Twenty five

2K 311 5
                                    





🥀__🥀




"Gimana??" Jayandra menyambut Dania didepan pintu kamar, hari ini ia mendapat jadwal libur karena habis dari dinas keluar kota. Dania menggeleng pelan, enggan untuk menjawab. Wanita yang sudah bersama Jayandra hampir separuh umurnya itu hanya berjalan pelan memeluk Jayandra erat.


Jayandra paham situasi, dielusnya belakang Dania untuk menyalurkan ketenangan. Sudah lama mereka tidak seperti ini, duka mereka, kadang masih disembunyikan. Tapi sepertinya untuk hari ini, Dania tidak ingin menahannya. Mendengar langsung apa yang menjadi keluhan kedua menantunya tentu saja tidak membuatnya baik, hatinya kecilnya bersedih. Banyak hal yang ada didalam dirinya yang masih perlu diperbaiki.



"Kalau mau nangis, nangis aja sayang. Aku disini, kamu gak sendiri" Jayandra masih setia mengelus belakang istrinya. Mendengar apa yang tidak orang suka dari diri kita tepat didepan muka bukanlah hal yang mudah. Dania harus mempersiapkan hati, dan setelahnya ia harus menenangkan diri. "Kita gak sempurna sayang, tapi apa yang mereka keluhkan bisa jadi untuk kita introspeksi. Kita bisa memperbaiki diri kita, Hani sama Reiya orang asing yang tiba-tiba tinggal sama kita, yang tiba-tiba jadi anggota keluarga. Wajar kok, latar kehidupan keduanya beda sama kita dan semuanya butuh adaptasi kan??"



Dania mengangguk, tangisannya mulai keluar. Ia tidak marah dengan kedua menantunya, ia hanya kecewa pada dirinya sendiri. "Aku cuma sedih pa, tapi gak sama sekali aku marah. Aku kecewa, gimana bisa aku ngelakuin itu semua ke kedua menantu ku"


"Sayang, kan aku udah bilang. Meskipun kita udah jadi kakek dan nenek, kita harus masih belajar. Jangan pernah merasa karena kita lebih tua jadi kita lebih faham semuanya. Kita memang perlu hal yang begini, kita perlu diskusi, kita perlu ngobrol dengan kepala dingin biar gak ada salah faham. Sudah ya?? Sedihnya jangan terlalu lama"



Dania bahkan sudah kehilangan kata-katanya. Bagaimana bisa Jayandra masih sama dengan Jayandra yang dulu berpacaran dengannya?? Untuk seorang yang diberi pasangan hidup seperti Jayandra, Dania rasa bersyukur saja tidak cukup.









🥀__🥀








Januar dan Janesh tidak pernah merasa secanggung ini. Kalau tadi pagi ada Jayandra dan Cecil yang membuang rasa canggung mereka, maka malam ini tidak ada siapa pun. Hani dan Reiya tengah sibuk berkeliling toko-toko, meninggalkan Januar dan Janesh menunggu disalah satu coffee shop didalam mall. Bahkan Hani sampai membawa Alli bersama mereka, padahal biasanya bayi kecil itu akan dititip ke Januar kalau mereka sedang berbelanja.


"Kopi lo cair bang" Janesh mendorong pelan cup kopi Januar. Januar terkekeh, bingung dengan suasana. Sudah dibilang, ini pertama kali keduanya bertengkar hebat. Walau Januar sudah memaafkan tapi tetap saja, ada sedikit gengsi untuk bertegur sapa, begitu juga dengan Janesh.



"Gue minta maaf" Janesh lagi yang membuka percakapan, kalau sama-sama diam mereka tidak akan pernah sampai pada sesuatu yang ingin mereka bicarakan. Biarlah Janesh yang bicara, toh memang kemarin kesalahan ada pada dirinya. "Gue paham, lo pasti marah banget kemarin. Setelah gue pikir lagi, kalau gue di posisi lo mungkin udah gue gebukin kali orang yang ngatain istri gue kayak gitu"



"Gue kebawa emosi banget. Maaf bang" Janesh menunduk, terlalu malu untuk bicara sambil menatap Januar.


Januar mengambil cup kopinya yang tadi Janesh sodorkan, menghisapnya dari pipet dan meletakkannya lagi dimeja. "Kenapa minta maaf ke gue?? Yang lo sakitin bini gue, gue mah biasa aja"


"Udah tadi pagi, pas lo udah berangkat kerja gue minta maaf sama kak Hani. Makanya ini dia belanja bareng Reiya pake kartu gue, katanya baru dimaafin kalo gue jajanin, jadi yaudah"


Januar tertawa, ia tidak tahu tentang itu. Tadi Hani cuma bilang kalau dia mau belanja hal-hal kecil untuk rumah mereka, sehabis ini mereka rencananya memang ingin meminta izin untuk tinggal sendiri. "Kartu gue aman dong ini??"


"Iya, masa lo gak sadar istri lo gak minta dompet"

"Mana ada!! Orang kartu gue semua dipegang sama Hani. Gue cuma pegang ATM nya Hani trus nanti dia yang transfer kesana buat jajan gue" Janesh mengangguk, faham dia. Januar itu borosnya kelewatan, sedangkan Hani tipe orang yang suka menabung, sangat bertentangan dengan Januar. Berbeda lagi dengan Janesh dan Reiya. Mereka berdua sama-sama boros, jadi mungkin tinggal tunggu waktu saja kapan mereka akan mengeluh tidak punya uang.



"Bang, kita jangan kayak gini lagi ya?? Untung istri kita kak Hani dan Reiya. Kalau bukan, benaran bisa hancur kayaknya persaudaraan kita"


Januar tidak menjawab, ia hanya mendorong kepala Janesh pelan. Kebiasaan. Setiap habis berkelahi, sebagai pengganti jabat tangan Januar memang akan mendorong kepala Janesh pelan.


Kalau kita ketemu orang yang tepat, kita gak bakal kehilangan apa pun.






🥀__🥀







Aku abis bikin outline cerita baru :)
pusing.....
draft aku udah banyak banget 😭😭😭

ˈfam(ə)lēTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang