Bagian 3 : Peduli - Budak

920 106 0
                                    

Malam begitu sepi dan gelap. Dibalik daun jendela yang terbuat dari kayu, masih terlihat cahaya yang menyinari kamar.

Suara bunyi mouse yang dipencet serta ketikan pada keyboard mengisi tiap ruang sunyi. (Name) masih bergelut dengan komputernya, menampilkan puluhan koleksi design Ryomen Sukuna.

Gadis itu melamun, ia teringat akan tingkah laku tak bermoral pria bertato itu. Dia sudah menghancurkan citra (Name) sebagai mahasiswi rajin dan pintar. Hal itu membuat (Name) mengepalkan tangan lebih erat.

"Untung orang terkenal, kalau tidak mungkin aku sudah memukulnya" ocehnya.

Iapun kembali menatap layar, mempelajari desain dan bentuk bentuk unik yang tercipta dari tangan Ryomen Sukuna.

Asap kopi dari cangkir masih setia melambai ke langit-langit, menemani gadis itu berkutat dengan imajinasi. Namun, tak lama berkutik, ia menghembuskan nafas kasar dan memilih untuk mematikan komputer. Langkah kaki membawanya menuju ranjang tidur, menerima fakta bahwa ia sudah sangat mengantuk.

.
.
.

Suara burung menyapa pagi yang begitu cerah. Tepat pukul 08.00, (Name) tiba di kampus. Setidaknya ada 10 menit sebelum Profesor memasuki kelas. Gadis itu membuka majalah online favoritenya, membaca artikel fashion dan melihat trend masa kini. Jemari lentik setia scroll halaman, pandangan pun tetap fokus pada layar.

Tiba-tiba hembusan nafas terasa dari daun telinga (Name), "Ohayou, (Full Name)"

Bruk!

Saking terkejutnya, gadis itu menjatuhkan hpnya ke meja. Setidaknya tidak jatuh ke lantai. Sukuna tersenyum puas melihat reaksi mangsanya.

Gadis itu menatap tajam Sukuna beberpaa detik, dan menghembuskan nafas kasar.

Dalam hati, _"Tidak ada untungnya membentak pria tak bermoral"_

Sukuna menampakkan ekspresi bingung. Ia mengira bahwa gadis itu akan membentaknya. Tapi ternyata, ia malah diabaikan.

"Aaa... Jadi begitu"

.
.
.

Kelas telah dimulai. Saat ini Profesor Gojo sedang menjelaskan materi di depan. Semua mahasiswa mendengarkan dan mencatat poin penting yang tengah dijelaskan. Namun tidak dengan Sukuna.

(Name) merasa tidak nyaman. Pria bertato itu menatapnya dengan intens bahkan seperti pria cabul yang ingin menerkam mangsanya.

Menakutkan.

"Apa yang kau mau?-
Kau sangat menakutkan dengan senyum itu"

Pria bertato itu puas. Ia membenarkan posisi duduknya, menyangga kepala di meja dan menatap (Name) lekat, "Hmmm, kau mengartikan perhatianku ke arah yang salah, Nona"

Mode flirty man.

(Name) menghela nafas. Ia tidak menanggapi pria itu dengan serius atau berakhir pada ketidakberuntungan,

"Baiklah, baiklah. Terima kasih atas perhatiannya. Jadi, kau mau apa dariku, Ryomen Sukuna?"

Umpan telah ditangkap. Sukuna tersenyum lebar dan hendak menyatakan keinginannya tapi,-

"Baiklah, mari kita bagi kelompok dan memulai sesi diskusi" ucap Prof Gojo membuat Sukuna menatap tajam dan mengirim aura kebencian.

Selama sesi diskusi, Sukuna tidak lagi menyerang (Name). Namun sebaliknya, pria itu selalu mendukung tiap argumen yang (Name) ungkapkan dalam kelas. Bahkan ia membalas argumen mahasiswa lain yang terdengar menyudutkan (Name).

"Ada apa denganmu? Apa kau sudah tidak tertarik untuk membullyku?" Bisik (Name) pada Sukuna yang masih setia duduk disampingnya.

Sukuna tersenyum tipis, "Bukankah itu bagus? Kau tak perlu lagi repot-repot membenciku"

A Message (Sukuna x Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang