19

3.4K 400 34
                                    

Begitu fitur video dinyalakan, Daren langsung berceloteh ria. Sebenarnya, Daren itu cukup senang berbicara di depan kamera. Meskipun ia tak pernah mengunggahnya di akun sosial media manapun.

Selain itu, Daren juga senang mengabadikan momennya sekalipun itu tidak penting.

"Deo, takoyakinya enak banget. Kayak bikinan Mami," ujar Daren ketika dirinya menyecap rasa nikmat takoyaki di lidahnya.

Kedua alis Amadeo terangkat, "Beneran?"

Daren mengangguk cepat, tangannya bergerak mengambil satu bulat takoyaki dan menyodorkannya ke sang kekasih, "Cobain."

Amadeo membuka mulutnya, menerima suapan dari Daren. Ternyata betul, rasanya benar-benar seperti masakan ibunya.

"Beneran kayak Mami," gumam Amadeo.

Daren mengangguk cepat dengan pipi menggembung penuh dengan takoyaki yang ia makan bulat-bulat. Lucu sekali, sialan.

Tahan Amadeo untuk tidak menerkam Daren saat ini.

"Deo, jangan-jangan itu anak buahnya Mami. Gimana kalo ternyata Mami diem-diem buka bisnis takoyaki?"

Amadeo mendengus, "Gak mungkin, Mami udah sibuk di butik."

"Bisa tau, apalagi tadi rame banget kan. Jangan-jangan Mami ternyata yakuza.."

"Gue emang ada keturunan Jepang, tapi gak jadi yakuza juga, anjingg. Cowok gue begini amat," ujar Amadeo.

Daren lantas melepaskan tawanya, "Ya emang kenapa sih? Lagian yakuza keren tau!"

Memilih tak menjawab, Amadeo memelankan laju mobilnya ketika ketika rambu lalu lintas berubah menjadi kuning dan merah dua detik kemudian.

Amadeo menoleh, memperhatikan Daren yang masih sibuk dengan takoyakinya. Menelisik, seperti ada yang kurang. Ketika netranya menangkap hal janggal itu, ia langsung bergerak mendekati Daren.

Lengannya terangkat di depan dada Daren, menarik seatbeltnya.

"Ada seatbelt tuh dipake," ujar Amadeo, lalu membubuhkan kecup di pelipis si ketua osis.

Daren tak memiliki kesempatan untuk berucap, terlalu kaget dengan perlakuan Amadeo. Ia hanya bisa menahan salah tingkahnya dengan mengalihkan pandangannya.

Lupa jika aksi keduanya saat ini masih terekam di kamera ponsel Daren.

Amadeo kembali melajukan mobilnya ketika lampu telah berganti hijau. Netranya terus fokus pada jalan dan sesekali menganggukan kepalanya mengikuti dentum musik yang terputar di radio.

Lantunan lagu milik Dewa 19 bertajuk Kangen mengiringi suasana tenang di dalam kendaraan roda empat itu. Jemari Amadeo bergerak menggenggam milik sang kekasih.

Daren sontak menoleh, tatapannya dibalas gerakan alis oleh Amadeo. Pemuda Eloksia itu biarkan jemarinya digenggam lembut.

"Semua kata rindumu semakin membuatku tak berdaya, menahan rasa kerinduaan. Percayalah padaku aku pun rindu kamu ku akan pulang, melepas semua kerinduan yang terpendam."

Raut terkejut hadir di wajah keduanya, sebab bagai terikat batin keduanya mengeluarkan suara melantunkan bait lirik kidung itu. Namun, sepasang anak adam itu tetap bersuara sampai menit terakhir.

Daren membuka plastik lain yang berisi roti bakar, memasukkan satu potong ke mulutnya dan satu potong ke mulut Amadeo.

"Kebiasaan dah, lo makan kayak bocil," ujar Amadeo, melepaskan genggamannya dan bergerak mengusap noda selai cokelat di sudut bibir Daren, menyesapnya kemudian.

lovers || wonki / nikwonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang