fragment 1.1 : "the agreement"

41 9 2
                                    

"Heh ! kau dari mana saja ? oliv menunggu mu daritadi !"

baru saja mengangkat ponsel , namun indera pendengaranku sudah di jejali oleh suara tenor Oliv , sahabatku . aku sampai menjatuhkan ponsel ku ke lantai demi menyelamatkan telinga ku yang sebentar lagi mungkin akan pecah jika tidak di selamatkan ..

"Tidak usah teriak . Tunggu sebentar aku akan sampai !" Balasku jengkel sembari mengayunkan langkah menuju lift

"Dari mana kau?"
"Perutku mendadak mules , apakaumau aku buang angin di depan tamu tamuku ?" Oliv menghela nafas mendengar alasanku .

"Yasudah sana temui Evy!"
"Iya . Bawel!" Sahutku mengahiri panggilan

Sudah dua hari ini aku menemani teman Oliv yang bernama Evy . Kalian harus tau kalau bayaranya tinggi . Tentu saja aku mau menerima tawaran yang bagus itu . Jumlah bayaranya saja membuatku tersenyum seperti orang gila . Kalau seperti ini terus , aku pasti bisa jadi orang kaya baru .

Aku memasuki lift dengan senyum yang masih terjaga . Bodohnya , aku bahkan tersenyum pada pria tampan yang ada di sana . Pria itu hanya menatapku dingin yang seketika membuat senyumku menguap.

Pintu lift menutup . Aku melirik pantulan bayangan pria itu . Ia memiliki wajah tirus dengan garis rahang tegas . Sorot matanya yang gelap .... Terlihat sangat tidak bersahabat.

"Kenapa kau melihatku seperti itu ?" Ucapnya tiba tiba , yang membuatku sedikit terkejut
"Mungkin karena kau tampan," sahutku asal .
"Aku sudah punya pasangan . Tidak usah menggodaku," tukasnya dingin

Aku memutar bola mataku dengan malas.
"Aku tidak sedang menggodamu . kau bertanya , ya aku menjawab apa adanya . Salah ?"
"Iya itu salah."
"Tch! Jadi orang yang jujur salah di matamu ?"
Decakku tidak percaya
"Baiklah tuan , sejak kapan kejujuran itu salah ?"

Lift berhenti tepat setelah aku menyelesaikan kalimatku

"Dalam situasi tertentu , berbohong itu lebih baik daripada jujur,"
ucap pria itu lalu pergi begitu saja

Aku terpaku. Satu kalimat yang sangat aku benarkan . Aku mengumpat pada diriku sendiri . Bukankan aku juga penganunt aliran itu ?
Contohnya , aku melakukan kebohongan kepada Ara adikku soal pekerjaan yang aku tekuni saat ini . Bahkan aku harus mengatakan Beratus ratus kebohongan lainya untuk menutupi kebohongan ku.
Miris!

Akhirnya aku tiba tempat tujuan . Di restoran hotel ini , aku melihat Evy tengah duduk berhadapan dengan seorang wanita cantik , "biar kutebak pasti dia adalah rekan bisnisnya" sahutku di dalam hati , lalu akupun menghampirinya.

"Evy , maaf lama,"
Ucapku seraya membukukan badan
"Tidak apa,"
Evy mengangguk dan memberikan isyarat agar aku duduk .
Ia menyentuh punggungku seraya memandang wanita cantik itu.
"Cindy chwa , ini pendamping ku selama di Seoul , namanya Lim Lina" ucap Evy
Wanita itu mengangguk "panggil Cindy saja,"
"Aku Lim Lina , panggil saja lina" senyumku
"Kau cantik sekali," balas Cindy memujiku.
"Terima kasih," sehutku tersenyum tipis.

viewpointTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang