Fajri membawa zweitson pulang dan merebahkannya di kasur, teman teman fajri pun ada disitu.
"Son, bangun" ucap fajri mengelus kepala zweitson.
Beberapa menit kemudian zweitson bangun dan langsung menjauh dari fajri.
"Gak!! Jangan deket deket sama aku!!" ucap zweitson berteriak.
"Hey, aku ga akan ngapa ngapain kamu" ucap fajri mencoba menyentuh tangan zweitson tapi dihempas begitu saja oleh zweitson.
"Zwei bilang pergii!! Zwei ga mau liat kalian!! Kalian jahat!! Kalian pembunuh!! Pergii!!" ucap zweitson berteriak sekencang mungkin.
"Jii kita keluar" ucap Shandy yang keluar diikuti yang lain.
"Pergii ajii!! PERGII !!!" teriak zweitson mendorong fajri.
Fajri pergi dengan lambat, setelah sampai di depan pintu kamar fajri menoleh ke arah zweitson.
"Pergiiiiiiii !!!!!"
Fajri menghela nafas lalu pergi meninggalkan zweitson yang menangis.
"Gak, gak, aku ga mau satu rumah sama pembunuh, aku ga mau aji bunuh aku, aku harus pergi, aku harus pergi ke rumah ayah sama ibu, aku ga mau sama aji, yah zwei harus kabur." ucap zwei lalu pergi ke depan pintu kamar sambil mengendap endap karna tidak mau ketauan fajri.
Zweitson sampai ke pintu utama dirumah itu, zweitson langsung berlali menuju kerumah ayah dan ibunya, dari rumah fajri dia tidak menaiki apapun, tidak ada taksi atau angkot yang lewat disana.
Sesampainya di rumah orang tua nya, dia langsung mengetok pintu dengan keras, ibu nya membuka pintu itu lalu terkejut melihat anaknya yang berpenampilan acak acakan dan mata yang terus mengeluarkan air bening.
"Nak, kamu kenapa?" ucap sang ibu lalu langsung memeluk anak semata wayang nya.
"Zwei ga mau sama aji, dia pembunuh bu, zwei takut" ucap zweitson sambil menangis.
"Yaudah zwei tinggal disini lagi yah, ayo ke dalam ada ayah kamu di meja makan" ucap ibu zweitson, lalu zweitson mengangguk dan masuk bersama sang ibu
"Ayah zwei pulang" ucap ibu zweitson.
"Ini kenapa zweitson?" tanya sang ayah khawatir.
"Ada masalah sama fajri" ucap ibunya
Sedangkan dirumah fajri
"Son? Zweitson? Astaga dia kemana?" ucap fajri lalu mencari cari zweitson.
"Fiki, Shandy, Banghan, ricky, gilang, fenly cepet kesini" ucap fajri berteriak
Teman temannya pun menghampiri fajri.
"Ada apa?" ucap fiki
"Cek CCTV sekarang!! Zweitson hilang" ucap fajri berteriak.
Semuanya kaget dan langsung mengecek CCTV disusul fajri.
"Zweitson bilang dia takut sama lo, dan dia pergi ke rumah orang tuanya" ucap Shandy.
"Bodoh!! Cepat kesana!! Setelah ini gue bakal siksa dia karna berani kabur dari gue!!" ucap fajri lalu semuanya pergi menyiapkan mobil.
Diperjalanan.
"Awas aja lo son, gue ga akan ampunin lo" ucap fajri dengan tatapan tajam nya.
Sesampainya dirumah zweitson.
Brukkk!!!
Zweitson kaget karna yang datang adalah fajri.
"A-aji"
"Oh udah berani kabur hm?" ucap fajri mulai mendekati zweitson, dan zweitson bersembunyi di belakang ayahnya.
"Tolong jangan bawa zweitson!!" ucap ayah zweitson.
"Jadi ada yang sok jadi pahlawan anaknya yah?" ucap fajri sinis, dan... Bug, bug, bug.
Fajri memukul perut ayah zweitson hingga terkapar, zweitson melihat itu langsung ketakutan dan meminta ampun ke fajri, fajri menyodorkan pistol ke kepala ayah zweitson.
"J-jangan" ucap ibu zweitson memohon.
"T-tolong jangan sakitin ayah aku, aku minta maaf udah kabur dari kamu hiks..." ucap zweitson memohon sambil memegang kaki fajri, fajri menatap zweitson lalu berjongkok.
"Sekarang kamu tau kan apa yang akan terjadi kalo kamu macam macam dengan ku?" ucap fajri tepat ditelinga zweitson, lalu zweitson mengangguk.
"Oke, untuk hari ini cukup sampai sini saja yah" ucap fajri lalu menarik kasar tangan zweitson.
Sesampainya dirumah fajri.
Brukkk!!
Tubuh lemah zweitson dihempas ke tembok, zweitson merasakan sakit yang menjalar di punggung nya, sekarang tidak ada fajri yang lembut kepadanya.
"Bersihkan seluruh rumah ini!! Setelah selesai buatkan aku air hangat!!!" ucap fajri lalu meninggalkan zweitson bersama teman temannya di ruang tamu.
Gilang, fenly, Shandy, ricky pergi menyusul fajri, tetapi fiki dan farhan masih berada di ruang tamu, lalu farhan berjalan menuju zweitson yang terduduk lemah lalu berbisik.
"Jangan ulangi lagi, fajri tidak suka dipermainkan" ucap farhan memegang pundak zweitson, lalu zweitson mengangguk dan farhan pergi menyusul teman temannya, hanya tersisa fiki dan zweitson.
"Hay" ucap fiki.
Zweitson menatap fiki dengan ketakutan, fiki yang mengerti langsung memegang pundak zweitson.
"Tenang, gausah takut, gue ga bakal ngapa ngapain lo kok, oh iya lu kelas 12 ips kan?" tanya fiki, lalu zweitson mengangguk.
"Kenalin gue fiki aulia, dari kelas 11 ipa" ucap fiki lagi, dan yahh zweitson hanya mengangguk.
"Teman?" ucap fiki menyodorkan tangannya, zweitson hanya menatap itu, fiki menghela nafas lalu ingin menarik kembali tangannya tapii zweitson mengambil tangannya.
"Teman" ucap zweitson tersenyum tipis.
"Oke, gue nyusul temen yang lain yaa, jangan mainin fajri lagi, oh iya maaf nih ga bisa bantu beresin rumah karna kalo fajri tau, lo yang bakal dihukum" ucap fiki
"Iya gpp"
Fiki tersenyum tipis, lalu pergi menyusul teman temannya, hanya tersisa zweitson disana, zweitson memikirkan ayahnya, apakah ayahnya baik baik saja? Ahh dia bodoh! Kenapa tadi dia kabur? Kenapa ga dipikirkan lagi kejadian setelahnya? Ahh sudahlah daripada kepikiran, dia langsung membereskan rumah
Setengah jam kemudian.
Dia selesai membereskan rumah yang sangat besar milik fajri, lalu dia membuatkan kopi untuk fajri karna beberapa menit lalu Shandy bilang kalo fajri ingin dibuatkan teh, setelah selesai membuatkan teh untuk fajri, zweitson langsung mengantarkannya ke kamar berkumpul mereka, dia menyodorkan kopinya dan fajri menerimanya dengan mata melihat ke arah lain, dia malas melihat zweitson lalu....
Byurrr...
Fajri menyemburkan kopinya.
"Lo bisa ga sih? Buat kopi yang manis? Ini kopi apaan? Pahit banget" ucap fajri lalu menyiramkan kopi panas ke tubuh zweitson, seketika zweitson merasakan panas dibagian perutnya.
Lalu apa yang terjadi???
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•Sampai sini dulu yahh maaf pendek!
Jangan lupa vote!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Matchmaking With Psychopath || JiSon Un1ty ||
Ficção AdolescenteMencintai sesama jenis???