Sembilan

675 69 6
                                    

"Hyunjin!" Daniel memanggil Hyunjin—bocah bule itu menatap Hyunjin dengan penuh minat dan mata berbinar. Daniel sendiri tidak mengerti, ternyata di jemput oleh Ayahnya dan Hyunjin adalah hal yang sangat hebat. Dia cepat berlari—menyosor Hyunjin—hingga tubuh kerempeng Hyunjin—yang menurut Chan kurang gizi itu terdorong ke belakang. Bokong sexy Hyunjin sukses mendarat di tanah.

Ingin sekali mengumpat. Tapi Hyunjin mengganti itu dengan ringisan, pura pura merasa dirinya teraniyaya. "Danny, kau bisa saja membuat paman Hyunjin terluka" Chan sedikit meninggikan nadanya.

Hyunjin cepat menghentikannya. Dia buru buru memeluk tubuh Daniel. "Tidak masalah, aku sedang sangat sangat merindukan Danny," katanya. Percayalah, satu satunya orang yang akan dirindukan Hyunjin hanyalah Chan, meskipun ketampanan Daniel adalah turunan dari Chan tapi bocah itu takkan bisa menggantikan lelaki luar biasa itu dimata Hyunjin. Cinta mati.

Chan menanggapi kedua orang yang terlihat akrab itu dengan senyuman maklumnya. Terkadang dia merasa keduanya sangat manis. Dia jadi teringat Yeji, andaikan Yeji semanis itu pada Daniel, hidupnya tidak akan sedilema ini. Seandainya juga Hyunjin itu bukan adik Yeji dia juga takkan serepot ini.

Daniel membantu Hyunjin berdiri. Keduanya berpegangan tangan dan masuk ke mobil. Daniel dengan manja duduk di pangkuan Hyunjin, berbicara ini dan itu tentang dirinya di sekolah. Hyunjin menanggapi, tak jarang remaja itu mencium pipi chubby milik Daniel. Daniel kalau di lihat dari belakang semakin mirip Chan.

"Kalian sangat mesra" Chan terkekeh melihat keduanya.

"Tentu saja, aku sayang Hyunjin!" Daniel memeluk. Hyunjin bergumam di dalam hatinya bahwa dia sayang Chan, masalahnya Chan itu bukan seorang mind reader, hingga tidak bisa mengetahui kenyataannya.

Ah—

Hyunjin sedang berpikir, tidak biasanya dia merasa semelankolis ini. Dia mendadak takut, Chan tidak akan pernah jatuh cinta padanya. Lagipula, kata media social, merusak hubungan orang itu tidak baik. Tapi kan Hyunjin cinta, kenapa dia harus jatuh cinta pada kakak iparnya itu kalau dia bisa memilih.

Bukankah sangat baik jika Hyunjin jatuh cinta dengan kakak kelasnya atau teman sepermainannya. Itu akan sangat baik. Jangan salah paham, kalau Hyunjin sedang memikirkan tentang Vernon atau Moonbin atau Jhonny, apalagi Miya atau Ren. Dia hanya sedang memikirkan kenapa Chan bisa lahir begitu cepat dan dia lahir sangat lambat. Hyunjin tidak masalah dia jatuh cinta dengan siapa asalkan itu dengan Chan.

Chan itu terlalu sempurna.

Lelaki mana yang bisa dia temukan seperti Chan. Lelaki baik yang sedikit nakal. Chan juga tipe lelaki berbahaya yang menantang. Hyunjin merasa adrenalinnya terpacu jika berhubungan dengan segala sesuatu tentang Chan.

Mereka sampai di rumah. Hyunjin berjalan menunduk dan Chan sedikit cemas karenanya. "Apa kau sakit?" Hyunjin tak senang dengan pertanyaan seperti itu. Dia lebih suka jika Chan bertanya, "Maukah kau jadi pendamping hidupku?" meskipun itu akan terdengar seperti keajaiban di telinga Hyunjin.

"SURPRISEEEEEE!!" seorang wanita berambut coklat yang cantik sudah memunculkan dirinya dihadapan Chan, Hyunjin dan Daniel. Hyunjin menghela nafasnya, tentu saja dia kenal ibunya, tapi sepertinya ia ingin pura pura tidak kenal saja. Ibunya itu memalukan, tidak sadar diri dan juga tidak tahu malu. Dia berencana menyenangkan Hyunjin dan selalu berakhir gagal total.

Tapi sejujurnya, Hyunjin sayang ibunya.

"OMMO!!" dia berpura pura terkejut agar ibunya tersenyum sangat lebar. Hyunjin suka dengan senyuman Jisung. Cantik, meski sepertinya dia lebih banyak mewarisi dari pihak ayahnya. Tapi dia bersyukur karena dia tak mewarisi kepolosan ibunya—sebenarnya dia mewarisi dengan sangat banyak.

TROUBLEMAKER (ChanJin) [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang