Bagian 2: Balas dendam - Peduli

1.1K 130 3
                                    

Sinar lampu menerangi sebagian ruang bernuansa putih. Namun sinar itu tak terbagi secara merata. Ia hanya menerangi tempat yang ada di bawahnya dan membagi sebagian sinar untuk menyebar ke sudut ruangan. Kesan yang didapat ketika memasuki ruangan adalah gelap, sunyi dan mencengkam.

Pria yang sedari tadi berdiam diri di meja, menggabungkan kesepuluh jarinya yang menutup bibir, seraya menunjukkan tatapan tajam yang menusuk.

Pikiran Sukuna masih terkunci pada ucapan wanita- ah bukan sepertinya dia lebih tepat dipanggil bocah- yang melawannya di lorong kampus. Bocah yang bernama (Full Name).

(Flashback on)

_"Nilai yang kau sampaikan dari desain bajumu itu hanyalah kesombongan, kesendirian dan amarah."_

(Flashback off)

"Okey dokey, Nanamin kunh~ Bye-Agh Sukuna!" Pria berkaca mata hitam, berambut putih serta tingkahnya yang tak manusiawi itu adalah Prof Gojo. 

Pria itu memasuki ruang kerjanya dan disuguhi Sukuna dengan tatapan tajam serta menyebar aura negatif di sekeliling ruangan.

Prof Gojo berbicara banyak. Ia menyampaikan keluhan kepada muridnya itu seraya membuka tirai yang mengahangi cahaya matahari.

Prof Gojo mencoba menyadarkan Sukuna dari lamunannya, "Oi Sukuna!"

Namun pria albino malah mendapatkan jawaban kutukan dari mulut Sukuna, "(Full Name)!! Berani-beraninya bocah itu mengkritikku"

"(Full Name)? Bagaimana bisa kau mengenal nama itu?"

Sukuna tak mengalihkan pandangan. Pria itu terdiam dan menanggapi ucapan Prof Gojo dengan nada yang sangat ketus, "Carikan informasi tentang bocah itu"

Mendengar Sukuna yang diselimuti amarah, Gojo hanya bisa mengiyakan permintaannya. Pria itu tidak mau berurusan dengan Sukuna dalam mode iblis, karna itu merepotkan.

.
.
.

Aroma teh menyebar disekeliling ruangan. Jemari Sukuna masih setia membolak balikan lembaran informasi mengenai (Name). Ternyata usia mereka tidaklah berbeda. Sukuna hanya 1 tahun lebih tua darinya. Status mereka sama, yaitu mahasiswa kampus. Perbedaannya Sukuna tidak pernah masuk kelas, namun (Name) merupakan mahasiswi yang rajin.

"Ne? Kenapa kau mencari informasi tentang (Full Name)?" Tanya Prof Gojo yang sedari tadi diabaikan oleh Sukuna.

Namun sekali lagi, pertanyaan itu tak indahkan. Sukuna melempar lembaran itu dan meminum tehnya yang masih mengeluarkan asap putih. Tidak panas tapi hangat.

"Gojo, aku akan masuk kelas mulai besok" ungkap Sukuna membuat Prof Gojo yang hampir menumpahkan tehnya.

Prof Gojo memastikan kembali, "Hah?! Kau yakin?"

Tanpa keraguan, Sukuna membalas dengan anggukan. Prof Gojo membenarkan posisinya. Saat ini pandangannya serius, suaranya yang begitu rendah menampakkan bahwa ia tidak sedang bermain,"Sukuna, apa kau paham bahwa event akan diadakan dalam waktu dekat?"

"Percayakan padaku. Aku mendapatkan gairahku kembali"

.
.
.

Hari ini mendung, langit dipenuhi awan abu-abu, angin berhembus sedikit kencang. Sukuna mengendarai mobil sportnya, melaju dengan kencang tuk menuju kampus. Jadwal mata kuliah hari ini ada 3, dan kelas yang Sukuna ambil adalah kelas yang diambil (Name).

Pada kelas pertama, Sukuna berhasil mengalahkan argumen (Name) mengenai filosofi berkarya. Pada kelas kedua, Sukuna berhasil membuat kelompok presentasi (Name) tidak bisa menjawab pertanyaannya. Pada kelas ketiga, Sukuna berhasil membuktikan bahwa Pallete warna pilihan (Name) tidak tepat.

Jadwal hari ini berakhir. Namun, Sukuna belum.puas membalaskan dendamnya pada (Name). Ia tidak menemukan keberadaan (Name) dimanapun. Pria itu mengelilingi kampus, hingga petang yang semakin menampakkan warna jingga. Sampai akhirnya ia menemukan (Name) yang sedang membuat gaun vintage di ruang kerja.

Wanita itu mengerjakan baju yang masih berupa potongan-potongan yang belum disatukan. Bahkan terlihat bahwa ia mengganti warna dasar yang awalnya adalah nude, diganti dengan pallete yang Sukuna tampilkan pada kelas sebelumnya.

Sukuna mematung, ia merasakan rasa asing yang membuat dada kirinya sesak. Wanita yang dia anggap sebagai bocah itu bukanlah wanita sembarangan. Itulah kesimpulan pertama yang ia dapat.

Pria itu mengurungkan niat untuk membalas dendam. Kaki jenjang mengajaknya tuk pulang. Sambil tersenyum miring, pria itu bermonolog,

"Ku kira hanya keras kepala. Tapi... kau boleh juga, bocah" ucap Sukuna seraya meninggalkan ruang kerja.

.
.
.

Malam telah tiba. Angin dingin AC menyebar diseluruh ruangan. Saat ini, Gojo dan Sukuna sedang menikmati waktunya di ruang kerja Gojo. Pria bertato itu dimintai Gojo untuk memilah desain mahasiswa yang akan menjadi karya debut pertama mereka.

Awalnya Sukuna menolak, namun Gojo memancingnya dengan alasan mungkin saja ketika melihat karya mahasiswanya, Sukuna bisa mendapatkan ide untuk berkarya.

Namun Sukuna memanfaatkan waktu itu untuk menyusun rencana balas dendamnya. Ia menyuruh Gojo untuk menunjukkan karya (Name), "Gojo, tunjukan padaku karya (Full Name)"

"Hah? Mengapa kau tertarik padanya?!"
"Cih! Tunjukkan saja"

Lagi-lagi Gojo tidak mendapatkan jawaban. Iapun bangkit dari duduknya dan menggeledah almari dokumen karya-karya mahasiswa. Sampai ia menemukan album berwarna kuning berpadu putih dan hitam yang merupakan album karya milik (Name).

Sukuna mengambil album itu. Ia membalik tiap lembar dan mengamati karya yang terpampang. Tulisan yang ada disana begitu lengkap. Pria itu tersenyum tipis mengingat album ini yang sangat menggambarkan pembuatnya. Tidak seperti melihat karya sebelumnya yang begitu cepat dan terlihat tak peduli, Sukuna mengamati tiap detail yang digambarkan (Name) pada album itu.

"Gojo-"
"Apa?"
"Aku tidak sendiri di event nanti"

.
.
.
To be continued
Jangan lupa vote dan comment ya :D

A Message (Sukuna x Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang