"Gimana kabar keponakanku?" Tanya Seungmin, dia sengaja mengajak Jaemin makan diluar kantor. Ya, Jaemin sudah resmi bekerja dikantornya untuk beberapa waktu lalu. Seungmin senang, Jaemin walau tidak memiliki pengalaman bekerja tapi cukup cakap dan berkemauan keras.
"Baik, dia lagi senang-senangnya dapat banyak teman baru" Jaemin puas, Jisung tidak rewel dititipkan ke day care.
"Aku kasihan sama Chenle"
Jaemin tertawa, "Jisung bilang dia ketemu banyak cewek yang imut dan minta dirahasiakan dari bocah itu"
"Sampai tau, gak cuman Chenle aja sih yang ngamuk tapi induknya juga" Seungmin tertawa membayangkan Haechan mengamuk merasa calon menantu masa depannya mulai genit.
"Tapi dia benar-benar happy kan?" Tanya Seungmin lagi.
Anggukan kepala Jaemin membuat keraguan dihati Seungmin tidak serta merta hilang. Karena dia pernah berada diposisi bocah itu. Namun, dia tidak ingin mengatakan apapun.
* * *
Dua minggu sudah berturut-turut Jeno tidak datang menjemput putra mereka. Jaemin diantara lega dan sedih. Disatu sisi dia malas bertemu mantan suaminya, tapi dia juga sedih melihat wajah penuh harap sekaligus kecewa putranya.
"Ayah sibuk, Ji ngerti kok" Bocah itu selalu tersenyum, setiap kali matahari tenggelam dihari sabtu.
Padahal setelahnya dia berlari ke kamar dan mengunci diri, lalu menangis diam-diam. Dia tidak suka dengan hidupnya sekarang. Bunanya menaruh dia di day care sepanjang hari, sekarang ayahnya tidak mau lagi bermain setiap pekan dengannya.
Dia yang salah atau kedua orang tuanya?.
Mengencangkan pelukkannya pada boneka dinosaurusnya.
"Ji benci ayah sama buna" Bisiknya pelan disela isak tangis.
* * *
Pagi-pagi sekali Jaemin sudah berkutat dengan pekerjaan dapurnya. Menyiapkan sarapan dan bekal buat anaknya. Jisung merupakan anak yang suka pilih-pilih makanan, kecuali makanan kesukaannya dia jarang menghabiskannya.
"Jisungie! Bangun sayang" Jaemin berteriak, dia menaruh piring berisi sandwich kesukaan Jisung di atas meja. Kembali, dia melanjutkan pekerjaannya dengan beralih mencuci piring bekas makan malam.
Bahkan begitu dirinya usai meletakkan peralatan makan pada tempatnya. Jisung masih belum kelihatan, apakah bocah itu terlalu lelah sehingga bangun kesiangan hari ini?. Jaemin mengeringkan tangannya terlebih dahulu sebelum melangkahkan kakinya menuju kamar si buah hati.
Ceklekkk
Jaemin menghela napas melihat kamar yang masih gelap, dia mencari saklar lampu dan menghidupkannya.
"Jisungie, bangun sayang" Jaemin menghampiri ranjang Jisung, perlahan dia menyingkap gundukan selimut putranya.
Anak ini, apa dia bisa bernapas menyelimuti seluruh tubuh?.
Sraaakkk
Deg
Mata Jaemin terpaku sesaat.
"Ji-jisungie?!" Jaemin tersadar, dengan cepat dia berjalan mendekati kamar mandi putranya.
Tok
Tok
"JI! Kau didalam nak?!"
Ceklek
Jaemin membuka pintu kamar mandi dan hanya untuk menemukan kamar mandi kosong. Sama sekali tidak terlihat adanya tanda-tanda sang putra.