Mataku melebar . Setahuku Ethan ini adalah seseorang pengusaha, bukan penjabat yang mengurusi kaum pelajar melalui kebijakan-kebijakanya . Tapi darimana ia tahu hal remeh-temeh seputar pengumuman beasiswa ?.
"Sayang , seingatku kau pernah membahas tentang nama angellina karena nilainya yang sempurna , study plan , dan motivation letter Nya yang luar biasa," ucap Cindy.
"Ah iya ! Kau juga masih ingat ?" Sahut Ethan cepat.
Mendadak telingaku melebar mendengarnya . Aku was-was . Aku tidak bodoh untuk menyadari jika akan ada sesuatu yang terjadi pada angel setelah ini . Arah pembicaraan tadi mengindikasikan bahwa beasiswa itu adalah urusan mereka.
Cindy tersenyum sembari menatapku . "Kalau begitu aku akan mengatakan pada Tantri untuk mencoret nama adikmu dari daftar awardees."
Wanita licik !!! Aku menyesal telah mengatakan soal beasiswa padanya.
"Kau tidak bisa mencampuradukkan urusan pribadi dengan pekerjaan ! Jangan bawa-bawa angel di sini," ucapku geram dengan suara meninggi.
"Kau yang membawa namanya dan mengatakan soal beasiswa," sahut Cindy datar.
Ia menyodorkan kertas perjanjian ini padaku . "Angel ke Jepang atau tidak ada beasiswa ? Semua ada di tanganmu."
Cindy memberikan opsi yang jelas jelas berat sebelah . Otakku buntu.
"Oke! Aku setuju!" Pekikku menyambar kertas itu untuk ditandatangani.
Senyum Cindy merekah . Tapi hal paradoks ditunjukkan Ethan . Tak sedikit pun ekspresi di wajahnya yang menunjukkan rasa senang seperti Cindy . Detik itu juga aku semakin menyadari jika ia sama sekali tidak menginginkan perjanjian ini.
"Sudah lewat tengah malam . Ethan akan mengantarkanmu pulang," ucap Cindy yang diikuti dengan helaan nafas suaminya . Ia memberikan salah satu surat perjanjianya untukku , sedangkan salah satunya lagi ia simpan.
Di mobil , Ethan hanya terdiam sepanjang perjalanan . Hanya aku yang sesekali bersuara karena harus menunjukkan jalan menuju rumahku . Bahkan ketika aku turun dari mobilnya pun , ia tidak mengatakan apa-apa
************_tak semua harapan mau jadi kenyataan_
|| ukiran tinta - dy🍓 ||
KAMU SEDANG MEMBACA
viewpoint
Teen Fiction[KARANGAN SENDIRI !] [ORIGINAL!] Jika aku analogikan , ia seperti grand piano, hitam dan putih dalam satu tempat, aku terjebak di ambivalensi dan keindahannya memukauku. Tapi di sisi lain ia dingin, rumit, dan sulit kupahami dengan segala kebenciann...