Kita Adalah Sepasang Kekasih

0 0 0
                                    

>>>×<<<

Bukan bagaimana kita saling memiliki
Tapi bagaimana kita saling melengkapi

>>>×<<<

Hari hari setelah Naira dan Rendra memiliki status yang lebih jelas daripada sebelumnya snagat berwarna. Mulai dari berangkat ke kampus bersama. Pergi jalan bersama dan masih banyak lagi. Setelah semua jelas, Naira tidak lagi canggung ketika laki-laki itu datang ke rumahnya. Dan ia juga tidak bingung lagi jika ada yang bertanya tentang siapa laki-laki itu. sudah pasti dia akan menjawab jika laki-laki yang bernama Rendra itu adalah kekasihnya.

“Wehh sekarang ada yang njemput,” ledek Nao.

“Iya nih, sekarang Naira nggak jomblo lagi,” timpal Nea.

“Oh yang sering nyamperin kamu itu pacar kamu, Nai?” tanya Mamah dari dapur.

“Iya mah. Itu pacarnya” jawab Nao dan Nea bersamaan.

“Paan sih lo pada,” sahut Naira.

“Iya mah. Itu Rendra namanya. Pacar aku,” lanjutnya.

Tiba-tiba papa muncul entah dari mana. Tau tau udah di sisi aja. “Mamah sama Papah tu nggak pernah ngelarang kalian untuk punya pacar. Silahkan kalian pada punya pacar. Yang penting satu. Pacar itu hanya pacar bukan lebih. Paham kan?” timbrung Papah.

“Paham, Pah,” sahut mereka bertiga bersamaan.

“Kalau boleh tau anak mana itu pacar mu, Nai?” tanya Papah.

“Aslinya Tasikmalaya, Pah,”

“Brati disini kost?”

“Katanya dulu waktu SMA tinggal sama saudaranya. Tapi semenjak kuliah dia kost, Pah,” jawab Naira.

“Owh.”

Suara deru motor mulai terdengar di pekarangan rumah, pertanda Rendra sudah datang. Naira pun  pamit pada mama, papa, dan juga kedua saudaranya. Kemudian berangkat bersama sang kekasih tercintanya. Alvarendra.

Kalau ditanya apakah Rendra kenal dengan orang tua Naira, jawabnya jelas iya. Karena saking seringnya mereka keluar bersama, dan Rendra pasti akan menjemput Naira, tentu saja kenal dengan orang tuanya. Bahkan beberapa kali Rendra sempat ngobrol bersama papa Naira ketika menunggu menjemput Naira, namun Naira nya masih mandi.

“Mas, ntar selesai matkul jam berapa?” tanya Naira di tengah perjalanan menuju kampus.

Belum aja sampai kampus, udah tanya pulang jam berapa. Hadeuh....

“Seperti biasanya,” jawab Rendra.

“Berarti nggak ada kegiatan lain kan?” tanya Naira.

“Eum,, nggak kok. Kenapa emang?” tanya Rendra.

“Kalau free mau aku ajak lihat gaun.”

“Gaun? Untuk apa? Kamu mau lamaran? Sama siapa?”

Issh apaan sih kamu. Nggak lah. Hanya karena aku bilang gaun, kamu ngiranya gaun pengantin gitu?”

“Iya lah. Kaget bener gue. Sumpah.”

“Issh mas Rendra mah. Aku tu mau cari gaun untuk acara pentasku bulan depan”

“Pentas apaan, Nai? Kok aku belom tau sih?”

“Emang belum ada yang aku kasih tau. Dan kamu orang pertama yang aku kasih tahu."

“Emangnya pentas acara apa, Nai?”

“Acara ulang tahun kota Malang. Dan aku diberi kesempatan jadi pengisi acaranya,” jelas Naira dengan rasa bahagia yang benar-benar bahagia.

Sementara - Berhenti di Titik Pilu [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang