Bab 7: Desain Pria - Love Message

751 92 1
                                    

"Kau, (Full Name). Kau ingin tahu cara meringankan bebanku, bukan?! Bagaimana kalau kita enyatukan tubuh tuk mencapai kenikmatan yang sesungguhnya" ucap Sukuna seraya menyentuh lembut pipi yang memerah.

Sang mangsa nampak membeku sejenak. Namun, kesadaran segera kembali sebelum kegilaan menguasai. (Name) menyingkirkan jemari yang menggelitik pipinya, kedua alisnya mengkerut, tatapan mata nampak begitu tajam. Topeng 'wanita galak' kembali hadir melindungi gadis itu.

Kesempatan Sukuna hilang. Ia sangat membenci topeng itu. Melihat tatapan jijik (Name) padanya menghilangkan rasa sisi gelap yang ingin menghancurkan sang budak.

"Hah, terserah" ucap Sukuna mengakhiri percakapan.

(Name) hanya bisa mengepalkan tangan. Ia kira Sukuna akan menjadi pria yang baik. Ekspetasi itu muncul karna satu bulan ini, Sukuna tak pernah membiarkan tangannya menyentuh (Name). Namun, hal itu dihancurkan oleh kejadian tadi.

Akibatnya, kesunyian dan canggung memenuhi suasana selama di dalam mobil. Tidak seperti biasanya, Sukuna mengantar (Name) kembali ke rumah bukan ke ruang kerjanya.

"Istirahatlah, aku akan menghubungimu"

Awalnya (Name) nampak bingung. Namun, ia memilih untuk tidak bertanya melihat tatapan Sukuna yang masih begitu tajam padanya.

_"Mungkin, ia butuh waktu sendiri"_ batin gadis itu.

Sukuna melajukan mobilnya begitu kencang. Sedari tadi tangan kiri setia memijat kening. Mulut tipis itu juga tak berhenti mendecih kesal.

Pria itu mengingat tangan kotor mahasiswa yang menyentuh helaian rambut (Name) yang telah ia rawat selama satu bulan ini.

Namun, ia juga menyesali perbuatannya yang tak sopan pada (Name) akibat sisi gelap yang lama tak hadir. Perasaan ingin memiliki, mendekap dan menjadikan budaknya sebagai hewan peliharaan yang patuh pada dirinya menjadi semakin besar.

Namun, ia tidak bisa menipu diri sendiri. Ia juga tak ingin budaknya terkotori. Pria itu sangat menjaganya. Namun sayang, saat ini kegelapan telah menyelimuti hati yang termakan emosi.

Di tengah kota yang masih begitu terang benderang, dengan langit yang masih berwarna biru indah, Sukuna memarkir mobil sportnya di salah satu kompleks bar yang menjadi langganannya.

Pria itu memasuki gang kecil nan gelap. Jalanan sempit yang tak sempat terpapar sinar matahari yang hangat. Udara disana terasa begitu dingin, bau yang tak begitu sedap, dan pemandangan gelap yang dipenuhi sejoli penikmat wanita, obat-obatan, dan minuman keras.

Sukuna menghentikan kakinya pada pintu kaca yang berbalut aluminum hitam. Tangan kanannya mendorong pintu hingga terbuka, menampakkan pemilik bar yang sudah lama tak ia jumpai.

"Oh, Tuan Sukuna. Senang bertemu denganmu lagi"

Sukuna menampakkan senyum khas. Ia kembali pada masa kelam. Pria itu memesan ruangan pribadi dengan satu wanita yang memiliki rambut panjang, postur yang mirip dengan (Name) untuk menemaninya.

Diantara gemerlap lampu warna-warni yang menerangi ruang itu. Wanita sewaan hanya melihat kegelapan. Karna Sukuna memerintahkannya tuk menutup kedua mata. Tak ada yang mereka lalukan, hingga pria itu menyingkirkan beberapa helai rambut yang menutupi kening wanita itu.

Sukuna mencium kening dengan lembut.

"Tu-tuan?"
"Kau adalah (Name). Jangan pernah berkata apapun kecuali memanggil namaku" perintahnya dengan nada mengancam.

.
.
.

Langit malam mulai terhiasi oleh gemerlap bintang. Lampu-lampu kota mulai padam, menunjukkan waktu tengah malam yang semakin dekat. Di salah satu jendela rumah, masih setia lampu menyala, menemani sang pemilik yang masih berkutat dengan kertas dan pena. Untuk pertama kalinya (Name) menggambar pakaian pria.

A Message (Sukuna x Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang