16

3.3K 359 65
                                    

Pagi-pagi Jeno terbangun dengan putranya yang masih terlelap. Namun, Jaemin sudah tidak ada. Tampaknya juga tidak ke pergi ke kamar mandi. Melihat pintu terbuka begitu saja. Jeno berniat memanggil, mengingat putranya masih tidur. Dia menahan suaranya dan pergi mencari Jaemin.

Si cantik itu sedang memasak, terdengar suara kesibukan didapur. Bolehkah Jeno berharap dia diizinkan ikut sarapan juga? Dia rindu masakan Jaemin.

"Kau sudah bangun?" Jaemin melihat bayangan Jeno. Mau tidak mau Jeno menghampirinya, agak salah tingkah melihat Jaemin memberinya senyum manis.

Kapan?

Kapan terakhir kali Jaemin bersikap manis padanya? Tidak menghitung jika itu didepan putra mereka?.

"K-kau masak apa?" Tanya Jeno.

"Hah~" terdengar helaan napas agak putus asa, "Aku membuat omellete saja, aku harus buru-buru ke kantor"

Jeno mengangguk, "Jisung pasti suka apapun yang kau masak" 

'Sama seperti aku'

"Minta tolong bangunkan Jisung? Kau juga harus mandi, bukan? Masih ada beberapa pakaianmu yang bisa kau pakai. Setelahnya kalian sarapan..." Jaemin meletakkan dua buah piring dan mengisi dengan omellete yang masih panas diatasnya.

Wajah Jeno cerah seketika, "Aku boleh sarapan disini? Makan masakanmu?" Tanyanya tidak percaya.

Jaemin menoleh ke arah mantan suaminya.

Dia bisa melihat kegembiraan yang terlukis di seluruh wajahnya, Jaemin mengangguk.

"Aa. Terima kasih!" Jeno lalu melesat pergi kembali ke kamar.

Senyum diwajah Jaemin menghilang...

* * *

Sarapan bertiga, ah secara teknis berdua bersama sang putra. Jaemin memilih meminum secangkir kopi. Dia duduk dihadapan dua pasang ayah dan anak. Keduanya makan sembari mengoceh omong-kosong. Penuh semangat dan kegembiraan sekaligus terselip perasaan nostalgia.

"Nanti pulang sekolah kalian jemput Jie kan?" Jisung bolehkan berharap?. Dia iri pada teman-temannya yang dijemput oleh orang tua mereka. 

"Jisung, ayah sibuk" Jaemin bisa melihat putranya menjadi lesu mendengar ucapannya.

"Ayah bisa jemput, ya kan bu? Kita bisa jemput Jie nanti?" Dipandangi dengan isyarat, Jaemin mau tidak mau mengangguk.

"Ya..."

"Yeay! Kita satu mobil? Kayak dulu?!" Jisung merasa gembira. Dia kemudian beranjak dari kursinya dan memeluk Jaemin erat.

"Terima kasih buna" 

Jaemin menepuk-nepuk tangan kecilnya, "Iya..."

* * * 

 Ya mana Somi tahu... Dia juga baru mendengar semuanya dari mulut bocor Jeongin. Bahwa Jeno katanya pernah selingkuh dimasa lalu. Apalagi selingkuhannya itu sekertarisnya yang sekarang.

Udahlah tidak tahu apa-apa, semua orang mengomelinya yang memberi ide kepada keponakannya. Semua teman-temannya tida setuju Jeno kembali pada Jaemin. Menurut mereka semua Jaemin sudah baik-baik saja hidup berdua dengan Jisung.

"Tapikan-"

"Apa tapi-tapian? Najis tau gak kelakuan Jeno" Jeongin menyemprotnya, memaksa Somi memendam apa yang dia ingin katakan.

Padahal dia kasihan pada Jisung... Mereka tidak tahu saja Jisung... Bagaimana menjelaskannya? Dia tampak tertekan akan keadaan. Menyaksikan perkelahian dan keegoisan orang tua adalah hal yang menyiksa. Untuk anak seumurannya yang tidak mengerti apa-apa. 

ExTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang