Kirana Ayu - Kirana ; Hopes

14 2 0
                                    


Bukan salah harapan, tapi kadang, kita yang berharap terlalu banyak.


Gue hitung, ini udah hari ketiga Igi gak chat gue semenjak insiden tempo hari. Bukan gak ngabarin juga, kemarin dia nanya gue mau dijemput atau enggak, tapi guenya yang nolak karena bareng sama temen kantor. Biasanya pun dia pasti chat gue lagi, sekedar basa-basi nanya gue udah di rumah atau belum, tapi ini gak ada. Benar-benar sejak terakhir dia jemput gue itu, dia gak ngontek gue.

Kecarian? Ya pasti. Dua bulan terakhir gue sama dia intens chat, antar-jemput, makan bareng, terus tahu-tahu gak ada kabar gini ya pasti kecarian. Walaupun gue tahu ini gara-gara pertanyaan absurd gue waktu itu juga. Yang jadi pikiran gue sekarang adalah, kalau Igi gak ngabarin dalam rangka ngejauhin gue, ya kenapa? Apa karena dia sadar kalau ternyata dia naksir Salayna dan bukan naksir gue?


"Gue gak tahu kalau Kak Igi naksir sama Salay. Gue ngelihatnya sih biasa aja." Itu kata Mega pas sore tadi dia telpon gue ngajakin balik bareng, janjian di stasiun.

Oh iya, cuma Mega yang manggil Salayna dengan Salay. Yang lain biasa manggil dia Lay atau lengkap dengan Salayna, kayak gue.

"Kak Igi tuh kan emang gitu. Yang baik sama semua orang. Walaupun ke gue gak gitu-gitu banget. Gak sampe ngejemput ataupun bawain makan ke kantor."

"Dia gak pernah bawain makan ke kantor gue."

"Ke Salay. Waktu asam lambung dia naik, yang nganter makan, yang jemput balik dari kantor, yang nganter ke dokter juga Kak Igi. Kayaknya sih karena memang kantornya searah."

Gue berasa salah cerita ke Mega. Dia malah makin bikin pikiran gue ke mana-mana soal ini. Gue malah jadi makin insecure.


"Tapi Kak Igi gak pernah aku-kamu-an ke Salay. Dia gitu cuma ke elu, sesadar gue."

Naik lagi aja harapan gue. Anjir ya, Mega. Gue jadi mesem-mesem gini. "Sesadar elu ya, Ga."

Gue bisa dengar Mega ketawa di seberang sana. "Kak Igi tuh orang baik, Ki. Dia baik ke semua orang, tanpa ngebedain. Susahnya elu ya di situ. Mastiin dia beneran ada rasa lebih ke elu atau perlakuannya ke elu sama aja kayak ke yang lain. Kalau memang elu penasaran, tanya langsung aja ke orangnya. Gak usah sok insecure segala macam."

Gue gak langsung jawab. Mega baca gue dengan terlalu baik. Kadang, gue sampai takut sama dia karena dia tahu gue terlalu baik, bahkan lebih baik dari gue sendiri.

"Tapi ya, kalau elu gak mau nanyain ke Kak Igi, ya gak papa. Gak usah nanya, tapi gak usah ngarep apa-apa juga. Kalau elu maunya cuma nunggu sampai Kak Igi yang nyamper lu, ya matiin harapan lu. Gak usah mikir atau ngarep apa-apa. The less you expect, the less you suffer, don't you?"


Banyak pikiran yang berlalu lalang di kepala gue dan hampir jadi benang kusut. Gue gak tahu apakah gue harus berharap atau justru matiin harapan soal ini. Sialan, kenapa soal perasaan bisa seribet ini sih?

Dan yang lebih sialannya adalah, gue gak bisa menjadikan Salayna saingan gue di saat dia sebaik ini sama gue. Kalaupun pahitnya Igi beneran naksir Salayna, gue gak bakal mampu buat benci sama dia. Salayna terlalu baik untuk perasaan egois gue.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Obrolan RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang