"Sa bangun, sarapan dulu ayo."
Jerga menggoyang lengan Arsha pelan lalu mengusap rambut Arsha gemas.
"Mau aku bawain kesini?" tanya Jerga saat Arsha sedikit membuka matanya.
Menggeleng pelan, Arsha mendudukkan tubuhnya namun kembali terjatuh saat merasakan punggungnya seperti di cubit.
"arghh.."
"Aku bantu." ujar Jerga lalu membantu Arsha duduk, menahan punggung Arsha hati-hati agar tidak menyentuh luka di punggungnya.
"Shh.. jangan dipegang lukanya.." lirih Arsha dengan suara seraknya saat Jerga tidak sengaja menyentuh lukanya.
"Maaf." Jerga membenarkan tangannya agar tidak menyentuh lukanya.
Semalam saat mereka akan tidur tiba-tiba listrik dirumahnya padam. Jerga tidak paham dengan alat yang biasa digunakan saat listrik padam dan orang yang biasanya mengurus hal seperti itu sudah Jerga suruh pulang. Jadi ia hanya bisa menunggu listrik kembali menyala.
Arsha yang merupakan tipe orang tidak bisa merasakan panas saat akan tidur merasa risih dengan pakaian tebalnya.
Karna sudah terlalu gerah, akhirnya Arsha meminta tolong pada Jerga untuk membukakan baju nya dan membiarkan nya shirtless.
Jadi pagi ini Arsha hanya menggunakan celana tidur panjangnya saja.
Setelah mendudukkan Arsha di kursi makan dengan sandaran bantal yang Jerga bawa dari kamar, Jerga segera memberikan makanan ke hadapan Arsha.
"Pelan-pelan makannya," ucap Jerga melihat Arsha makan berantakan.
"Kamu kayak anak kecil, gemesin." ujar Jerga mencubit pelan pipi Arsha.
"Sakit.." lirih Arsha menjauhkan tangan Jerga lalu kembali memakan makanannya.
Jerga tertawa melihat reaksi Arsha, "Nanti kita kerumah sakit." ujar Jerga masih dengan posisinya memandangi Arsha.
"Siapa yang sakit?" tanya Arsha heran sambil memasukkan suapan terakhir nya.
"Ya kamu. Nanti kalau perlu di infus, jangan nolak." ucap Jerga membersihkan piring kotor bekas Arsha makan.
Arsha menggeleng cepat, "Nanti bisa sembuh sendiri." tolak Arsha memutuskan untuk masuk ke kamar dengan tertatih tatih.
"Mandi ya Sa! Jangan main game!" teriak Jerga setelah Arsha menutup pintu kamar.
-
-
-
Saat ini Arsha dan Jerga sedang menunggu racikan obat yang diberikan dokter tadi.
Sebenarnya Arsha dipinta untuk melakukan rawat inap, namun Arsha memberi alasan bahwa pekerjaan nya tidak bisa ditinggal satu hari pun.
Karna Jerga tidak bersamanya jadi ia bisa dengan mudah membodohi sang Dokter.
"Tadi dokter bilang apa?" Jerga merangkul bahu Arsha yang duduk di sampingnya dengan tangan yang mengusap-usap bahu Arsha.
"Cuma disuruh rajin-rajin kasih salep sama minum antibiotik nya." ujar Arsha polos menyandarkan kepalanya di dada Jerga.
"Bohong ya?" Jerga mencuil hidung Arsha dengan jari telunjuknya.
"Heh!" amuk Arsha memukul paha Jerga kesal.
"Yaudah terserah kamu mau percaya atau engga." sambung Arsha hendak menjauhkan kepalanya dari dada Jerga.
Cepat-cepat Jerga kembali menarik kepala Arsha lalu menyandarkan kepala Arsha didadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bastardis | Jaesahi
Teen FictionBahasa [ON HOLD] __________ Menjalin hubungan dalam jangka waktu yang lama tidak menjamin hubungan mereka selalu baik-baik saja. Siapa yang akan tahan jika menjalin hubungan toxic? Jerga yang selalu berlaku seenaknya bersatu dengan Arsha yang merind...