18

2.4K 257 18
                                    

Pagi-pagi sekali Seungmin menerima tamu, ada kejutan dimatanya melihat seseorang tersenyum lemah padanya ketika dia membuka pintu. Biasanya... Orang ini selalu tampil rapi dan sopan. Khas seorang pebisnis muda yang tampak berhasil. Tidak urakan dan berantakan seperti ini.

"Bangchan masih tidur, aku bangunkan dulu. Duduk dulu aja Jen" Seungmin mempersilahkan teman suami sekaligus mantan suami sahabatnya masuk.

Pria itu menggelengkan kepalanya.

"Mau ketemu dirimu..." Kening Seungmin mengeryit sebelum mengangguk. 

"Kalau gitu, aku buatkan kopi dulu ya... Tunggu" Tidak mendengar penolakan, Seungmin melesat ke dapur. Dia menyeduh dua cangkir kopi. Pikirannya melayang, mencoba menerka akan maksud serta tujuan seorang Lee Jeno mencarinya.

Apakah masih berkaitan erat dengan sang sahabat? Haruskah dia menghubungi Jaemin? Mencoba mencari tahu. Sekali lagi, dia bukan orang yang usil. Ide itu dia lepaskan, takut Jaemin kepikiran. 

"Minum Jen" Seungmin menaruh cangkir kopi diatas meja tamu.

Kemudian dia duduk diseberang Jeno, matanya menelisik. Jeno seperti melamun memandang kepulan asap yang menguar dari kopi yang dia suguhkan.

"Ak-aku... Bisakah aku minta tolong padamu?" Setelah beberapa waktu, keheningan memudar.

Seungmin mengangguk, "Jika memang ada yang bisa kubantu, mengapa tidak?"

"Aku ingin Jaemin berhenti bekerja" Seungmin hampir merasa dia salah dengar. 

Matanya menatap Jeno tidak percaya, bagaimana bisa mantan sahabatnya ini meminta sesuatu yang agak kurang ajar? Melanggar privasi sahabatnya... Bukankah dia hanya mantan suami? Kenapa masih memiliki muka untuk mengatur Jaemin?.

"Kenapa Jen? Kau ingin Jaemin bergantung padamu?!" Kemarahan dihati Seungmin berkobar. Dia tidak habis pikir. Selama ini dia diam karena Jaemin tidak mengeluh, dia yakin sahabatnya itu lebih dari mampu mengatasi masalahnya sendiri. Tetapi, dia saat pemuda manis anak satu itu mandiri. Seseorang tidak tahu malu ini ingin menghancurkannya.

"Seungmin..." Jeno merasa susah menumpahkan perasaan gelisahnya. Dia implusif datang secara tiba-tiba kemari. Dikepalanya dia hanya memikirkan pengobatan Jaemin. Kesayangannya harus secepat mungkin mendapatkan perawatan. Memikirkan betapa keras kepalanya Jaemin. Dia pasti tidak mudah setuju. Satu-satunya cara adalah meminta atasan Jaemin untuk memecatnya.

Lalu mendengar pertanyaan Seungmin, Jeno tercerahkan. Dia takut Jaemin merasa bergantung padanya dan menyebabkan ketidak nyamanan dimana-mana. Perasaannya seketika tertekan. Jaemin bukan seseorang yang mudah menerima uluran tangan seseorang. Apalagi mereka hanya mantan pasangan...

Seungmin sekilas bingung melihat Jeno tegang. 

"Jaemin... Mengidap kanker pankreas. Masih stadium awal..." Ucapan Jeno bagaikan melempar hati Seungmin dengan bongkahan batu besar.

"JENN!!" Seungmin merasakan matanya panas, sebelum tanpa sadar menangis.

Kabar buruk ini...

Dia tidak tahan!.

Jeno terdiam, dia melihat Seungmin menangkup kedua tangannya. Menyembunyikan wajahnya yang mungkin basah akibat menangis. Senang, masih ada yang peduli pada Jaemin.

* * *

Masih stadium awal...

Walau begitu cepat ditemukan tetapi masih ada kemungkinan terburuk dalam beberapa tahun kedepan.  Pengobatan tidak bisa ditunda Jaemin tahu itu. Tapi keuangannya agak mengkhawatirkan. Semua yang dia dapat baik harta gono-gini atau tunjangan perceraian semua sudah hipotek. Demi masa depan Jisung pikirnya kala itu. Toh, dia juga hendak bekerja. Tidak menyangka ada kejadian seperti ini.

Meminjam Jeno? Jaemin sedih, Jeno mungkin tidak berpikir meminjamkannya. Malah mungkin memberikan sebanyak yang dia butuhkan. Dia tidak enak dan merasa tidak pantas menerima lagi uang dari mantan suami...

Mereka bukan pasangan yang berbagi perasaan lagi.

"Na-ssi, ada yang  datang mencarimu" Seorang rekan kerjanya memberitahu.

Jaemin mengangguk dan berterima kasih, tidak tergesa-gesa dia menemui sang tamu. Di ruang tunggu yang dikhususkan menyambut tamu sudah duduk seseorang. Ketika Jaemin membuka pintu, orang itu mendongakkan kepalanya. Pandangan keduanya bertemu...

Ada banyak orang yang bisa menemuinya kapan saja, tetapi tidak pernah terlintas dalam benaknya setelah sekian lama 'orang' ini mau datang menemuinya.

"Heejin..." Lirihnya.


ExTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang