fragment 1.3 : the agreement

17 7 1
                                    

Aku meneguk minumanku di tengah dentuman musik yang menghentak di club malam . Sekadar informasi , aku bukan penikmat minuman alkohol . Aku tau diri jika uang di sakuku ini seperti antara ada dan tiada . Karenanya aku menghindari segala kemungkinan yang membuat kesehatan ku drop . Percayalah , sakit itu haram bagi orang miskin seperti ku.

Tiba tiba Oliv menyentuh bahuku

"Iin , ada yang ingin bertemu denganmu," ucapnya agak kencang

"Siapa ?" Tanyaku menggoyang kan gelas di udara dengan malas malasan

"Ethan yudhatama" jawabnya singkat.

Telinga ku tegak mendengar nya , seperti de Javu , aku seperti mengenal nama itu . Aku berusaha keras membuka lembaran memori ku , baik yang baru atau yang usang . Sayangnya aku tidak bisa mengingatnya.

"Katakan padanya , jika ingin kencan harus janjian dulu," sahutku datar . Aku sedang tidak ingin melayani tawaran kencan apapun malam ini . Bayaran dari Evy tempo hari sangat melebihi ekspektasi ku . Serius , pemuda Beijing itu sangat baik.

Oliv mendekat kan bibirnya ke telinga ku.

"Dia bilang membawa penawaran yang berbeda , bayaranya lebih tinggi," bujuknya merangkul dengan lembut.

Baiklah . Kalimat Oliv telah sukses menarim perhatianku . Tentu saja dia paham benar jika otakku bereaksi berlebihan kalau sudah menyangkut urusan uang .

Aku tersenyum . "Mana dia ?"

"Tepat di belakang kita," jawab oliv menoleh ke arah Ethan yudhatama yang ternyata telah berdiri di sana sejak tadi.

Aku turun dari kursi dan berjalan ringan mendekatinya . Mataku menyipit,berusaha menajamkan pengelihatan agar bisa menangkap sosoknya di tengah suasana club yang ramai . Saat melihat wajahnya dengan jelas aku terkesiap.

"Kau ...... Bukannya kita pernah bertemu?"

"Iya . Aku yang waktu itu di lift," tukasnya berusaha terlihat datar.

Bibirku membulat.

"Kenapa kau bisa tersesat ke sini ? Pasanganmu mana , hmmmmm ?" Godaku sambil mengangkat alis.
"Atau jangan-jangan .... Kau sudah putus dengan kekasihmu?"

"Aku kesini bukan untuk membahas itu . Dan kurasa , itu masalah pribadiku,"

"Oh, lalu kenapa kau mencari ku tuan ?" Senyumku berusaha ramah

"Panggil saja Ethan . Bisa kita berbicara di tempat lain ?" Ia bernegosiasi.

Aku mengamatinya sebentar . Gelagatnya membuat ku berfikir , ia pasti tidak terbiasa dengan club malam . Terlalu jelas bagiku untuk menilai bahwa dia adalah pria kikuk nan lurus yang hanya tau caranya kerja , lalu pulang ke rumah dengan damai , jauh dari hingar - hingar dunia malam.

"Baiklah tuan Ethan lima ratus ribu won untuk satu jam mengobrol," senyumku sok manis.

Ethan menghela nafas sebelum mengangguk . Ia menoleh pada Oliv

"Aku dan Lina keluar dulu," izin Ethan cukup sopan.

"Jangan kurang ngajar padanya!" Kata Oliv dengan wajah di garang garangkan.

Aku tersenyum sambil menepuk punggung Ethan dengan lancang.

"Nah , kau dengar kan apa katanya ? Bersikap baiklah padaku . Bisa pergi sekarang ?

"Ikuti aku," jawab Ethan singkat.


*********

viewpointTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang