Eighteenth

2K 322 16
                                    


🥀__🥀


Kehadiran Alli ditengah mereka mengambil seluruh perhatian. Bagaimanapun juga, Alli cucu pertama dari dua keluarga dan lagi, dirumah mereka sudah terlalu lama tidak ada anak kecil. Tidak ada yang tidak exited. Malah, Hani punya banyak waktu santai. Kadang Hani hanya akan memegang Alli ketika bayi itu ingin menyusu dan ketika Alli tidur, itupun tidak selalu.

"Tidur ke kamar mama papa lagi??" Hani mengangguk, semangat Jayandra dan Dania mempunyai cucu sangat tinggi. Sampai-sampai sepasang suami istri itu membaw Alli untuk tidur bersama mereka. Hani sih tidak masalah, toh nanti kalau anaknya nangis pasti bakal diantar kekamar mereka. Tapi papinya Alli nih yang rewel. Kalau malam ini jadi, artinya sudah tiga malam Alli tidak tidur bersama orangtuanya.

"Ambil lah Ni. Dibiarin gitu sih, nanti kalau anak mu gak kenal kamu gimana?"

"Ya coba kamu yang ambil, aku harus bilang apa coba??" Kadang Hani kesal sendiri, Januar selalu menyuruhnya untuk mengambil Alli dari kamar mertuanya sedangkan Januar-nya sendiri tidak bergerak sama sekali. "Gak enak lah aku, nanti jadi masalah lagi. Coba kamu sana yang ngomong"

Hani cuma gak enak. Ibaratkan, dia numpang dirumah orang. Hampir semua keperluan Alli dibeli oleh Dania. Hani juga ada kok beli, tapi kalau dibandingkan kualitas dengan yang Dania beli jelas punya Hani jauh kebelakang. Jayandra juga asik banget sama Alli. Lelaki yang baru saja berstatus kakek itu memberikan seluruh perhatiannya untuk Alli, bahkan posisi Cecil saja tergeserkan.


"Maksud aku tuh Ni, kan gak mungkin sampe gede anak kita ke kamunya pas mau nyusu doang. Aku juga mau main sama anak ku"

"Iya, justru karena kamu mau main sama anak mu. Kamu yang ngomong sama orang tuamu, kasih pengertian. Aku nih siapa Januar!!" Hani marah. Hari ini luka bekas operasinya dibuka perban, yang menemaninya kerumah sakit Dania dan Jayandra. Selagi dirinya diperiksa, Jayandra lah yang mengasuh Alli. Hani harusnya beristirahat sekarang, tapi Januar tidak tahu apa-apa. Lelaki itu dengan seenak hati menyuruhnya untuk mengambil Alli, padahal untuk malam ini niat Jayandra dan Dania itu baik. Agar Hani bisa beristirahat.







🥀__🥀







Beda kamar beda suasana tentunya. Kalau dikamar Januar dan Hani dalam suasana yang tak nyaman karena Hani yang minim penjelasan dan Januar yang kurang perhatian maka dikamar Jayandra dan Dania sedang dalam suasana yang ceria. Kalau dilihat dari luar, Jayandra ini seperti cuek kepada siapapun. Sifat tidak perdulian Janesh itu nurun dari Jayandra. Orang yang tidak mengenal Jayandra dengan baik pasti kaget dengan seluruh perhatian yang lelaki itu berikan kepada cucu pertamanya.


"Liat deh pa, mukanya mirip banget sama Janu waktu bayi" Dania menggenggam jemari mungil Alli, bayi itu tertidur dengan nyaman diatas kasur mereka.


"Bukan lagi mirip ma, ini beneran muka Janu waktu bayi" Keduanya terkekeh, tidak ada paras Hani sama sekali dalam diri Alli. Ya meskipun masih bayikan, nanti kalau sudah besar tidak tahu.


"Ini kenapa Al gak dianter kekamar kakak?? Memangnya mau bobo disini dia??" Cecil keluar dari kamar mandi. Rumah ini di design khusus, hanya kamar perempuan yang ada kamar mandi dalam. Karena Cecil dan Januar tukaran kamar, jadi kamar Cecil yang sekarang tidak ada kamar mandi. Cecil terlalu malas untuk kekamar mandi yang ada didapur, gadis itu. memilih untuk menggunakan kamar mandi yang ada dikamar orangtuanya.



"Nanti kalau Al nangis baru diantar, sekarang biarin aja kakakmu istirahat. Tadi ngeluh perutnya sakit dia"


"Loh, perut Hani sakit??" Ada Januar disana, lelaki itu baru saja masuk ketika Dania menjawab pertanyaan Cecil.


"Iya, tadi pagi pas kamu udah berangkat kerja dia ngeluh perutnya ngilu, jadi kita anter kerumah sakit. Nyampe disana dokternya bilang gak ada yang serius sih, malah buka perban dia. Tapi tadi sore katanya ngilu lagi"


"Makanya papa bantu ngasuh Al malem ini, mumpung dia gak rewel. Biarin istrimu istirahat dulu Nu malam ini. Kasihan" Jayandra melanjutkan kalimat Dania. Perubahan ekspresi Januar terasa sekali. Entah apa yang Januar rasakan, ketiganya tidak tahu.



"Makasih ya pa" Ucap Januar pelan. Jayandra menggeleng, lelaki itu berbaring pelan disamping Alli, lalu menarik Cecil untuk ikut bergabung dengan mereka.


"Daaah, tenang aja kalau sama mama sama papa. Kamu juga istirahat gih. Besok mau ngantor. Tidur jangan pules amat, nanti anak mu nangis, kami susah bangunin kalian" Januar mengangguk, lelaki itu menyempatkan diri untuk menciumi pipi Alli sebelum keluar dari kamar orangtuanya. Harusnya Januar tahu, kalau orangtuanya sebaik itu kepada dirinya dan Hani. Harusnya Januar tahu kalau Hani itu tidak mungkin setenang itu membiarkan bayinya tidur terpisah dengannya kalau Haninya baik-baik saja. Januar merasa bersalah.

Akibat ulahnya, Hani yang seharusnya istirahat dengan nyaman malah menangis sebelum tertidur.






🥀__🥀





Aku mau kasi satu konflik lagi, aku udah tau konfliknya. Tapi jalan menuju konflik yang ku mau itu, aku belum nemu😭😭😭😭

ˈfam(ə)lēTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang