12

4.5K 517 55
                                    

Daren kembali masuk ke dalam basecamp, langsung duduk di sebelah Amadeo yang kebetulan kosong. Sang kekasih saat ini tengah bermain game bersama yang lain.

"Mau jajan apa?" tanya Amadeo tanpa mengalihkan pandangannya dari layar ponselnya. Daren melayangkan pandangannya menuju jejeran makanan kecil yang menggantung di sebuah bambu. Tak ada yang menarik perhatian Daren jadi ia meminta Amadeo saja yang memesankan.

"Gak tau, yang menurut lo enak aja deh," ujar Daren sembari mengeluarkan ponselnya.

Amadeo mengangguk pelan, "Bentar ya, ini bentar lagi selesai."

Daren menyandarkan kepalanya di bahu Amadeo. Memang ini menjadi kebiasaan baru untuk Daren. Dulu ia paling tidak mau tampak manja, tapi ternyata setelah mencobanya sekali dirinya malah ketagihan. Katanya, 'Enak ternyata senderan.'

Ia membuka ponselnya sembari menunggu Amadeo selesai dengan gamenya. Jemarinya bergerak lincah memainkan candy crush entah sudah menginjak di level berapa.

Amadeo yang masih memainkan gamenya bergerak mengubah posisi yang lebih nyaman, tangannya terulur menahan kepala Daren.

"Sebentar," ujarnya sebelum kembali fokus dengan gamenya. Tentunya setelah memastikan Daren juga nyaman dalam posisinya.

Hampir lima belas menit berlangsung, Amadeo telah menyelesaikan kegiatannya. Kini menatap ponsel Daren yang menampilkan susunan permen berbagai warna itu.

"Jadi jajan gak?" tanya Amadeo.

Daren bergerak menengadah dengan kepala yang masih menempel di bahu sang kekasih, "Mau, tapi boleh jajan di luar ga?"

Amadeo mengangguk, "Mau jajan apa?"

"Tiba-tiba pengen cilor."

"Lah, emang boleh sama Bunda?"

Pertanyaan yang Amadeo ajukan itu berhasil menciptakan raut muram di wajah Daren. Pasalnya, Daren ini memang dilarang oleh sang ibunda untuk jajan sembarang. Pertama, karena alasan kurang higienis. Kedua, karena kalau Daren sekali jajan sembarang, bisa terus-terusan alias tidak terkontrol. Istilahnya, ketagihan.

"Kan, gak ada Bunda. Lagian, terakhir makan cilor juga tiga minggu lalu," ujar Daren.

Mau tak mau Amadeo mengabulkan permintaan sang pujaan hati. Sungguh, ia tak sanggup menahan diri jika terus melihat raut wajah menggemaskan itu. Bisa-bisa dirinya kelepasan.

"Ya udah, ayo."

Daren memekik pelan, ia segera bangkit dari duduknya--hampir melompat.

Karena letak pedagang jajanan itu tak jauh dari warung Babeh, keduanya memilih untuk berjalan kaki. Sekalian olah raga, kata Daren.

Sampai disana, Daren langsung memesan untuk dirinya juga Amadeo. Tak begitu ramai, tapi tak sepi juga. Kebanyakan diisi oleh kaula muda sepantaran mereka. Apalagi ini akhir pekan, pastinya banyak yang meluangkan waktu untuk sekadar jajan di tempat seperti ini baik bersama teman atau pasangannya.

Ketika tengah menunggu pesanannya, Daren dikejutkan oleh sesuatu yang mengendus kakinya. Ia segera menundukkan kepala.

Jemarinya terangkat guna menarik lengan Amadeo yang tengah melihat keadaan sekitar, "Deo, lihat."

Yang panggil menoleh, menatap kekasihnya beberapa detik sebelum ikut mengarahkan pandangannya ke bawah.

Ternyata, kaki Daren tengah diendus oleh anak kucing. Daren meremat jemari Amadeo, melampiaskan kegemasannya, "Lucu banget, Deo."

lovers || wonki / nikwonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang