22.

398 41 4
                                    

Langkah Jun tertahan tatkala telinganya menangkap suara nyaring yg begitu panjang dari dalam ruangan tempat terbaringnya sahabat yg begitu ia rindukan.

Manik kembarnya mulai berkaca, mulutnya kelu seketika, kedua tangannya bergetar. Jun tidak berani menoleh pada jendela kaca di samping kirinya yg memperlihatkan langsung ruangan Danny.

Jun memutar tubuhnya ke arah yg berlawanan, dengan sekuat tenaga ia lari menjauh dari kamar itu tanpa akal sehat.

Sesekali Jun menabrak beberapa orang yg berlalu lalang di depannya, tanpa menoleh dan meminta maaf Jun tetap meneruskan larinya menjauhi pekarangan rumah sakit.

Jangan tanyakan kemana tujuannya, Jun saja tidak memikirkan hal itu, ia hanya ingin berlari menjauh dari tempat Danny berada.

Jun terus berlari dengan tangannya yg sibuk menghapus air mata yg berjatuhan di wajahnya sampai tak menyadari seseorang sedang berjalan di depannya.

Brukk!!

Jun menabrak pejalan kaki itu dan tersungkur, kedua telapak tangan dan lututnya menghantam aspal yg kasar.

Celananya robek di bagian lutut dan memperlihatkan luka goresan, tak hanya pada lututnya di kedua telap tangannya pun terdapat goresan.

Jun hanya melihat luka lukanya sambil terus menangis, entah kenapa rasanya sangat perih. Walaupun Jun sudah sering mendapatkan luka yg lebih parah dari ini akibat perkelahian.

Tapi sensasi sakit dan perihnya berbeda, yg ia rasakan sekarang jauh lebih sakit. Entah karna perasaannya yg membuat luka luka ini begitu sakit sejadinya.

"Maaf! Kamu tidak apa apa?" Tanya si pejalan kaki yg tertabrak olehnya ketika ia melihat lukanya yg berdarah.

Namun Jun tidak menghiraukan suara orang itu dan malah kembali menangis sejadinya.

Jun pergi menemui ayahnya yg tengah bekerja, ia menerobos masuk begitu saja tanpa menghiraukan penjaga.

Semua karyawan terheran melihat keadaannya yg teramat kacau, pandangannyapun kosong namun langkahnya terus melaju menuju ruang kerja sang ayah.

Ayahnya pemilik perusahaan, jadi tidak ada yg berani menghentikannya.

Ia buka dengan kasar pintu ruangan itu, sang ayah yg kaget melihat anaknya seperti itu berdiri dan menatapnya.

Tanpa ragu Jun langsung berlari kedalam pelukan sang ayah dan kembali menangis meraung raung hingga membasahi kemeja yg di gunakan sang ayah.

"Ada apa?" Ayahnya mengusap halus surai coklat Jun.

"Danny..." Lirih Jun.

Ayahnya seketika mengerti, karna sudah sering bertemu dan mendengar kabarnya akhir akhir ini. Melihat putranya menangis sampai seperti ini, sudah pasti terjadi sesuatu pada teman yg begitu di sayanginya.

"Jangan khawatir, dia pergi untuk bahagia dan tidak lagi merasakan sakit.. Kamu harus merelakannya"

Mendengar ucapan sang ayah, tangisnya semakin pecah.

End!

Satu tahun kemudian..

Jun menaruh satu buket bunga di atas makam dengan batu nisan berukir nama sahabat lucunya.

"Sudah lama sekali, akhirnya aku bisa kembali menemuimu" ujar Jun sambil mencabut beberapa rumput di sekitarnya.

Angin berhembus mengibas helaian rambutnya, setelah merapikan kembali rambutnya yg tertiup angin  Jun tersenyum.

"Aku akan menghabiskan senja disini bersamamu"

"Aku akan menceritakan hal yg seru, kamu masih mau mendengarkannya bukan? tapi jangan terlalu sering menghembuskan angin, nanti aku kedinginan" Jun terkekeh.

"Maaf karna aku jarang sekali datang berkunjung, aku sibuk mengurus ibuku yg sedang hamil"

"Yah kau benar, ayah dan ibuku kembali bersama setelah perpisahan yg lumayan panjang"

"Yg membuatku lebih bahagia, bayi yg ada di dalam kandungan ibuku adalah bayi laki laki.. Aku akan memberinya nama Danny. Park Danny, aku sudah tidak sabar menunggunya lahir" seru Jun.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


End dan epilog
Aku satuin dan cuma berisikan kisah kehilangan Jun



Makasih buat semuanya yg masih bertahan buat nunggu cerita ini sampe selesai
Aku terharu.. Jangan bosen buat mampir ke cerita aku selanjutnya yah
See you!!

Dear Choi DannyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang