Dua Belas

617 67 4
                                    

Lelaki berambut hitam gondrong itu menggigit ujung kuku ibu jari tangan kanannya resah. Hyunjin sepertinya memiliki kebiasaan buruk—khawatir pada sesuatu yang dapat mengancam nyawanya. Bukan pembunuh, ini bukan Fanfiction bergenre Gore atau sejenis anime Re : Zero yang bisa mengubah genre seenak jidatnya. Hyunjin bukan pecinta plot twist.

Dia khawatir tentang hubungannya.

Hubungannya dengan Chan, tentu saja. Sementara manusia yang mengancamnya tengah duduk di sofa single ruangan tengah apartement berukuran sedang itu dengan mata yang sedang menyeledikinya—seolah ingin menelanjanginya. Hyunjin jadi berpikiran kotor kalau mata adik kandung Chan—lelaki yang menjadi hidup matinya sejak pertama kali bertemu itu sungguh menelanjanginya kemudian dia sungguh menjadi mainan kedua saudara tersebut.

Baiklah baiklah.

Dia setia pada Chan. Sangat SETIA.

Jadi anggap saja Felix—adik Chan yang gayanya persis seperti gelandangan itu adalah BONUS.

"Jadi—" Felix bersiap bertanya, tapi dia agak takut juga dengan reaksi sang kakak. Chan itu seseorang yang dia hormati. Satu satunya orang yang selalu peduli meski terlihat tidak peduli pada jalan hidupnya. Dia tidak menentang ataupun mendukung. Chan jenis orang yang hanya akan memberikan perhatian dan pengertian bukan arahan yang menganggu di telinga orang sejenis remaja labil seperti Felix.

Hyunjin mulai duduk gelisah. Dia jadi teringat adegan adegan di drama yang pernah ia tonton, ketika seorang wanita yang hamil karena kekasihnya kemudian meminta restu. Suasananya mencekam seperti saat ini. Tapi siapa yang hamil? Apakah itu Chan? Hyunjin mendaki gunung Everest kemudian turun lagi kemudian mendaki lagi, hal itu takkan pernah kejadian.

Dia juga tak ingin menjadi tokoh pria di drama itu, dia akan di pukuli oleh orang tua si kekasih.

"TIDAAAAKKK!!" teriak Hyunjin spontan. Membuat kedua orang adik kakak berwajah tampan dengan karakteristik karisma berbeda itu menatapnya. Felix mungkin berpikir bahwa "Dia gila" tapi entahlah dengan Chan. Chan selalu berpikir kalau Hyunjin itu lucu walaupun mendapati Hyunjin berguling guling dari pantai Miami hingga danau Mississippi.

"Ada apa denganmu?" Tanya Felix dengan menaikkan sebelah alisnya. Penasaran juga dengan imajinasi Hyunjin. "Apa kau begitu takut karena skandalmu bersama kakakku?"

Chan memilih diam. Ia ingin melihat interaksi Hyunjin dan Felix. Dia tahu betul Felix tidak terlalu akrab dengan Yeji. Mungkin bisa diibaratkan bahwa Felix seperti mahluk yang berasal dari kubangan lumpur sementara Yeji adalah mutiara di atas awan. Gaya berkelas Yeji akan selalu membuat Felix tidak nyaman. Adik tunggal Chan itu terkadang membuat Chan merasa Yeji bukanlah seseorang yang tepat untuk menjadi pendampingnya. Felix membutuhkan seseorang yang membuatnya lebih baik tapi bukan dari golongan keluarga yang jelas akan membuat bocah itu memberontak.

"Lebih baik serahkan saja ponselmu!" Itu perintah dari mulut Hyunjin. Mungkin di masa lalu, Hyunjin lahir sebagai anak raja, dia suka sekali memerintah.

"Aku sudah mengkopinya dan mengirimkannya ke seluruh teman temanku untuk jaga jaga." Nada sing a song Felix membuat Hyunjin terpojok. Pria yang ditubuhnya mengalir darah orang yang dia cintai memang berbeda. Tidak gampang terperdaya. Pengecualian untuk Daniel—dia memiliki darah kotor Yeji.

Hyunjin mencibir.

"Apa maumu?" Chan berbicara dengan dingin. Felix membalas tatapan sang kakak—turut menantang, semampu apa sang kakak akan bisa membuatnya terpojok karena saudara iparnya itu. Hyunjin tak boleh membuatnya repot, dan jelas sekali perselingkuhan ini berbahaya.

"Sudah sejauh apa kalian?" Percayalah, Felix itu jauh lebih manusiawi. Dia mengenal Chan, kakaknya itu suka sekali gonta ganti pasangan dan terakhir kali menikah. Dia takut Hyunjin hanyalah salah satu korban kebosanan kakaknya. Teringat terakhir kali menentang pernikahan kakaknya, Chan takkan bisa hidup dalam aturan ketika dunianya berdasar pergaulan dan kebebasan.

TROUBLEMAKER (ChanJin) [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang