>>>×<<<
Tidak ada yang merencanakan pertemuan
Itu sudah menjadi kehendak semesta
Begitu juga sebaliknya>>>×<<<
Naofal De Groot adalah satu dari sekian banyaknya manusia di muka bumi ini yang sangat menyukai musik. Alasan pertama. Music is beautiful. Kedua, musik mampu menggambarkan apa yang sedang ia rasakan. Saat dirinya merasa sedih, dia akan memainkan nada minor yang identik dengan kesediahan. Saat dia merasa senang, dia akan memainkan nada mayor yang identik ceria. Lagu bernada mayor identik ceria? Sebenarnya itu hanya terori yang tidak berlaku di luar sana. Trus gimana dengan lagunya Armada yang judulnya harusnya aku? Bukankah itu menggunakan nada mayor? Lalu apakah lagu itu menceritakan tentang kebahagiaan?
Alasan Ketiga, baginya musik mampu membuatnya benar-benar jatuh cinta. Ternyata tidak hanya manusia saja yang mampu membuat seseorang jatuh cinta. Keempat, musik mampu membuatnya menangis. Menangis? Maksudnya? Bagi Nao menangis bukanlah hal yang dirasa mudah semenjak dia dewasa. Namun suatu saat manusia pasti akan merasa hidupnya seperti kacau, diselimuti rasa sakit, rasa sedih, rasa kesal, rasa kecewa dan masih banyak lagi. Baginya marah bukanlah hal yang tepat untuk melampiaskan rasa sakit. Dan menangis adalah cara yang paling tepat untuk mengutarakan semua rasa-rasa yang tertulis pada menu diatas.
Menu? Kenapa jadi seperti resto?
Bagi sebagian besar orang akan beranggapan bahwa laki-laki yang menangis itu adalah laki-laki yang lemah. Tapi hal itu tidak berlaku bagi Nao. Baginya, tidak ada yang salah jika seorang laki-laki meneteskan air mata. Bahkan sampai menangis histeris pun tidak masalah baginya. Karena menangis itu manusiawi. Bukankah begitu?
Yang terakhir. Musik itu setia. Bahkan dia lebih setia dari pada kekasihnya. Kok bisa? Karena musik selalu menemaninya kapan saja. Saat kesepian menghampirinya, musik lah selalu berhasil mengusir rasa sepi itu. Dan Musik juga selalu bisa mengerti perasaannya.
Tidak seperti dia yang terkadang tidak mengerti perasaanku. Gak peka!
Nao adalah mahasiswa yang sedang menyelesaikan skripsinya. Nao kuliah mengambil jurusan seni. Iya sama seperti apa yang ia suka. Awalnya dirinya tidak yakin untuk mengambil jurusan tersebut. Namun hal itu ia lakukan karena kedua orangtuanya yang memang mengharapkan dirinya memiliki keahlian khusus di bidang seni. Dan disamping itu dirinya juga menyukai musik. Yang dia khawatirkan adalah ketika lulus nanti dirinya akan kesulitan mencari pekerjaan. Sampai saat ini pun dia masih beranggapan bahwa Musik itu adalah kebahagiaan, bukan pekerjaan, apalagi dijadikan sebagai profesi tetap.
Sebenarnya masih banyak peluang untuk lulusan seni. Contohnya menjadi guru seni? Namun sayangnya Nao tidak begitu minat dengan profesi guru. Menjadi seniman, musisi, penyanyi, bahkan artis? Namun nyatanya untuk terjun ke dunia entertainment tidak semudah itu. Sedangkan yang dia harapkan ketika lulus nanti dirinya bisa bekerja di suatu perusahaan besar. Namun apakah perusahaan besar membutuhkan seorang lulusan seni? Mungkin ada, namun peluangnya kemungkinan sangat kecil.
Di kampus Nao tergolong mahasiswa yang terpandang—terpandang di kalangan mahasiswi. Faktor utamanya tentunya karena fisik. Iya, Nao memiliki wajah yang lumayan tampan. Apalagi dia juga aktif di organisasi-organisasi yang berdiri di kampus. Dia juga sering tampil di acara-acara kampus—ya karena suaranya yang merdu ditambah main gitarnya yang syahdu pastinya. Ditambah lagi sikapnya yang ramah terhadap semua orang. Sampai-sampai sering kali dia dianggap memberikan harapan palsu pada cewek-cewek disekitarnya. Ceweknya aja yang baperan mah. Sudah bisa dipastikan hampir tidak ada yang tidak mengenal laki-laki bernama Naofal De Groot di kampus itu. Apalagi ciwi-ciwi, semua pada tau lah, yang nggak tau berati kudet.
![](https://img.wattpad.com/cover/308696494-288-k280504.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sementara - Berhenti di Titik Pilu [Selesai]
Ficção Adolescente| Melintasi Lorong Waktu Yang Membawaku Berhenti Sejenak di Titik Pilu | "Tidak bisakah kau tinggal denganku sedikit lebih lama? Tidak bisakah kau kembali hidup bersamaku lagi di sini?" Aku sempat merasa hilang arah. Aku tidak tau harus menyalahkan...