketat bokongku. Saking ketatnya, aku tak sengaja menarik serta celana bikiniku yang hanya terdiri dari tali-tali kecil dan segitiga mungil untuk menutup area pribadiku. Aku meringis sambil mengatakan maaf karena pada saat yang sama, Giorgino tengah membidikkan kameranya padaku. Lelaki itu mengalihkan pandangan dan menggeleng samar, tak bisa pura-pura tak melihat apa yang tak sengaja kulakukan.

Menyebalkan.

Aku memberengutkan bibir.

Fotografer baru ini begitu dingin. Aku agak sebal padanya. Biasanya aku bekerja bersama Devon Chen, fotografer bermata sipit yang ceria dan selalu bercanda. Gurauannya acap kali membantuku mengusir gugup. Maklum, aku tergolong masih baru. Apapun bisa mempengaruhi mood-ku dan Devon sebagai fotografer profesional sangat memahami itu. Sayangnya, dua hari sebelum jadwal pemotretan ini, Devon mengalami kecelakaan saat memotret di gunung. Dia tergelincir dan kakinya keseleo parah. Aku sudah was-was pemotretan kali ini akan dibatalkan, tapi ternyata mereka punya fotografer cadangan.

Namaku Adelia. Usiaku baru genap 21 tahun. Awal tahun ini aku sudah diperbolehkan menandatangani kontrak sebagai foto model majalah dewasa. Sejak dua tahun lalu, aku meninggalkan rumah orang tuaku untuk mengadu nasib di kota besar. Aku mendapatkan uang dari berpose dalam bikini untuk kelengkapan artikel atau pembuatan kalender. Dengan ini aku membayar sewa dan membeli makanan, menyambung hidup di sela-sela kegiatan utamaku mengikuti audisi di sana-sini untuk menjadi seorang aktris dan penyanyi. Orang bilang, dunia modeling adalah jalan yang paling singkat untuk karir berakting. Banyak pencari bakat dan produser yang mengincar gadis-gadis cantik berbadan bagus untuk direkomendasikan ke rumah produksi besar. Tentu biasanya mereka akan meniduri kami dulu, tapi itu tak jadi masalah buatku. Aku akan melakukan apa saja untuk menjadi bintang terkenal. Itu impianku sejak kecil.

"Kau sudah siap?" Giorgino bertanya, alis tebalnya mengerut tak sabar. Siang ini matahari memang bersinar cukup terik. Aku hanya mengangguk dan berjalan menjauhinya dalam bikini dan blus yang kancingnya kubiarkan terbuka seperti perintahnya.

Sejak pertama bertemu, aku tahu dia orangnya kurang menyenangkan. Para pria yang dikelilingi gadis-gadis cantik selalu bersikap manis dan siap membantu, tapi Giorgino tidak. Dia kelihatan kurang nyaman dan sering mengeluh kalau para model cekikikan. Maksudku, dia tergolong kru baru, tapi sikapnya tidak mencerminkan bahwa dia senang berada di dalam team. Aku tidak menyukainya dan berharap kami tidak dalam grup yang sama, sialnya kami malah kebagian bekerja hanya berdua. Selama perjalanan kemari tadi, dia juga tak banyak bicara denganku di dalam van. Dia pikir dia yang paling tampan sedunia?

Yeah... dia memang sangat tampan sebenarnya. Daripada menjadi fotografer, dia lebih cocok menggantikan Chad sebagai model pria utama. Sewaktu dia memasuki ruangan pada briefing pertama kami beberapa hari lalu, aku dan Katherine agak heran karena dia tidak duduk di jajaran model pria. Kelihatannya, dia memiliki darah Hispanic, dilihat dari warna kulit, rambut ikal hitam dan tulang-tulang wajahnya. Selain memiliki mata yang sangat indah berwarna cokelat dan tatapan tajam bernaung alis lebat, tubuhnya juga sangat proporsional. Abs-nya memakau. Dia memiliki pundak lebar dan pinggang yang ramping. Siang ini begitu tiba di pantai, dia menanggalkan kaus dan mengeset kamera dengan bertelanjang dada. Ekspresi dingin dan seriusnya menambahkan kesan misterius yang mendebarkan. Semua yang ada padanya sangat menarik, kecuali sikapnya.

Mature ContentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang