Bab 11: Event - Perpisahan

697 90 7
                                    

Raut muka (Name) nampak begitu marah. Ribuan kutukan mengumpul di otak, namun bibir memilih terdiam agar tidak berucap keburukan. Hanya saja niat baik tak selalu berjalan mulus, pada akhirnya bibir itu mengeluarkan kekesalan,

"Aagh-" ucap (Name) sekaligus membersihkan pewarna bibir yang sudah kacau serta riasan yang luntur karna air mata.

Wanita itu mengingat kembali momen dimana Sukuna menciumnya secara kasar tiba-tiba. Ia mengingat betapa kejamnya pria bre**sek itu mengotori hubungan keduanya.

Berterima kasihlah kepada Prof Gojo. Bunyi panggilannya ke telpon genggam milik Sukuna memberikan celah kepada (Name) untuk kabur dari si raja kutukan yang telah tersulut amarah dan kecewa.

Saat ini (Name) bercermin mendapati mata sembab dan bibir yang sedikit bengkak. Ia memberikan sedikit olesan bedak pada kulit wajah yang pucat, menambah pewarna bibir dan memperbaiki riasan mata yang tadinya rusak.

"Hei, kau dengar rumor tadi. Katanya ada permasalahan mengenai shownya Sukuna"

Dua wanita memasuki toilet dengan kabar yang mengejutkan. (Name) mencoba tenang dan memperbaiki make upnya. Ia mencoba mengalihkan kesedihan ke sikap normalnya.

Namun, dua wanita itu semakin bermulut hiperbola. Selain itu, Tuhan tidak mengizinkan (Name) untuk tenang. Ada dorongan dalam diri yang membuat wanita itu tidak bisa membiarkan situasi show yang terancam. Ia terpaksa meredam emosi dan melangkah pergi dari toilet dan menuju ruang persiapan show untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

"Pada akhirnya aku tak bisa berdiam" bisik (Name) berkeluh kesah di lorong gedung.

.
.
.

Brak!

"Akui saja kau yang merusaknya?!"

"Sukuna-" Gojo menepuk pundak Sukuna. Pria itu bermaksud menghentikan Sukuna yang semakin meledak saat mengetahui baju desain miliknya rusak.

(Name) yang baru saja memasuki ruangan nampak begitu terkejut dengan emosi Sukuna yang memuncak. Padahal wanita itu seharusnya ikut tersulut api amarah karna dia baru saja mengalami hal yang gila. Namun beruntunglah hatinya lebih lapang dan mencoba memberikan solusi dengan mudah.

"Prof Gojo, biarkan aku yang menyelesaikan ini" ucap (Name) membuat Prof Gojo nampak melangkah mundur.

Sukuna masih menatap tajam kearah model yang memakai kostum yang robek begitu panjang. Bahkan rok itu bisa dibilang sudah tidak bisa diperbaiki lagi dengan mudah.

"Sukuna, hentikan tatapanmu itu. Itu tidak akan menyelesaikan masalah"

"Cih! Kau berani memerintahku?" Balas Sukuna menatap balik (Name) yang berada di belakangnya.

Semua orang nampak terkejut, reaksi Sukuna menunjukkan bahwa ia sangat marah mengingat ia berucap kasar kepada asisten yang sangat berharga sebelumnya.

"Baiklah. Aku memberimu solusi. Lihatlah dan kau bisa menilai"

(Name) berjalan mendekati model yang mengenakan kostum itu. Ia mengamati pola robekan yang masih terbilang rapi. Tanpa basa-basi, (Name) memotong gaunnya sendiri yang kebetulan memiliki warna yang sama dengan kostum itu. Ia menambah layer pada rok bagian dalam sehingga sobekan tersebut nampak disengaja.

"Jika kita rapikan sobekan ini dalam bentuk zig-zag maka polanya terlihat baik"

Sukuna nampak tidak suka. Pria itu mendecih dan mengembalikan badan, "Lakukan sesukamu."

Bunyi pintu yang ditutup begitu kasar membuat suasana menjadi tidak nyaman. Gojo menghela nafas. Ia menyarankan untuk mereka fokus pada show, dan mengenai Sukuna, biarkan Prof Gojo yang menyelesaikan.

"Baiklah semuanya, masalah telah terselesaikan. Mari kita selesaikan show hari ini dengan baik. Aku akan mendampingi kalian" ucap (Name) memecahkan keheningan.

Suasana menjadi lebih hangat. (Name) mencoba menekan sesak yang ia rasa dan mulai fokus untuk melakukan eksekusi. Ia tidak ingin show pertamanya hancur.

.
.
.

"Apa kau ingin menghancurkan rencanamu sendiri?" Ucap Prof Gojo mengetahui Sukuna yang berada di atap gedung.

Pria itu menghirup putung rokok dan membuka kancing kemeja bagian atas untuk melepaskan emosi yang terbendung.

"Tidak sebelum wanita itu menggoda pria lain" balas Sukuna tanpa mengalihkan pandangannya dari langit.

Angin nampak berhembus lebih kencang, mengajak surai rambut merah pudar itu menari diantara langit biru.

Pria berambut perak itu menghembuskan nafas. Ia melangkah mendekati salah satu bangku yang tersedia dan membiarkan punggungnya bersentuhan dengan kursi sehingga menimbulkan rasa nyaman.

"Kau harus menenangkan pikiranmu. Showmu akan hancur dengan kondisimu saat ini"

"Tidak usah kau banyak bicara. Aku tahu itu" balas Sukuna seraya menghirup putung rokok yang masih setia ia pegang.

Keheningan menyelimuti keduanya. Hingga kicauan burung, bunyi klakson kendaraan, atau gesekan kaca jendela karna hembusan angin kencang mengisi ruang sunyi.

Prof Gojo membantu Sukuna untuk lebih tenang. Ia memancing pria itu untuk bercerita mengenai permasalahan yang membuat pria manik merah itu tersulut amarah.

"Apa kau sangat ingin memilikinya?"
"Pertanyaanmu sangat tidak masuk akal, Gojo"

Namun sekali lagi, selama ini Gojo belum pernah berhasil membuat Sukuna menyadari tindakannya.

"Sampai kapan kau akan bertindak seperti ini? Tak lama lagi (Name) akan meninggalkanmu, bodoh"
.
.
.

Lampu show nampak berbeda. Musik showpun berubah sehingga memunculkan suasana fantasi yang begitu mengikat. Kini acara utama yang ditunggu tunggu telah tiba. Sesi ini merupakan sesi milik Sukuna dan (Name). Wanita itu begitu bekerja dengan keras mencoba mengorganisasi show dengan baik sebelum Sukuna kembali.

Model sesi awal sudah siap. Mereka berbaris sesuai urutan, dan (Name) sudah memastikan kostum utama dalam keadaan aman.

"Baiklah, semoga berhasil. Kalian berhati hati dan tunjukkan yang terbaik"

"Baik"

Suara pintu dibuka mengalihkan pandangan semua orang kepada tamu yang datang. Sukuna kembali dengan raut yang lebih tenang. Gojo tersenyum dan mengajak semuanya untuk kembali fokus.

(Name) mendekati kedua pria itu. Ia menatap tajam Sukuna dan menyampaikan informasi apapun yang ingin wanita itu sampaikan.

"Aku telah memastikan semua kostum dalam keadaan aman, semua sudah aku atur sesuai rencana. Dan kostum yang rusak itu sudah aku benahi. Jika ada yang kurang kau bisa memperbaikinya sendiri" ucap (Name) seraya mengalihkan pandangan ke depan.

Tangan Sukuna hendak menyentuh puncak kepala (Name). Namun pria itu terkejut melihat wanitanya menahan niat baik.

"Aku sudah menyelesaikan pekerjaanku. Sekarang aku akan pergi"

"(Name)-"

"Seharusnya kau tahu konsekuensi atas tindakanmu, Sukuna. Jadi, jangan pernah tunjukkan wajahmu itu dihadapanku"

.
.
.

To be continued

Kan (Name) sudah mencapai batas kesabaran paling tinggi. Gojo benar, kan? Jangan harap dia bersabar lagi padamu Sukuna.

So, bagaimana pendapat kalian?
Apakah alur kali ini sangat memuaskan?
Jangan lupa vote dan komentarnya ya~

A Message (Sukuna x Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang