Yubi yg tengah mengusap halus surai si sulung yg mulai tertidur, tiba tiba mendapatkan sebuah panggilan.
"Hallo?"
"Danny sedang menjalani operasi"
"Apa?! Kenapa Danny di operasi?!" pekik Yubi, membuat Daniel yg hampir saja terpejam kembali membuka matanya.
"Apa kamu akan datang? Akanku ceritakan nanti"
"Baiklah.. Aku akan segera datang" ujar Yubi menutup panggilannya.
"apa yg terjadi pada Danny?" tanya Daniel yg sudah kelimpungan.
Yubi menatap wajah putranya nanar, ia tidak tega meninggalkannya sendirian dalam keadaan kacau seperti ini.
Disisi lain Yubi sangat ingin pergi untuk mengetahui kondisi putra sambungnya yg sedang meregang nyawa.
Tanpa sadar air matanya menetes ketika mengusap halus wajah panik Daniel yg memandangnya.
"Apa ibu ingin pergi menemuinya?" tanya Daniel yg seolah mengerti isi hati ibunya.
Yubi berkali kali menghela nafasnya, ia bingung untuk mengungkapkan sebuah frasa yg bisa saja menyakiti hati kecil putranya lagi.
"Apa Daniel boleh ikut ibu?" Daniel kembali bertanya dengan sorot mata yg mulai berkaca.
Daniel sangat rapuh saat ini, dia tidak ingin di tinggalkan tapi tidak mau menahan. Daniel masih ingin ibunya ada di sampingnya sebagai penguat, tapi tidak lagi ingin menjadi orang yg egois.
Maka dari itu Daniel memilih untuk mengumpulkan keberaniannya untuk ikut pergi bersama dengan Yubi menemui sang adik.
Yubi mengulas senyum manisnya sembari berucap. "Tentu saja boleh!".
Sesampainya Yubi dengan menggandeng tangan Daniel.
Elias yg awalnya merasa sangat resah menunggu jalannya operasi di depan ruangan yg tertutup sangata rapat dan lampu hijau yg menyala di atasnya menandakan sedang ada operasi yg di lakukan.
Tersenyum ketika irisnya menoleh kearah istri dan putra sambungnya yg ikut serta datang bersama, tapi tidak dengan Jun yg malah menatap tajam Daniel sejak melihat bayangannya saja.
"Danny kenapa ayah?" tanya Daniel.
"Ck!! Pake nanya lagi.. Kaya gak punya dosa!!" celetuk Jun yg lumayan keras.
Daniel menelan salivanya dan menunduk seraya menyesal mengingat kembali apa yg telah di lakukannya. "Bodoh Daniel.. Untuk apa kau bertanya hal yg sudah jelas kau ketahui" batinnya.
"Maaf" lirih Daniel.
"Ngapain lo minta maaf sama gue? Gue bukan Danny.. Jangan kira gue bakalan simpati sama lo!" Jun memberikan penekanan kecil dengan telunjuknya yg mendorong dada bidang Daniel.
Karena tidak ingin tersulut emosi Jun akhirnya memilih pergi untuk menenangkan dirinya.
Daniel merendahkan tubuhnya berlutut di kaki sang ayah. "Maafkan aku ayah..".
"Apa yg kamu lakukan nak? Bangun.." Elias membantu memapahnya agar dapat kembali berdiri.
"Tolong hukum aku.. Aku sangat bersalah" Daniel menyodorkan kedua lengannya agar ayahnya dapat memberikannya hukuman yg setimpal.
"Tidak! Ayah sudah bilang padamu.. Disini ayahlah yg paling bersalah karena gagal mendidik putra ayah" Elias merengkuh Daniel yg mulai kembali menangis.
"Danny pasti baik baik saja" bisik Elias.
"Aarrgh!! Sialan!!" geram Jun mengusak kasar rambutnya.
Ia rebahkan kepalanya yg sudah terasa panas pada penyangga bangku taman rumah sakit, menatap nanar langit senja yg mulai datang.
Jun samar samar melihat bayangan Danny yg ikut duduk di sampingnya menikmati senja bersama dengan senyum termanisnya.
"Senjanya indah yah!" ujar Danny menatap langit.
"Enggak! Karena lo gak ada disini sama gue" tukas Jun.
Danny mengalihkan atensinya menatap Jun.
"Bukankah pertemuan pertama kita saat senja?"
Jun mengangguk setuju.
"Kamu harus mengingatnya Jun, aku akan datang bersama senja"
"Entah itu sebagai angin, hujan atau daun yg berjatuhan" tambah Danny.
Setelah mengucapkan frasanya tersebut, bayangan Danny mulai samar dan perlahan menghilang.
"Apa lo baru aja ngucapin kata perpisahan? Gue harap itu cuma halusinasi" kemudian Jun buru buru kembali tanpa perduli akan adanya Daniel disana atau tidak.
Gak tau lagi dah pokoknya 🤧😢
Next?.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Choi Danny
Fanfiction𝔻𝕚𝕒 𝕓𝕖𝕘𝕚𝕥𝕦 𝕟𝕒𝕞𝕡𝕒𝕜 𝕤𝕖𝕞𝕡𝕦𝕣𝕟𝕒 𝕕𝕒𝕣𝕚 𝕝𝕦𝕒𝕣, 𝕟𝕒𝕞𝕦𝕟 𝕤𝕚𝕒𝕡𝕒 𝕤𝕒𝕟𝕘𝕜𝕒.. 𝕁𝕚𝕨𝕒 𝕕𝕒𝕟 𝕣𝕒𝕘𝕒𝕟𝕪𝕒 𝕓𝕖𝕘𝕚𝕥𝕦 𝕒𝕜𝕣𝕒𝕓 𝕕𝕖𝕟𝕘𝕒𝕟 𝕣𝕒𝕤𝕒 𝕤𝕒𝕜𝕚𝕥. Setiap karakter dan cerita hanyalah fiksi, saya hanya...