Seventh

2.2K 307 8
                                    

🥀__🥀

Jelas ada perbedaan antara kota dan desa, terlebih di suasana dan udara. Kalau dikota, baik Januar maupun Hani kadang hampir tidak pernah melihat langit biru, cuaca tertutupi kabut asap populasi dari kendaraan yang tidak pernah berhenti beroperasi. Meskipun ini adalah kampung halaman Hani, tapi tetap saja wanita itu masih terkejut dengan suasana menyegarkan, seperti paru-parunya baru saja mendapat sesuatu yang paling bersih.

"Gimana??" Januar berjalan mendekat, tadi Hani pamit keluar sebentar karena hendak mengangkat telfon, jadi ia memutuskan untuk menyusul Hani keluar, sekalian melihat dan menyapa tetangga yang lewat.

"Cecil yang nelfon, nanya gimana caranya manggang ikan" Keduanya terkekeh, bahkan perkara memanggang ikan saja Cecil masih harus menghubungi Hani padahal disana ada Dania yang bahkan lebih jago.

"Merengek gak dia??" Hani mengangguk, kekehannya belum selesai, wanita itu membayangkan wajah frustrasi Cecil, "Dia bilang jangan lama-lama, soalnya mama gak ada kita keinginan makannya malah aneh" Januar menggeleng. Cecil itu terlalu dimanja, sampai-sampai tidak bisa apa-apa. Atau mungkin Cecil tuh bisa, tapi karena ada orang yang lebih bisa diandalkan jadi dia diem aja.

"Ni, kamu gak tertekan???" Hani menggeleng, ia faham maksud pertanyaan Januar. Lelaki itu khawatir setelah mendengar bapaknya Hani ngomong, atau mungkin lebih ke mengeluarkan keluh kesah. Sedikit banyak Januar terganggu, merasa kalau ia gagal membahagiakan Hani meskipun maksud bapak Hani bukan seperti itu.

"Aku bahagia kok, nyaman juga. Kerjaan aku gak banyak?? Aku cuma beberes rumah. Orang tua kamu baik, even kita udah punya KK sendiri aja mereka masih suka ngasi duit. Reiya sama Cecil juga gitu, mereka udah kayak adik aku sendiri, selagi mereka masih mau belajar dan denger-dengeran ya aku gak masalah Janu. Tenang aja deh" Kalau Hani sudah bilang seperti itu, Januar tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Fokus utamanya adalah kenyamanan Hani, kalau Hani bilang ia nyaman, tidak mungkin Januar tetap mengotot.

Bagi sebagian orang, mertua seperti Jayandra dan Dania itu memang idaman. Mereka sangat pengertian. Ibarat kata orang, dimana bumi berpijak, disitu langit dijunjung. Begitu juga Jayandra dan Dania. Karena Hani yang masuk kedalam lingkaran mereka, maka Hani lah yang harus ikut aturan.




🥀__🥀



"Lagi ay, nah itu kiri dikit" Janesh terkekeh, ini sudah masuk jam istirahat, lampu-lampu rumah mereka juga sudah dimatikan tapi ia masih disini, memijat bahu sampai pinggang Reiya. Wanita itu mengeluh tidak bisa tidur karena seluruh badannya pegal.


"Kamu aneh ih, aku kalo badan pegel dan capek gini pasti tidurnya enak, lah kamu malah gak bisa tidur" Reiya mendengus, tangannya menarik tangan Janesh yang dirasa pijitannya memelan. Seharian ini dia benar-benar beberes rumah bahkan disudut yang tidak terjangkau pun sekarang sudah bebas dari debu.

Tadi pagi tiba-tiba saja Dania menerima telfon kalau keluarga Jayandra dari Kalimantan akan datang dan menginap untuk beberapa hari. Mau tidak mau Dania yang sudah bersiap memancing harus dibatalkan, menarik serta Reiya dan Cecil untuk membereskan rumah yang sebenarnya sudah sangat bersih menurut Reiya. Tadi ketika beberes, tubuhnya tidak merasakan lelah sama sekali, tapi sehabis mandi seluruh saraf nya seperti meminta untuk beristirahat.


"Rumah ini emang gak bisa tanpa kak Hani, duhh kak Hani harus cepet pulang sih ini. Bisa gila aku" Lagi-lagi Janesh terkekeh, padahal Hani besok sudah kembali lagi kerumah, tapi para wanita dirumah ini seperti sudah tidak sabar menantikannya.

"Coba ay buat rumah ini gak bisa tanpa kamu" Reiya mengangkat tangannya keatas lalu melambai, "Maaf nih pak Janesh, saya cukup tahu diri"

"Kenapa sih, bisa aja tau!!! Banyak belajar sama kak Hani ih, tapi beberapa hari tanpa kak Hani kamu udah ngelakuin yang terbaik banget kok. Kamu bangun pagi, kamu masak sarapan, kamu yang nyiramin semua tanaman papa diatas, kamu juga bantu mama nyiapin makan malam. Keren banget istri kuu" Janesh mendekap tubuh Reiya dari belakang, Ia akan terus mengucapkan kalimat-kalimat apresiasi sampai Reiya bosan. Bukan berlebihan, tapi itu memang pantas. Reiya sudah berusaha, dan ia berhak untuk mendapat pujian.




🥀__🥀



Oke, mari bahas kegilaan ku.

1. Ini selca setelah dua tahun hikssssss

 Ini selca setelah dua tahun hikssssss

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


2. ini jeno selca pake piyama yang haechan kasi😭😭😭

 ini jeno selca pake piyama yang haechan kasi😭😭😭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Aku udah another level gila, another level happy, gak tau lagi deh😭😭😭

makanya double up. semoga suka yaaaa

ˈfam(ə)lēTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang