Rasa yang Sama

0 0 0
                                    

>>>×<<<

Bukan tentang siapa yang datang paling dulu
Tapi tentang siapa yang mampu menyembuhkan luka di masa lalu, tanpa menciptakan luka baru

>>>×<<<

Malam minggu. Ini adalah malam minggu pertama setelah sebulan mereka kenal dan menjalani hari-hari bersama tanpa status yang pasti. Malam ini untuk pertama kalinya Naira dan Rendra keluar malam bersama. Sesuai rencana, Rendra mengajak Naira pergi malam mingguan. Mereka tidak pergi ke tempat-tempat mewah ataupun elit seperti yang ada di film-film pada umumnya. Mereka juga tidak pergi menggunakan mobil mewah ataupun motor mahal seperti yang sering kita lihat di sinetron. Mereka hanya pergi makan ke tempat sederhana namun nyaman. Dengan deru halus mesin motor scoopy merah milik Rendra, dan angin malam yang meandukung suasana hati mereka.

“Kamu mau makan apa, Nai?” tanya Rendra.

“Bentar, lihat menunya dulu dong,” jawab Naira.

Kemudian Rendra mengambil kertas daftar menu dan memberikannya pada Naira.

“Aku ini,” ucap Naira sambil menunjuk salah satu menu yang tertulis di daftar tersebut.

Rendra sedikit heran dengan gadis itu. ternyata selera makannya tidak semewah apa yang ia bayangkan. Nyatanya gadis itu mau diajak makan di tempat sederhana seperti ini.

“Bakmi goreng tok?”

“Iya.”

“Nggak pingin ini?” tanya Rendra sambil menunjuk bagian menu yang mayoritas nama makanannya menggunakan istilah bahasa Inggris.

Tiba-tiba Naira memberi isyarat pada Rendra untuk mendekatkan terlinganya dan berkata lirih, “mereka terlalu asing di lidah saya.” Rendra tersenyum mendengar perkataan Naira.

“Minumnya apa?” lagi-lagi Rendra lah yang menanyakan sambil memnyodorkan daftar minuman.

Naira mendekat dan berkata lirih pada Rendra, “Es teh biasa nggak ada to?”

“Kelihatannya nggak ada, Nai,” jawab Rendra lirih.

“Yaudah ini aja ya? Ini sejenis es teh kok” lanjut Rendra sambil menunjuk tulisan Thai Green Tea Lime.

“Okelah,” jawab Naira

Rendra pun memesan 2 porsi bakmi goreng dan Thai Green Tea Lime.

Kebetulan di tempat itu ada pertunjukan musik akustik—meski hanya kecil-kecilan, yang diperuntukan untuk menghibur para pengunjung yang datang. Jadi para pengunjung bisa menikmati hidangan sambil menikmati alunan musik yang ada.

Sembari menunggu pesanan datang, tiba-tiba Rendra beranjak dari tempat duduknya. Naira diam saja melihat laki-laki itu beranjak dari hadapannya. Ia kira laki-laki itu ingin memesan sesuatu atau pergi ke toilet. Namun ternyata laki-laki itu justru berjalan menuju panggung.

“Lhoh kok kesana? Mau request lagu? Apa mau nyumbang lagu?” ucap Naira dalam hati.

Naira masih bertanya-tanya dengan laki-laki itu. dan ternyata.... benar. Laki-laki itu itu hendak menyumbangkan bakatnya.

“Tes, selamat malam saya ucapkan untuk semua pengunjung yang ada. Di sini saya ingin menyumbangkan sebuah lagu yang berjudul Cinta luar biasa dari Andmesh Kamaleng. Selamat mendengarkan.”

Petikan demi petikan telah mengalun dengan indah dari senar-senar gitar yang dipetik oleh jemari laki-laki itu. semua penonton tampak antusias dan juga menikmati alunan lagu dan juga suara merdu laki-laki itu. begitu juga Naira. Gadis itu nampak terpesona setiap kali melihat laki-laki itu memainkan Gitar.

Sementara - Berhenti di Titik Pilu [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang