Semua mimpi dan harapannya...
Jaemin menangis keras...
Jahat...
Betapa jahatnya Jeno melukai hatinya... Setelah semua harapan dan aturan dilanggar mantannya itu.
Mantannya itu mengkhiantinya...
Bercumbu dengan orang lain, dihari dimana dia merasa paling bahagia. Ya... Jaemin bahagia dia mampu mewujudkan impian lelakinya. Punya anak lagi, walau dia merasa Jisung masih kecil. Setidaknya sebagai pasangan dia menunjukkan baktinya.
Kemudian dalam satu malam Jeno juga merenggutnya.
Anaknya dan kesempatan lainnya...
Bohong jika Jaemin tidak memberikan mantannya itu kesempatan setelah semua...
Tapi...
Bukankah itu juga impian dan harapan dari Jeno?.
Sehingga Jaemin berandai-andai dan merasa paling bahagia? Lalu kenapa? Kenapa justru dia yang memadamkan cahaya pengharapan itu?.
Anaknya pergi...
Setelah dua prinsip yang dia pegang teguh dilanggar...
Tidak toleransi didalam pernikahan jika pasangannya main tangan dan berselingkuh.... Karena dia dibahagiakan hingga titik dimana dia tidak tahu lagi caranya membalas kebaikan sang suami kala itu.
Jeno malah membayarnya dengan sangat mahal.
Anaknya pergi...
Impiannya pergi...
Toleransi yang mungkin dia bisa kasih setelah semua, bisa jua kan hilang?
Melahirkan rasa baru...
Kebencian dan ketidakmampuan... Mungkin ditambah rasa tidak percaya diri...
Perasaan cinta dulu yang menggebu-gebu bisa hilangkan? Ada banyak labirin dalam pemikirannya. Tidak secantik dahulu, hanya tahu diam dirumah. Anak pun suami yang mengurus.
Bukankah terlalu tidak berguna. Bagaimana jika ditinggalkan? Jaemin takut dan sangat ketakutan, dia mengambil penuh pengasuhan Jisung. Takut Jeno meninggalkannya dan membawa pergi anaknya.
Setiap malam selalu bergelut dengan ketidakpercayaan dan ketidakberdayaan. Jaemin lelah, tetapi Jeno tidak mengambil langkah apapun. Pria itu memang mencoba kembali akur dengannya tetapi hati Jaemin sudah diselimuti kekecewaan. Entah pada dirinya sendiri atau suaminya.
Anaknya hilang, kepercayaannya hilang, impiannya hilang...
Katakan bagaimana Jaemin harus menanggungnya?.
