Twenty two

1.9K 324 19
                                    





🥀__🥀




Masing-masing kamar dikediaman Jayandra memang sengaja diberi kedap suara. Tujuannya untuk menghargai privasi anak-anaknya dan membiarkan anak-anak bebas berekspresi dikamar masing-masing tanpa khawatir orang yang diluar kamar akan terganggu. Tapi siapa sangka kalau adanya kedap suara dalam ruangan malah mengundang kesunyian untuk beberapa orang khususnya malam ini.


Reiya dan Janesh sudah hampir satu jam duduk berhadapan dalam diam. Reiya duduk dimeja riasnya dan Janesh diatas kasur, Reiya memang sengaja untuk tidak berbicara terlebih dahulu. Janesh sedang dalam ketegangan tinggi, kalau diajak berbicara sekarang yang ada malah menambah masalah.


"Kita ngomongnya besok aja" Reiya bangun, berjalan menuju tempat tidur. Menunggu seperti ini hanya membuang waktu, menyaksikan Janesh, Januar, dan Hani tadi sudah membuat energinya banyak terkuras. Tapi sepertinya Janesh enggan, lelaki itu menahan tangan Reiya yang sedang menarik selimut.



"Aku minta maaf" Ucap Janesh lirih, Reiya menghembuskan nafas pelan. Dia benar-benar harus menjelaskan satu persatu kepada Janesh.


"Gini lho mas" Reiya mengambil kedua tangan Janesh untuk ia genggam, pembicaraan ini akan serius. "Aku gak mungkin cerita sama orang lain tentang rumah tangga aku kan?? Aku cuma punya kamu mas. Waktu aku capek, waktu aku sedih sama kehidupan aku sebagai istri, aku cuma bisa curhat sama kamu. Aku gak bisa cerita sama sembarang orang" Reiya berbicara selembut mungkin. Berharap sia-sisa emosi yang ada didiri Janesh segera menghilang.


"Tentang cerita aku kemarin, harusnya mas cerna dulu. Mas lelaki lho, katanya lelaki lebih mengedepankan logika. Gimana bisa mas langsung nyerang kak Hani kayak gitu?? Didepan suaminya lagi. Kalau aku yang digituin mas terima??" Janesh menggeleng, kalau memang ada orang yang berani membentak Reiya didepan matanya, dirinya saja tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi kepada orang itu. Tapi Januar?? Lelaki itu hanya membela seadanya.


"Nahkan, ngerasa bersalah kann" Reiya membawa Janesh kedalam pelukkannya. "Aku kemarin cuma capek mas, mungkin kalimat aku salah. Aku akuin, lain kali kalau mau cerita aku bakal milih kalimat yang paling baik deh. Tapi mas, mas gak boleh gitu ke kak Hani" Reiya memejamkan matanya pelan. Mencoba mengingat cerita Jiddah —pengasuh Reiya dan saudaranya yang lain— tentang istri-istri abangnya yang bahkan lebih parah dari Hani. Reiya salah, padahal dirinya sedang hamil tapi bagaimana bisa ia sejahat itu kepada wanita yang baru saja melahirkan, apalagi ini Hani.



"Besok, kita minta maaf ya sama bang Janu sama kak Hani" Reiya mengangguk, keduanya mengeratkan pelukkan masing-masing, transfer kekuatan.








🥀__🥀




Malam itu Dania menyambut Jayandra yang tiba-tiba sudah ada didepan rumah mereka dengan wajah datarnya. Dania tidak tahu kalau Jayandra langsung mengambil penerbangan pulang ketika Dania bilang kalau anak-anak sedang tidak dalam komunikasi yang baik, yang membuat Dania semakin takut adalah anak-anak yang baru saja selesai berkelahi. Tidak mungkin mereka mau diajak bekerjasama agar terlihat biasa saja.



"Papa gak bilang langsung pulang?" Dania mencoba mencarikan suasana, Jayandra hanya diam saja. Begitu masuk kamar lelaki itu langsung kekamar mandi, dan setelahnya duduk diatas ranjang disamping Dania.


"Mama tahu, kalau mama juga salah??" Dania diam. Dia sadar kalau dia keterlaluan, begitu dia sadar kesalahannya dia langsung mengalihkan tugas-tugas rumah itu kepada Cecil. Meminta anak bungsunya untuk membantu Reiya bekerja didapur meskipun sepertinya terlambat.


"Hani baru aja melahirkan, Reiya masih hamil muda dan kondisinya juga gak baik. Memang cuma kerjaan rumah, tapi kalau lelahnya berlebih bisa bahaya juga ma. Udah berapa kali papa bilang kalau mau negur anak-anak tuh dengan baik aja, jangan kayak gitu" Jayandra tahu kalau ia terlalu keras, tapi sebelum ia memperbaiki hubungan anak-anaknya, ia harus menasehati istrinya terlebih dahulu. "Mama bagi tugas Reiya sama Cecil waktu Reiya udah tumbang gak enak badan. Dia mana tahu kalau semua kerjaan itu udah dikerjain Cecil?? Dia tahunya kerjaan itu belum dikerjain dan malah jadi beban pikiran dia, takut kamu sindir lagi"



Dania semakin merunduk, semakin sadar kalau yang anaknya permasalahkan tadi akarnya ada pada dirinya. "Maaf" Ucap Dania lirih. Jayandra bukan tipe pemarah, tapi kalau sudah marah auranya jadi beda. Dan Dania takut,

"Minta maafnya bukan sama papa ma, sama anak-anak. Sama Reiya. Minta maaf karena mama kurang merhatiin Reiya sampai-sampai dia ngerasa kalau dia gak dianggap dirumah ini. Perhatiin lagi Reiya ma, meskipun kamu nganggapnya kamu ke Reiya itu sama kayak kamu ke Hani tapi Reiya gak dengan anggapan yang sama" Jayandra menghela nafasnya pelan, membuang ego disaat seperti ini sangat sulit. "Cita-cita kita buat jadi orangtua yang baik belum seratus persen sukses sayang, masih banyak yang harus kita lakuin. Bukan cuma mereka, tapi kita juga harus belajar"













🥀__🥀








Aku suka kalian berdebat di komentar 😍



Tentang double update, aku gak janji ya. Soalnya aku ini anak satu-satunya perempuan dirumah (setelah kakak ku nikah) jadi cuma aku yang diharepin mama buat bantu-bantu, belum lagi sama jadwal ngajar akuu. Tapiii, aku usahain buat muasin kalian💞






INGET, INI CUMA FANFICTION!!!!

ˈfam(ə)lēTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang