WMG || 14

156 176 119
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Tungguin aku, Han! Aku mau bareng!" pekiknya.

Hanna hanya menggumam pelan. Langkahnya pun terus berlanjut. Ia tak mengindahkan teriakan itu sama sekali.

Tampak Nabila yang berdecak pelan, karena tak mau menyia-nyiakan waktu, akhirnya perempuan itu memutuskan mempercepat langkah.

"Gamau kabur lagi?" tuduh Hanna saat Nabilla baru saja berada di sebelahnya.

Nabiilla menggeleng. "Nggak."

"Udah kapok?" sarkas Hanna.

Kini Nabilla mengangguk. "Iya, Han. Gak bakal ngulangin kayak gitu lagi!"

"Aku malu, Bil. Bukannya apa-apa. Tapi dikiranya aku ga bisa nuntun kamu jadi manusia yang baik. Kita teman. Bukannya saling mengingatkan itu perlu? Tapi, rasanya aku gagal dalam hal itu."

Setelah mengucap penuturan itu, Hanna segera melenggang pergi. Nabilla hanya mampu menatap punggung Hanna yang semakin jauh.

***

Khilya membolak-balikkan ponselnya sendiri. Beberapa menit yang lalu ia telah mendapatkan pesan berupa CV ta'aruf milik lelaki itu.

Tanpa sadar lengkungan bulan sabit tercetak. Menurut Khilya Baim memang sosok lelaki yang sangat sempurna. Namun lengkungan bulan sabit itu tak bertahan lama, ia memudar. Lalu terdengar helaan napas berat dari perempuan itu.

"Ya rab ... Saya harus gimana?" gumamnya.

Ia kembali menarik napas. Mencoba untuk menjernihkan pikirannya sendiri. Lantas, setelah beberapa menit telah berlaku, akhirnya Khilya mulai mengetik satu persatu data diri dengan perlahan.

"Bismillah." Khilya menekan tombol kirim setelah datanya di rasa sudah lengkap.

"Semoga Gus Baim nggak kecewa dengan CV ini."

***

Layar laptop itu sudah berubah menjadi hitam. Kini Baim memilih menutup Laptop dan segera membaringkan tubuhnya di atas ranjang untuk beristirahat.

Tak terasa liburannya di Indonesia sudah hampir selesai. Artinya besok sudah waktunya Baim kembali lagi ke Khairo untuk menyelesaikan pendidikan dan memperoleh gelar Sarjananya.

Sebelum tidur, Baim sengaja menyalakan murrotal dari ponsel. Tak lupa juga ia membaca deretan doa untuk tidur. Beberapa detik setelah itu terdengar lantunan ayat-ayat suci Al-quran dengan sangat merdu. Ia tersenyum, lantas setelah itu ia memilih untuk memejamkan matanya. Tak butuh waktu lama, Baim kini sudah terlelap dan berada di alam mimpi.

***

Khilya menyeret koper hitamnya itu hingga berada di ruang tamu. Ia menemukan Umi serta adiknya yang sedang duduk manis di sana.

Why Me, Gus? [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang