Jangan Kurang Ajar, Dia Istriku!

69 2 0
                                    

🌟BAB 7🌟
[Jangan Kurang Ajar, Dia Istriku]

'Mas Zeeshan'

Aku membekap mulutku kuat-kuat. Mas Zeeshan rela menampar wajah sepupunya demi membelaku. Apa yang Mas Zeeshan lakukan patut untuk kuberi acungan jempol.

Seorang suami yang membela istrinya di depan umum. Itu sungguh sikap yang sangat jentelmen. Penilaianku pada Mas Zeeshan memang tidak pernah salah. Ia adalah figur laki-laki sejati di mataku.

"Aida, kamu baik-baik saja?" Ada raut cemas dan khawatir di wajahnya. Mungkin ia kaget melihatku terjatuh karena kursiku ditarik.

"Aku baik-baik saja, Mas," jawabku sambil menatapnya tanpa berkedip.

"Sini."

Langsung aku sambut uluran tangan Mas Zeeshan. Ia mengangkat tubuhku dengan mudah. Tubuhnya yang lumayan kekar tentu tidak diragukan lagi kekuatannya.

"Terimakasih, Mas." Aku langsung menghambur ke dalam pelukannya.

Saat ini semua pasang mata menatap benci ke arahku. Apalagi saat aku memeluk Mas Zeeshan. Aku ingin menunjukkan pada mereka, bahwa aku dan Mas Zeeshan adalah suami istri yang kompak. Jadi tidak akan ada perceraian diantara kami, dan perkataan yang dilontarkan cucu kesayangan beberapa waktu lalu jelas hoax.

Karena kenyataannya. Aku dan Mas Zeeshan tidak akan pernah bercerai. Itu sumpahku.

"Kamu baik-baik saja, kan Aida?" tanyanya lagi. Sepertinya ia begitu cemas dengan keadaanku.

"Aku baik-baik saja, Mas. Jangan khawatir."

"Hah. Tentu saja. Aku percaya kamu wanita yang kuat. Tidak salah aku memilihmu menjadi istriku."

Dalam situasi seperti ini, bisa-bisanya Mas Zeeshan membuatku tersipu. Duh, jadi hilang, 'kan kesan garang di wajahku. Aku malu sekali.

"Jangan ditahan kalau mau tersenyum. Manisnya bisa tambah, loh."

Mas Zeeshan benar-benar tidak tahu tempat. Ia menggodaku di hadapan orang-orang yang sedang menatap kami dengan mata marah, benci, dan kesal.

Melihat adegan ini pasti membuat dada mereka terasa sesak dan hampir meledak.

"Apa yang kalian lakukan. Berbalas puisi murahan di hadapan kami?" Itu suara wanita yang tadi mengaku ditolak oleh Mas Zeeshan. Karena Mas Zeeshan lebih memilih menikah denganku.

'Iri bilang, Bos.' Aku terpingkal-pingkal dalam hati. Ternyata menyenangkan melihatnya dengan wajah merah kepanasan.

"Benar yang Kakek bilang. Kalau Mas Zeeshan sudah berubah. Ia tidak mengerti tata krama karena sudah satu tahun hidup dengan wanita rendahan seperti Nona Aida," cibir si cucu kesayangan.

"Jaga mulutmu, Aldi. Dia adalah Aida Zeeshan Iskender. Dia istriku, artinya dia adalah kakakmu. Jadi jangan bersikap kurang ajar padanya. Karena jika kamu menghinanya, itu artinya kamu menghinaku juga. Dan jika kamu menghinaku, itu artinya kamu menghina dirimu sendiri. Karena darah yang mengalir di tubuhmu sama dengan darah yang mengalir di tubuhku. Darah Iskender. Artinya, kamu pun telah menghina Kakek."

Jadi namanya adalah Aldi. Bagus Mas Zeeshan, laki-laki ini memang harus tahu dimana tempatnya. Idaman sekali yang Mas Zeeshan lakukan. Suami terbaik.

"Zeeshan ... Zeeshan. Kamu menolak saat dijodohkan denganku. Sekarang, lihatlah dirimu. Penampilanmu juga sama-sama memalukan. Untung kamu nolak, yah. Kalau enggak saat ini mungkin aku sudah jadi gembel. Hahaha."

Suasana di sini semakin tegang saja. Udaranya berubah panas. Kugenggam tangan Mas Zeeshan, takutnya ia lepas kendali dan membongkar semuanya.

"Kamu nggak terima, Mas." Si cucu kesayangan terus saja berbicara. "Memang kenyataannya, 'kan kalau Nona Aida ini orang miskin. Gayanya saja kampungan banget. Lagian, 'kok Mas mau ya nikah sama dia. Ketularan gembel, 'kan?"

"Tutup mulutmu, Aldi. Aku tidak akan terima jika kamu terus menerus menghina istriku. Sesukses apa, 'sih kamu selama satu tahun terakhir. Sampai-sampai begitu angkuhnya kamu menghina Istriku."

Skak! Mat!

'Iya, sesukses apa, 'sih mereka. Sampai sombongnya ngalahin langit. Jadi penasaran.'

***

Bersambung ....

Runtuhnya Dinding KeangkuhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang