Twenty seven

1.9K 302 9
                                    



🥀__🥀





"Ini kenapa sih semuanya pada mau pergi?? Pergi aja, gak usah lagi perduliin mama sendirian dirumah ini!!" Reiya dan Janesh saling pandang. Jayandra sudah acuh dan hanya fokus pada Ipad nya. Dua bulan yang lalu, akhirnya Hani dan Januar mendapat izin untuk tinggal sendiri setelah drama yang panjang, sementara Januar dan Hani membujuk, Janesh dan Reiya ikutan mencari-cari rumah yang sesuai untuk mereka. Begitu ketemu pun langsung dibayar, karena kebetulan keduanya sama-sama punya tabungan dan ditambah sedikit oleh Jayandra.

Kalau dua bulan yang lalu Januar dan Hani mendapat beban drama dadakan saat meminta izin, kali ini Janesh dan Reiya pun sama tapi mungkin versi lebih dramatis lagi. Kesedihan Dania setelah Hani meninggalkan rumah belum hilang, sekarang ditambah Reiya. Apalagi dengan kondisi Reiya yang masih hamil besar.

"Gak mau abis melahirkan aja Rei?? Kayak kak Hani mu??" Dania mencoba untuk membujuk, meskipun besar keinginannya untuk merajuk tapi sebisa mungkin ia tahan. Ia tidak ingin menimbulkan perasaan tidak enak dirumah.


Reiya menggeleng pelan, "Bukan gak mau bu, tapi aku sama Janesh bukan tipe orang rapi kayak kak Hani. Semua barang kak Hani bisa disimpen dalam satu kamar, aku enggak. Aku butuh tempat lebih luas, kami memang sudah seharusnya tinggal dirumah sendiri ibu" Semalam, sebelum meminta izin kepada Jayandra dan Dania, Reiya sudah bicara kepada Hani terlebih dahulu. Hani menyuruhnya untuk menjelaskan sedetail mungkin, tidak masalah penjelasannya akan menyakiti hati Dania, nanti hal itu yang akan Dania pertimbangkan.

"Tapi kan bisa abis lahiran aja??" Dania masih kuat untuk membujuk, Jayandra dan Janesh memutuskan untuk tidak ikut campur. Membiarkan dua wanita itu yang bernegoisasi.


"Gak bisa ibu, rumahnya udah aku sama Janesh beli. Kata satpamnya juga perumahan disitu gak boleh gak ditinggali, minggu lalu kita udah ditanya kapan pindah. Dekat kok ibu sama rumahnya kak Hani, beda komplek aja tapi satu arah, ditengah komplek juga ada jalan yang nyatuin komplek kami. Ibu kalau mau main gampang" Dania menghembuskan nafas kasar. Saking banyaknya perubahan Reiya selama tinggal bersamanya, ia sampai lupa kalau Reiya ini adalah orang yang dulunya ia tidak sanggupi untuk berdebat. Berdebat dengan Reiya hanya akan membuat kolesterolnya kambuh. Jangan tanya kenapa yang kambuh malah kolesterol, karena Dania juga tidak tahu.










🥀__🥀











"Sejak kita ngasi izin anak-anak kita buat ngambil anak gadis orang, itu sebenarnya bukan cuma orangtua gadis itu yang kehilangan anaknya. Tapi kita juga" Jayandra mengelus punggung Dania. Keduanya tengah berbaring diatas kasur. Entah dapat angin darimana, tapi Dania bilang kalau ia ingin tidur sambil dipeluk Jayandra malam ini. "Mereka sudah jadi ayah, meskipun Janesh masih calon. Mereka punya tanggung jawab sendiri. Mereka juga mau bimbing rumah tangganya sendiri. Anak-anak bukannya lupa sama kamu, bukannya mereka ninggalin kamu. Mereka cuma lagi mgejalanin gimana seharusnya hidup. Meskipun kita gak masalah sama sekali, tapi gak mungkin kan mereka selamanya tinggal sama kita??"

Jayandra tidak ragu untuk berbicara panjang lebar, ia tahu kalau Dania belum tidur. Wanita itu mendengarkannya meskipun tidak mungkin Dania balas ucapannya.


"Kayak gimana papa waktu bawa mama keluar dari rumah orangtua mama. Begitu juga mereka. Mereka masih perduli kok, tiap dua hari sekali Hani datang, liat stock obat mama, liat obat papa. Bawa masakan, bawa ini, bawa itu. Tiap hari gak berhenti ngerecokin Cecil, suruh mastiin kita minum obat apa enggak. Reiya juga gitu, sejak kita masuk usia yang udah gak terlalu baik, dia masak lebih ke sehat. Dia gak bisa, tapi dia belajar" Tangan Jayandra tidak berhenti mengelus, ia pun sebenarnya sudah mengantuk tapi Dania harus ia beri pengertian. Wanita itu sudah murung sejak Hani pindah, akan semakin murung ketika nanti Reiya pun ikut pindah.



"Papa sering bilangkan, anak-anak kita itu udah pada besar. Selama ini mereka terbang dibelakang kita, kali ini kita biarin ya mereka terbang bebas. Asal berbangnya gak melenceng sana sini. Mama boleh sedih, tapi jangan sampe punya fikiran kalau dua menantu mama mau ninggalin mama. Dua menantu mama itu, bakal tetap jadi menantu kesayangan mama. Nanti, mama mau nginep dirumah mereka gantian juga gak apa. Biar papa yang jaga rumah"


Kalau dilihat sekilas, Dania memang seperti tidak terlalu perduli dengan dua menantunya. Tapi sebenarnya, ia begitu menyayangi keduanya. Hani dan Reiya itu sama, tidak ada bedanya. Dania menyayangi keduanya. Hal itu pula yang membuat Dania susah untuk melepaskan mereka.






🥀__🥀






Minal aidin wal faizin yaaaa, maaf baru update lagi.


ˈfam(ə)lēTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang