Malam ini, Jaemin terkejut mendapati Jeno berdiri didepan pintu masuk. Mantannya itu tidak mengabarkan akan datang.
"Maaf Jaem, aku tiba-tiba datang gak ngabarin duluan. Cuman mau jemput Jisung nginap. Hari sabtu nanti aku mau keluar negeri" Jeno merasa bersalah melihat mantan pasangannya kebingungan.
"Ohhh"
"Sekali lagi maaf, habisnya mendadak banget"
"Iya, gak apa-apa. Masuk Jen, Jisung lagi dirumah Renjun. Kan Chenle disana, tapi katanya habis makan malam diantar. Sebentar lagi kok, sekalian Renjun juga ngantar Chenle" Jaemin membuka pintu rumahnya lebar.
Dengan canggung Jeno memasuki rumah yang dibeli dari hasil kerja kerasnya bertahun-tahun. Dia melirik kiri dan kanan, tidak ada yang berubah. Masih sama seperti saat dia meninggalkannya.
Terasa aneh, biasanya dia pulang kerumah ini tanpa beban. Kini, ada ribuan ton beban dikepalanya.
Jeno tidak terbiasa.
Terlebih...
"Mau minum apa Jen?"
Dia serasa tamu ata orang asing bagi 'rumah'nya sendiri.
"Jangan repot-repot Jaem"
"Gak repot Jen, bentar ya... Tunggu aku bikin jus jeruk kesukaan kamu" Belum sempat Jeno menolak lagi, Jaemin sudah melesat ke arah dapur. Jeno duduk sendirian, menatap foto keluarga yang masih terpajang diruang tamu.
Pandangan mata Jeno meredup, di foto tersebut terlihat dia tersenyum bahagia sampai matanya yang memang dasarnya sipit hilang. Dirinya tengah menggendong Jisung yang baru berusia dua tahun. Disampingnya, Jaemin tersenyum menawan sembari memegang punggung putra mereka.
Sebenarnya ada banyak foto keluarga bahkan mereka sempat foto bersama lagi sebelum beberapa minggu sidang perceraian. Tetapi Jaemin memilih foto tersbut untuk dipajang. Ketika Jeno tanya alasannya.
"Karena kita lengkap, selayaknya keluarga bahagia... Kita berempat"
"Maaf ya Jen, lama"
Tersentak dari lamunan, Jeno melihat Jaemin membawa nampan berisi dua gelas jus jeruk serta setoples cookies kesukaannya dan Jisung.
Jaemin meletakkan gelas masing-masing untuknya dan Jeno.
"Apa kabar Heejin, Jen?" Jaemin bertanya.
"Baik, dia juga ikut keluar negeri"
Jaemin mengerling penuh arti.
"Wuh... Sekalian liburan bareng?"
"Ya... Kasihan, dia sumpek di Seoul terus"
Memberikan senyum lembut, Jaemin mulai membuka toples cookies.
"Makan Jen, maaf sisa setengah. Kamu tau kan Jisung suka sekali ini"
"Tau kok, apa sih yang dia gak suka? Asal kamu yang buat" Jeno iri pada Jisung. Putranya itu masih bisa memakan masakan Jaemin dan itu tidak lagi berlaku padanya.
Keduanya kemudian sama-sama diam.
Drtt... Drtt...
Ponsel Jaemin bergetar, dia meminta izin Jeno untuk mengangkat telepon.
"Renjun" Katanya, Jeno mempersilahkan.
"Iya?"
'Jaem? Jisung sama Chenle nginap di rumahku hari ini.'
"Loh? Tapi ayahnya ada disini, mau ngajak dia nginap di apartement. Jeno sabtu keluar negeri"
'Bentar, aku tanya anaknya dulu'
"Iya"
Tunggu punya tunggu.
'Jaem, Jisung gak mau pulang. Katanya besok aja...'
"Duh... ya udah"
Jaemin mematikan sambungan telepon. Dia mendongak, menatap Jeno yang nampaknya paham.
"Jangan dipaksa pulang, nanti Chenle ngambek yang susah kan Jisung sendiri" Jeno tahu, putranya Mark itu selalu merajuk pada anaknya kalau Jisung tidak mau mengikuti keinginannya.
Jaemin menaruh ponselnya diatas meja.
"Kamu tau kan, memang ya... Sifatnya Chenle persis Haechan."
Jeno tertawa.
"Oh, kamu sibuk gak ini nanti?" Tanya Jaemin tiba-tiba.
Jeno segera menggelengkan kepalanya.
"Gak sih, kan mau meluangkan waktu buat Jisung"
"Mau minum sama aku gak? Seungmin kemarin ngasih anggur mahal"
"Boleh"