WMG || 01

640 369 315
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Karena hal-hal yang baik, akan selalu menemukan muaranya sendiri

💗💗💗

💗💗💗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bruk!

Kepalanya tak sengaja terbentur dada bidang milik seorang lelaki. Spontan kedua matanya terbelalak. Tanpa butuh waktu lama, ia segera mengambil jarak lalu mengucapkan kata maaf berulang kali.

Kegelisahan tampak terlihat dari raut wajah perempuan itu. Beberapa detik kemudian, akhirnya lelaki yang tak sengaja ia tabrak, memutuskan berdehem untuk menghilangkan kecanggungan.

Ekhem!

"Lain kali hati-hati," titahnya kemudian berlalu begitu saja.

Perempuan itu menghela napas lega saat menyadari bahwa suara derap langkah lelaki itu sudah semakin jauh.

"Huh! Istighfar, Khil. Lain kali kamu harus lebih fokus lagi."

Dia Khilya, lebih tepatnya Khilyatun Najihah. Perempuan berumur 22 tahun yang kini sedang menginjak kuliah semester akhir dengan jurusan Ilmu Tafsir di negara Khairo.

Wajahnya yang cantik, ditambah dengan hidung mancung, alis tebal, serta matanya yang hazel, membuatnya menjadi incaran para kaum adam.

"Khilya!" Teriak Adiba dari depan. Kini ia terlihat mempercepat langkah kakinya.

Dia Adiba, lebih lengkapnya Adibatuz Zahra. Sahabat Khilya sejak menduduki Bangku Madrasah Aliyah. Mereka berdua memang sangat dekat, bahkan wajahnya pun bisa dibilang mirip. Sampai-sampai beberapa orang menyebut mereka berdua sebagai saudara kembar.

Khilya tersenyum simpul saat mendapati Adiba yang kini sudah semakin dekat.

"Kemana aja sih!" tanyanya dengan nada yang sedikit tinggi.

"Ada apa, Adiba?" Khilya tak menjawab pertanyaan itu. Ia malah balik bertanya pada perempuan dihadapannya ini, dan ia sengaja menekan kata terakhirnya sebagai tanda keseriusan.

Karena tak mau membuang waktu lagi, Adiba akhirnya menyodorkan lipatan kertas pada Khilya yang membuatnya dengan spontan mengerutkan alis.

"Apa ini?" tanyanya dengan membolak-balik lipatan kertas itu.

Adiba mengedikkan bahu. "Gak tahu. Tadi aku nemuin suratnya di atas meja kamu, Khil. Karena kamu gak balik-balik ke kelas, aku susulin ke sini aja deh," jelasnya dengan diakhiri cengiran.

Why Me, Gus? [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang