Jeno mengetahuinya...
Jeno tahu semuanya...
Tapi dia terlambat, sekuat dan secepat apapun dirinya berlari...
Napas ngos-ngosan ketika kakinya sampai dikantor tempat mantan pasangan hidupnya bekerja. Dari ujung kaki hingga ujung kepala terasa tidak bertulang kala membuka pintu ruangan sahabat Na Jaemin, sang mantan.
Seungmin mengangkat kepalanya, tangannya masih mengelus kepala Jaemin lembut. Sahabatnya itu menangis keras dipelukkannya. Perasaan rumit datang saat matanya bertemu pandang dengan Jeno.
Jeno melangkah mendekat,
"Na..." Suaranya tercekat.
Bukannya berhenti menangis, Jaemin semakin mengeraskan tangisnya. Seungmin memalingkan wajahnya, air matanya menggenang. Tidak sanggup melihat Jaemin dan Jeno sama-sama terlihat hancur.
* * *
Putar waktu ke beberapa tahun lalu...
Berbicara impiannya, Jaemin suka bingung. Dia sudah menikah dan dibahagiakan oleh Jeno. Apa impiannya? Mungkin hidup tenang dan membesarkan Jisung serta melayani Jeno dengan baik.
"Aku terus bahagiakan kamu dan anak-anak" Jeno mengelus surai hitam Jaemin.
Si manis yang tengah bersandar di dada bidang sang suami tersenyum.
"Emang kamu mau punya anak berapa sih?" Tanyanya.
"Maunya sih sebelas" Jeno mendesis sakit begitu cubitan tangan Jaemin mendarat di kulit luar perut.
"Kamu aja yang lahirin"
Melihat si cantik kesayangan memanyunkan bibirnya tanda cemberut. Jeno membawanya ke dalam pelukan hangat.
"Aku maunya sih tiga, paling enggak sih dua. Biar Jisung ada temannya. Kamu sendiri kan bilang kamu sering kesepian sebagai anak tunggal" Bisik Jeno.
Jaemin menyembunyikan senyumnya, "Jadi, kamu maunya Jisung ada temannya?"
"Iya... Aku mau kita punya anak lagi"
* * *
Komen aja kalau mau update tambahan hoho