Seventeenth

2.2K 315 14
                                    





🥀__🥀


Alli Bagaskara, bayi laki-laki dengan berat 3,2 kg itu lahir bersamaan dengan dengan jamnya matahari terbit. Semua orang serempak untuk menamainya Bagaskara, yang artinya matahari. Ada harapan disana. Harapan kelak ia akan sama bersinarnya seperti matahari.

Bagaskara bayi tampan yang hampir malang, karena begitu diperiksa kembali ternyata jantung Bagaskara sudah melemah, bayi itu sudah kelelahan mencari jalan keluar untuk persalinan, kalau mereka terlambat sedikit lagi mungkin bayi itu tidak dapat diselamatkan. Setengah jam sebelum operasi dimulai, Hani mengeluarkan cairan lagi, tapi berwarna hijau. Hal itu yang membuat dokter dan perawat semakin panik. Jayandra sendiri tidak main-main dengan ancamannya, kalau memang terjadi hal yang tidak diinginkan ia akan menuntut rumah sakit yang kebetulan adalah rumah sakit swasta.


"Pules banget mereka tidur" Januar mengangguk, jam besuk sudah tiba. Dania yang dari tadi menunggu didepan ruangan langsung berhambur masuk, disusul dengan Tari (Mamanya Hani).

"Ini Hani belum bangun efek bius apa memang karena ngantuk??"


"Ngantuk ma, tadi dia bangun sebentar kok waktu jamnya Al nyusu. Tidur lagi abis itu, tadi malem kan dia gak istirahat sama sekali" Dania dan Tari mengangguk, biarkan saja Hani tidur. Selagi anaknya tidak rewel itu tidak akan jadi masalah.


"Ini persalinannya gak sesuai prediksi kan?" Tari ikut dengan Dania berbaring diranjang yang satunya, fasilitas kamar VVIP memang begitu, mereka menyediakan dua ranjang, satu untuk pasien dan satu lagi untuk yang menjaga.


"Perkiraannya minggu depan ma, ini si jagoan kecil udah kebelet pengen liat dunia" Januar menoel pelan pipi anaknya.

"Padahal ya dek, nanti kalo dah gede pasti kamu pengennya balik kedalam perut mami mu lagi" Celetuk Cecil, gadis itu memang tidak meninggalkan ruangan Hani barang sedetik pun. Ia terlalu bersemangat melihat bayi kecil yang menjadi anggota baru mereka.


"Dunia jahat, tapi kamu punya keluarga yang baik dek. Jadi, kamu harus tumbuh jadi anak yang baik ya??" Bayi itu baru saja lahir beberapa jam yang lalu, tapi Cecil sudah menceritakan asam garam kehidupan. Al, berat ya beban mu sebagai cucu pertama.







🥀__🥀






"Tau gini, gak aku bawa kamu tadi malem kerumah sakit!!" Sudah dibilangkan kalau selama Reiya hamil Janesh tuh lebih banyak mengomel?? Sekarang juga, lelaki itu belum berhenti mengomel sejak satu jam yang lalu. Setelah masuk keruang operasi, Dania menyuruh Janesh untuk membawa Cecil dan Reiya pulang. Cecil menolak karena ia ingin ada disana, gadis itu ingin mendengar kabar dari dokter langsung tentang kakak ipar dan keponakannya. Sedangkan Reiya tidak bisa menolak, dia juga gak bisa terlalu memaksakan tubuh.


"Nesh, aku tuh gak enak badan loh. Kamu kayak gini aku jadi makin pusing" Reiya baru saja menyelesaikan morning sickness-nya. Kepalanya menjadi pusing dan badannya lemas. Ini hal biasa sebenarnya, tapi karena Reiya juga kelelahan tidak tidur semalaman jadi badannya drop. Wanita yang tengah mengandung muda itu terbaring tidak berdaya ditempat tidur mereka.


"Iya tahu. Kamu nih, selama hamil kenapa adaaaa aja halnya sih. Khawatir aku Rei" Janesh cemberut, dia pengen banget punya anak apalagi setelah ngeliat Januar, tapi kalau prosesnya nyiksa Reiya seperti ini, dia jadi gak tega.



"Aku biasa aja Nesh. Ini dibawa tidur juga enakan pasti. Kamu gak usah berlebihan gitu. Udah, jangan ngomel lagi, aku belum tidur sama sekali" Janesh mengangguk, tangannya bergerak menepuk pundak Reiya pelan. Berharap tepukkan itu bisa membantu Reiya agar segera tertidur.


"Aku harus banyak banget belajar Nesh. Semalaman aku nemenin kak Hani, aku jadi sadar kalau semua ilmu parenting yang aku pelajari tuh sudah dipraktekin sama orang kayak aku. Semoga kak Hani sama bang Janu masih lama ya Nesh tinggal disini, aku pengen belajar banyak sama kak Hani. Aku pengen, nanti kalau aku melahirkan, aku bisa setenang dia" Reiya bicara padahal matanya sudah tertutup. Janesh terkekeh gemas. Dikecupnya kedua kelopak mata Reiya.


"Kamu juga hebat kok sayang, kamu pasti bisa sehebat kak Hani atau bahkan mungkin lebih. Jangan kamu aja ya yang belajar, aku juga bakal belajar banyak. Selamat tidur sayang, i love you"


Kalau saja Reiya mendengar bisikan itu, ia pasti akan menghujani wajah Janesh dengan ribuan kecupan, tapi karena ia sudah terlelap jadi hanya Janesh yang semakin mengeratkan pelukan keduanya.






🥀__🥀




Cucu pertama laki-laki nihhh, cucu kedua apa kabar yaaaaa

ˈfam(ə)lēTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang