mutlak

160 20 4
                                    

bugh!

bugh!

"Akh-! Denger du- ARGHH!"

Sekujur tubuh Arsha mulai mati rasa. Terutama bagian punggung nya.

Jerga tidak main-main saat menghantam stick baseball ke tubuhnya.

Seperti yang Jerga bilang, Arsha tidak diberi waktu untuk memberi alasan sama sekali.

Sebenarnya ini bukan yang pertama kalinya, tapi ini yang paling parah menurut Arsha.

"Aku udah bilang ke kamu-

bugh!

"jangan seenaknya-

bugh!

"kalau gak sama aku."

bugh!

brugh

Arsha tersungkur ke lantai dengan wajah yang pucat. Tapi raut wajah Jerga tidak berubah sama sekali, tidak ada raut iba saat memandang nya.

Jerga mensejajarkan tubuhnya dengan Arsha lalu menarik rambut Arsha kuat memaksa agar menatap mata Jerga, membuat Arsha meringis kuat.

"Hebat banget kamu Sa, aku sudah bilang ke kamu kan? Aku ngebebasin kamu bukan berarti aku ngebiarin kamu liar gini." ujar Jerga tepat di depan wajah Arsha sambil menahan amarahnya.

Arsha menunjukkan smirk nya, menatap Jerga dengan tatapan remeh. Jerga tidak akan berhenti jika ia diam saja menerima semua pukulannya.

"Oh? Kamu tau, apa yang mereka kasih ke aku gak sepadan dengan yang kamu kasih ke aku." ujar Arsha merotasi kan matanya.

"Maksud kamu mereka bisa jadi pemuas nafsu kamu sedangkan aku engga?" ujar Jerga tertawa kuat mendengar ucapan Arsha.

"Hhhh, aku tuh capek Sa harus pura-pura baik ke kamu." setelahnya Jerga menendang tubuh Arsha kuat.

BUGH!

brugh

Kembali menendang tubuh Arsha, lalu Jerga meletakkan kaki nya di dada Arsha.

"Gua muak ngeliat kelakuan lo selama ini, lo kira gua gak tau apa yang lo lakuin beberapa hari belakangan ini?"

Arsha meringis kuat, tulang dada nya bisa saja retak saat ini. Arsha masih bisa merasakan Jerga tidak terlalu menekan kakinya, walaupun masih terasa sangat sakit.

dugh

Jerga menendang dagu Arsha, "Kenapa lo diem?"

"S-sakit brengsek!" lirih Arsha memejamkan matanya kuat.

Jika saja dirinya masih memiliki tenaga, mungkin ia dengan segera menendang Jerga kebelakang.

"Sakit? Lebih sakit mana dengan gua yang selalu ngeliatin lo berduan sama Hadam?" ucap Jerga menekan suaranya saat menyebut nama Hadam.

Mengambil napas dalam-dalam lantas Arsha mendorong kaki Jerga dengan tenaga yang tersisa.

Mendorong sekuat tenaga membuat wajah Arsha menjadi merah muda, "Geser brengsek!!"

tap

Jerga dengan mudah mengangkat kaki nya, "Mau gua bantu berdiri?" tawar Jerga menampilkan smirk andalannya.

"Gua gak perlu bantuan dari lo, anjing!" umpat Arsha lalu berusaha berdiri dengan bertumpu pada dinding di belakangnya.

Setelah memastikan dirinya berdiri dengan kokoh, Arsha menatap Jerga sengit. Seakan-akan ia bisa saja membunuh Jerga hanya dengan tatapannya.

Bastardis | JaesahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang