Pernah gak punya satu orang, di luar dari keluarga, yang bakal lu cari pertama kali kalau ada apa-apa? Itu gue ke Salayna. Selalu bareng dari jaman TK sampai sekarang, bikin gue selalu cari dia tiap ada apa-apa. Mau apa pun kejadiannya, selalu dia yang gue kontek pertama kali. Ya, setelah nyokap gue tentunya.
Kayak sekarang misalnya. Gue lagi iseng scrolling Instagram, sambil nunggu kiriman data kerjaan, pas menemukan tempat makan baru yang keliatannya enak dan dekat kantor. Tahu hal apa yang pertama kali lewat di kepala gue pas lihat iklan instagram barusan? Nelpon Salayna.
"Gue nemu tempat makan baru." Kata gue begitu Lay angkat telponnya.
"Elu udah pernah coba?"
"Belum, tapi kayaknya enak deh, Lay. Lu paham kan kenapa gue nelpon elu."
Gue bisa dengar Lay ketawa kecil di sana. "Makan siang ini? Atau balik kantor?"
Butuh waktu sebentar buat gue mikir. "Balik kantor aja kali ya? Kalau makan siang takut elunya gak keburu balik kantornya lagi."
"Di mana sih memangnya?"
"Dekat kantor gue. Elu ke sini balik kantor gak papa kan?" Gue basa-basi sih. Bukan sekali dua kali Lay datang ke kantor cuma buat nemenin gue makan siang atau ngopi bareng.
Ada suara ketawa lagi sebelum Lay merespon. Ini anak kenapa ketawa mulu? "Iya, Ya. Nanti gue yang ke kantor lu. Eh, tapi elu bawa helm dua?"
"Lah, iya. Gue gak bawa, Lay."
"Udah gue duga. Gue bawa helm kok. Gue juga tahu pasti elu gak bawa jas hujan kan?"
Kan, gue belum bilang apa-apa, dia tahu kalau gue gak bawa jas hujan di musim hujan ini. Udah hafal banget dia sama kelakuan gue yang suka lupaan. Ya pasti hafal juga sih, temanan bertahun-tahun.
"Ya udah, nanti gue bawain jas hujan sekalian."
"Jadi apa gue Lay kalau gak ada elu."
Ini perempuan ketawa lagi. Bikin gue makin curiga.
"Mood lu lagi bagus kayaknya, Lay."
"Hah?"
"Itu, dari tadi elu ketawa mulu. Girang banget."
Baru gue bilang, udah ketawa lagi aja ini orang. "Oh, enggak. Ini si Abar dari tadi ngirimin meme gak jelas gitu. Ada-ada aja ini orang."
Eh? "Sejak kapan lu jadi suka chat-an sama Abar, Lay? Ini Abar anak Poncer kan?"
"Hah?"
"Ada apaan lu sama Abar?"
"Hah?"
Lay punya kebiasaan aneh. Dia akan jadi bolot di saat dia bingung dan panik. Ya, semua orang rata-rata gitu sih, tapi dia bolotnya semua-mua. Mau kuping sampai pikiran juga ikut bolot. "Ada apaan elu sama Abar, Salayna?"
"Oh, gak ada apa-apa, Ya."
"Yakin?"
"Hah?"
"Lay—"
"Ih, gak ada apa-apa, Ya."
"Okay, elu hutang cerita sama gue nanti."
"Hah?"
"Udah ah capek gue. Nanti kabarin kalau jalan ke sini, ya." Telpon langsung gue matiin tanpa nunggu balasan Lay.
Sekarang gue jadi bingung. Sejak kapan Salayna jadi dekat sama Abar? Ada apa di antara mereka berdua? Dan kenapa gue gak tahu kalau mereka berdua lagi dekat?
Bukan gue cemburu, cuma gue merasa agak bodoh karena gak tahu kalau teman gue ternyata lagi dekat sama orang lain. Kesal juga karena ini orang gak ada cerita juga sama gue, padahal kalau ada apa-apa, dia orang pertama yang gue cari. Di saat gue apa-apa bergantungnya sama dia, dia bahkan gak cerita apa-apa ke gue.
Sekali lagi, bukan gue cemburu. Cuma ada perasaan di mana gue takut kehilangan. Gue takut Lay ninggalin gue begitu dia dekat sama Abar. Ini pikiran berlebihan gue sebenarnya, gue sadar. Karena selama berteman sama Lay, gak pernah ada kejadian dia lupa sama gue walaupun dia punya pacar. Tetap aja, yang namanya takut pasti ada. Apalagi gue yang udah terlalu bergantung sama Lay dan selalu kecarian dia.
Apa jadinya gue kalau dia beneran pacaran sama Abar dan ninggalin gue?
KAMU SEDANG MEMBACA
Obrolan Rasa
RomansaHanya obrolan soal rasa dari banyak macam manusia yang berkumpul di bawah Pohon Ceri. Rasa yang inkonsisten. Rasa yang absurd. Rasa yang sulit diprediksi. Ya, hanya sebatas obrolan soal rasa.