selesai

143 20 0
                                    

"Heh! Kenapa badan lo gila?!" teriak Arjuna saat menemukan Arsha datang ke kantor dengan keadaan babak belur.

"Lo di kroyokin di jalan apa gimana?" tanya Arjuna memegang bahu Arsha lalu mengguncang pela tubuh Arsha.

Arsha hanya tertawa pelan sambil menggelengkan kepalanya, "Biasa aja si Jun, alay banget lo."

"Oh Jerga ya?" tanya Arjuna memastikan tanpa memperdulikan ejekan temannya itu.

"Lo yang cepu kan?!" amuk Arsha menunjuk-nunjuk wajah Arjuna.

"Eh enak aja lo! Gua udah  bilang kali lo nginep tempat gua, tapi gak tau deh pagi nya gimana." bantah Arjuna mengangkat kepalanya angkuh sambil mengangkat bahunya acuh.

"Alesan, pasti lo yang ngasih alamat Petra ke Jerga."

"Sotau banget lo anjing, udah gua bantuin bukannya makasih." nyolot Arjuna berharap Arsha akan mentraktirnya makan siang.

"Bagus lo gitu? Bantuan lo gak berguna anjing. Nih, buta lo?" sindir Arsha menunjuk luka yang berada di wajahnya. Yang terlihat itu yang Arsha tunjuk.

"Salah sendiri si masih mau sama dia." ucap Arjuna membela diri.

"Siapa yang masih mau jing? Ogah banget, yang ada mental gua yang kena." tolak Arsha lalu menghidupkan laptop nya.

tak!

"Mental lo emang udah kena dari dulu kali." ujar Arjuna memukul kepala Arsha dengan tumpukkan buku di tangannya.

"Anjing! Lo gak salah si, tapi kenapa harus di gebukin kepala gua brengsek?!" umpat Arsha mengusap-usap kepalanya.

"Biar otak lo nyambung, yaudah gua balik dulu ya."

"Coba daritadi lo bilang gitu."

pletak!

"Woi?!" amuk Arsha saat Arjuna kembali memukul kepalanya dengan buku di tangan Arjuna.

bugh

"Akh! Tulang kering guaa!" teriak Arsha mengusap kaki nya yang di tendang oleh Arsha.

Memang begini pertemanan mereka. Saling maki dan memberi pukulan bukan hal yang tabu di mata orang yang sering melihat pertemanan mereka.

Jadi jangan bosan kalau mereka ketemu selalu ada umpatan yang keluar dari mulut mereka.

-

-

-

"Pak Arsha," panggil salah satu karyawan yang berdiri di meja resepsionis.

"Eh, iya kenapa?" tanya Arsha membalikkan tubuhnya berjalan kembali ke arah resepsionis yang sudah terlewat sebelumnya.

"Pak Jerga menunggu di basement, pak." ucap sang resepsionis sedikit menundukkan kepalanya.

"Ah iya, bilang sama Jerga buat nunggu sebentar saya mau ke minimarket dulu." ujar Arsha lalu berpamitan dengan resepsionis.

-

-

-

Baru saja Arsha membuka pintu mobil, Jerga langsung memberi pertanyaan yang seharusnya tidak perlu ditanyakan lagi.

"Kenapa lama?" tanya Jerga menghadapkan badannya ke arah Arsha.

"Hah? Oh tadi aku ke minimarket beli ini." sahut Arsha setelah memasang seatbelt lalu mengangkat kantong belanja di tangannya.

"Beli apa?" tanya Jerga lagi sambil menatap kantong yang Arsha bawa.

"Ya buka dong Jerga, aku lagi riweh ini." ucap Arsha menyodorkan kantong belanja tadi ke arah Jerga dan di ambil alih oleh Jerga.

Saat ini Arsha sedang sibuk dengan bawaan nya sedangkan Jerga sibuk mengobrak abrik kantong belanja yang Arsha bawa.

"Kamu beli ini?" tanya Jerga mengangkat satu buah ice cream rasa pisang.

"Buat kamu, tapi makannya disana." jawab Arsha lalu mengambil beberapa ice cream yang tadi dia beli kemudian di letakkan kedalam kulkas mini di mobil Jerga.

"Aku gak bilang mau kesana loh?" protes Jerga menatap Arsha dengan tatapan malas.

Arsha menatap Jerga bingung, "Aku yang buat janji, kalau kamu gak mau yaudah aku pulang sendiri."

"Aku gak mau Sa.." ucap Jerga pelan sambil menatap Arsha dengan tatapan memohon.

"Tapi harus Jerga. Kan sama aku, kenapa harus takut?"

"Aku gak takut, cuma gak mau aja."

"Itu namanya takut. Ayo jalan, mau aku aja yang bawa mobilnya?" tawar Arsha hendak melepaskan seatbelt nya.

"Sa.."

"Kan, males banget aku kalau kamu gini. Aku balik sendiri aja kalau gitu.", bukannya marah atau apapun, tapi Arsha saat ini butuh istirahat bukan meladeni Jerga yang seperti ini.

"Yaudah iya, kamu duduk aja diem." ucap Jerga lalu menghidupkan mesin mobilnya.

Arsha tertawa kencang dalam hati karna Jerga pasti akan nurut kalau Arsha mulai mengancamnya.

-

-

-

Dokter Reno sedang membolak-balik kertas hasil pemeriksaan dengan alis berkerut.

Lalu dokter menatap ke arah Arsha, "Bisa ikut saya sebentar?" tanya dokter pada Arsha.

Mendengar permintaan sang dokter, Jerga langsung menahan tangan Arsha.

"Jer." tegur Arsha memegang tangan Jerga yang menahan tangannya.

"Pasien dokter itu saya, kenapa pacar saya yang dipanggil?" ucap Jerga memandang sang dokter dengan tatapan tak bersahabat.

"Kalau kamu mau ikut juga boleh, saya cuma mau mastiin pemikiran saya." jawab dokter berusaha tenang.

"Saya ikut." ujar Jerga lalu menggandeng tangan Arsha.

Arsha mengendus kesal, pemuda di depannya ini benar-benar tidak tau tempat.

Mereka bertiga masuk ke ruang yang biasanya digunakan untuk memeriksa fisik pasien.

"Boleh buka baju kamu?" pinta dokter pada Arsha membuat Jerga melotot mendengar nya.

Saat Arsha hendak melepaskan tas nya, pergerakan Arsha langsung terhenti saat Jerga mencekal tangannya.

"Sa?" geram Jerga pelan sambil mencengkram tangan Arsha.

"Kamu kenapa sih?! Dokter Reno cuma mau mastiin aja Jer, jangan kekanak-kanakan." bentak Arsha lalu menyentak tangan Jerga.

"Oke, sepertinya sudah bisa saya simpulkan ya, mari ikut saya." sela dokter meninggalkan mereka berdua.

Saat Arsha hendak menyusul dokter, lagi-lagi Jerga menahan tangannya. Namun yang ini lebih kuat.

"Jangan nyari masalah Jer, kamu kalau gini lagi beneran aku pulang duluan." sinis Arsha menatap sengit ke arah Jerga.

"Bisa bisanya kamu rela buka baju karna tu dokter?!"

"Dia dokter Jer? Dia lebih tau apa yang harus dia lakuin." omel Arsha mendorong tubuh Jerga kebelakang lalu berjalan keluar.

"Besok-besok gak usah lagi kesini." ujar Jerga dengan suara sedikit kuat.

tap

Arsha menghentikan langkahnya lalu membalikkan tubuhnya menghadap Jerga yang berjarak sekitar 3 meter didepannya.

"Kamu yakin?" ucap Arsha dengan nada datar.

"Kalau kamu stop konsultasi, hubungan kita juga stop saat itu juga." lanjut Arsha meninggalkan Jerga.

-

-

-

tbc

minal aidin yaa guys, aku izin gak up besok tapi hari selasa aku double up!

jangan lupa votmen

Bastardis | JaesahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang