Bab 12: True Love - Pembicaraan

667 83 2
                                    

Kampus selalu terlihat ramai. Langit biru cerah berhias awan, serta terik matahari yang memberikan kehangatan. Saat ini wanita pendiam yang misterius tidak lagi sendiri. Semenjak ia dikenal sebagai asisten desainer terkenal, ia memiliki banyak teman, dipercaya oleh profesor dan memegang peran penting dalam perkuliahan.

Auranya begitu cerah, senyum manis selalu menghiasi, bahkan suara lembut dan kebaik hatiannya semakin menambah kecantikan. Wanita itu menjadi sosok yang begitu sempurna. Hingga semua orang senang berada di dekatnya.

"(Name), jangan lupa nanti malam ya?"
"Uhm, tenang saja"

Merekah senyum manis dari raut lugu. Kemerlip pantulan cahaya nampak menambah keindahan bulu mata. Namun sayang kecantikan itu hanyalah topeng semata.

Bunyi kunci pintu menggema di telinga. Tubuh itu begitu lunglai. Kaki melepas sepatu dengan sembarangan, melangkahkan memasuki rumah, dan tangan melempar tas di atas sofa.

Helaan nafas terdengar kala tubuh telah menyentuh permukaan sofa. Iris mata kecoklatan itu berkilau, menatap langit-langit seraya bergunam,
"Sudah satu bulan, bukan?"

Benar, satu bulan semenjak ia bertemu dengan Ryomen Sukuna. Pria yang memberikan dampak besar terhadap hidupnya. Titik balik kehidupan seorang (Full Name).

Ia akui, dadanya begitu sakit mengingat perlakuan pria itu. Ucapan kasar, eksploitasi alias perbudakan. Namun, ada rasa tidak terima dalam dadanya ketika wanita itu mencoba menghujat sang raja iblis.

"Aaagh- terserah. Aku tak peduli"

(Name) bangkit dari tidur, beranjak ke kamar mandi guna mendinginkan pikiran. Air hangat yang mengguyur kepala hingga ujung kaki. Pijatan air shower itu membuat ketegangan dalam dirinya menjadi berkurang. (Name) harus bersiap untuk makan malam.

.
.
.

"Selamat datang, silahkan memesan makanannya" teriak pemilik toko ketika pelanggan memasuki ruang makan.

Wanita cantik bersurai hitam, dengan japit berwarna biru salju yang indah. Jangan lupakan dress onepiece yang melekat di kulit putihnya. Tatapan meneliti setiap meja karna mencari rekan-rekan. Hingga ia mengabaikan pelayan yang bertanya,

"Permisi, apa ada yang bisa saya bantu" ucap sang pelayan memecah lamunan.

Wanita itu hendak bertanya kepada pelayan yang masih setia tersenyum. Namun suara familiar mengurungkan niat (Name).

Lagi-lagi wanita itu tersenyum di balik hati yang masih sesak. Setiap mata memandang pria berkemeja dengan rambut nyentrik, atau telinga mendengar suara berat nan serak, ia teringat pria yang sangat menyebalkan batin. Kebetulan yang menyebalkan, karna restoran dipenuhi oleh orang orang beraura seperti laki-laki itu.

(Name) memutuskan untuk menutup mata rapat-rapat dan menulikan telinga. Ia tak ingin menanggapi rasa yang menyiksa batin. Ia berlogika yang masuk akal. Alasan timbulnya perasaan karna Sukuna bukanlah alasan yang masuk akal.

Panggilan ramah mengalihkan sesak yang memenuhi dada. (Name) melihat teman yang menatapnya ramah, memanggil nama, serta menyambutnya dengan lawakan sederhana. Semua nampak tertawa, mengingat wanita yang baru tiba itu memiliki reaksi yang sangat menarik.

Setidaknya malam ini, biarkan saja gadis itu melupakan Sukuna dengan bercakap dengan lainnya.

"Ne, (Name), apakah kau masih berhubungan dengan desainer terkenal itu?" Tapi ternyata salah seorang pria menanyainya.

Pria itu merupakan mahasiswa kampus lain. Makan malam ini merupakan makan malam antara teman teman luar kampus yang memang ingin saling jumpa-Ah hentikan kata-kata rumit itu. Acara yang disebut makan malam ini adalah kencan kelompok.

A Message (Sukuna x Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang