03

6.8K 702 42
                                    

Selesai makan malam, Daren kembali membantu Amadeo untuk mencuci piring. Sebenarnya, Renata hanya menyuruh Amadeo untuk membersihkan seluruh alat makan yang digunakan, tapi Daren cukup tahu diri untuk membantu pemuda sagittarius itu.

Renata telah masuk ke kamarnya beberapa menit yang lalu. Membiarkan dua anak muda menikmati waktunya.

"Amadeo! Ini gelasnya udah dibilas, kenapa dicuci lagi??"

Daren memukul pelan tangan Amadeo yang baru mengusap busa sabun ke gelas yang pemuda jangkung itu pegang. Daren ingat betul ia telah membilas gelas ini.

"Lah, mana gue tau!! Kan ada disini," ujar Amadeo membela diri. Ia sendiri tidak tahu jika gelas ini telah dibilas.

"Udah deh, sana. Masuk kamar aja. Biar ini gue yang selesaiin," sungut Daren. Sama sekali tidak diacuhkan oleh si tuan rumah.

Hingga semuanya selesai, keduanya kembali ke kamar Amadeo. Daren meraih ponsel yang tadi ia charger.

Tapi tak lama ia kembali meletakkannya, merasa tak ada yang penting. Ia melirik Amadeo yang ternyata telah berbaring memperhatikannya.

"Sini dah, jangan main hape mulu," kata Deo, tangannya melambai isyarat menyuruh Daren untuk mendekat.

"Kenapa?"

"Gak ada apa-apa. Cuma mau deket."

Daren mendengus pelan, "Gak jelas."

Lain di mulut lain di tindakan. Nyatakan Daren menuruti permintaan Amadeo, ia mendekat, ikut berbaring di sebelah si pemilik kamar.

Daren merasakan jemarinya digenggam hangat. Perbedaannya tak cukup jauh antara telapaknya dengan Amadeo, tetapi tetap terasa pas. Seakan memang terformasi untuk digenggam hangat oleh Bramantio muda itu.

"Gue denger OSIS mau ngadain acara ya?"

Daren mengangguk pelan, memang akhir-akhir ini kegiatan OSIS hanya meliputi rapat untuk acara selanjutnya. Masih melakukan penyusunan batang acara secara kasar.

"Iya. Kepsek minta kita ngadain acara buat akhir semester nanti. Paling semacam class meeting gitu," sahut Daren.

"Kasian pacar gue jadi budak sekolah."

"Anjing."

Amadeo terkekeh pelan ketika mendengar serapahan pemuda di sebelahnya. Daren memang berani betul berkata kasar di depannya, tapi jika di hadapan publik, jangan harap Daren berlaku seperti itu.

Amadeo sendiri lebih suka seperti ini. Melihat Daren yang berani menunjukkan dirinya hanya di hadapannya, membuatnya sadar bahwa dirinya adalah safe place bagi Daren.

Hanya hening yang mengisi ruang di antara mereka dalam waktu beberapa menit, sebelum akhirnya Amadeo dikejutkan oleh tindakan Daren yang tiba-tiba.

CUP!

Daren mengecup pipi Amadeo tanpa babibu, buat si empu terlonjak.

"What the fuck is this?"

Daren mengangkat bahunya, "Just affection."

"Kenapa?"

Pemuda aquarius itu mengerutkan keningnya, alisnya hampir menyatu, "Kenapa apanya?"

"Kenapa tiba-tiba?"

"Ya, gak apa-apa. It's just affection. Sebuah hadiah besar buat lo yang budak afeksi," ujar Daren dengan intonasi yang jelas sekali meledek.

"The fuck?!"

Amadeo langsung menarik si putra februari mendekat, mendekapnya erat. Tak lupa melayangkan banyak kecupan di seluruh sisi wajahnya.

"Anjing-Deo! Uda-Ah! Gelii!! Amadeo!"

Seberapa kuat pun Daren memberontak, ia tetap akan kalah oleh tenaga Amadeo. Sedangkan si sagittarius terus mengulang perlakuannya.

CUP!
CUP!
CUP!

"AMADEOO!! Udahh!! Muka gue basah semuaa!"

Tapi pemberontakan Daren tidak ada artinya bagi Amadeo. Dianggap hanya angin lalu.

"AMADEO!!"

Hingga bubuh kecupan ke sepuluh Amadeo menghentikan semuanya, tapi tetap mendekap erat tubuh Daren yang tampak kecil -- meski ukuran keduanya tak jauh berbeda.

Daren langsung mengusapkan selimut ke wajahnya dengan kasar, guna menghapus jejak bibir Amadeo di wajahnya.

"Gemes banget sih lo," gumam Amadeo sembari memperhatikan tiap gerakan Daren.

"Berisik," sahut Daren.

Sungguh, meski rautnya masih menggambarkan begitu kesal dirinya. Namun, hatinya bergetar bukan main. Jujur saja, Daren cukup suka dengan perlakuan ini, sebab walaupun Amadeo senang melakukan kontak fisik, ia jarang mau melakukannya lebih dulu.

Daren yang harus lebih dulu mengambil start. Dan itu melakukan itu, Daren tetap butuh kesiapan yang mumpuni.

"Mau langsung tidur?" tanya Amadeo ketika melihat Daren yang mulai membungkus dirinya dengan selimut tebal.

Daren menggeleng pelan, "Belum ngantuk banget sih."

Amadeo tak merespon apapun, ia hanya beranjak dari ranjangnya. Meraih tablet yang berada di meja belajarnya dan kembali dengan segera.

"Mau nonton apa?"

Pertanyaan Amadeo mendapat gelengan dari si aquarius.

"Netflix atau mau youtube aja?"

"Youtube aja. Jadi pengen nonton Sara Wijayanto," ujar Daren.

Amadeo mengernyit, "Yakin berani? Udah malem loh."

"Berani kok, tenang aja."

Amadeo hanya mengangguk, menuruti perkataan kekasihnya. Mencari kanal milik perempuan berkelebihan indera itu.

Setelah menemukan episode mana yang ingin ditonton, keduanya mulai menyimak dalam diam. Sesekali Amadeo melirik Daren yang bersandar padanya.

Daren tampak hampir terlelap, maka dari itu Deo memilih untuk menghentikan videonya. Meletakkan tabletnya di nakas dan mengubah posisinya menjadi rebah.

"Kenapa dimatiin?"

"Udah ngantuk, tidur aja," ujar Amadeo, menarik selimut hingga menutupi badan Daren.

Si aquarius memang dasarnya sudah mengantuk, ia tak protes dan mulai memejamkan matanya.

Jarak antara Amadeo dan Daren memang dipisahkan oleh guling. Tapi sepertinya itu tidak berguna sebab lambat laun gulingnya akan berpindah dan dua anak adam itu akan mengikis jarak keduanya.

Good night you two.

Vote and comment are highly appreciated

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vote and comment are highly appreciated.

Bisa drop krisar juga di tellonym yang tersedia di bio aku.

Thankyou, love❣️

lovers || wonki / nikwonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang