Jika sejak awal mereka terus bersama-sama dalam hampir setiap hal ketika berada di pulau ini. Sepertinya kali ini akan berbeda, tiga orang di luar goa dan tiga orang lagi berpencar dalam tiga lorong yang misterius.
Livy perlahan menyentuh dinding batu lorong tersebut, permukaannya begitu kasar, dingin sekaligus hangat di beberapa sudut yang terkena sinar matahari dari lubang-lubang kecil di sekitarnya. Pancaran sinar yang menembus dari lubang tersebut memberikannya sedikit bantuan untuk melihat lebih lanjut lorong tersebut.
Livy terus berjalan masuk hingga tak sadar ia sudah jauh dari mulut lorong, sejauh yang ia tempuh tak ada satupun belokan atau jalan lain kali ini. Semuanya hanya lurus entah menuju kemana.
Hingga hampir sepuluh menit Livy masih berkutat dengan lorong yang sama, ia melihat sebuah cahaya yang berada di ujung lorong tersebut. Bagai menemukan harta karun, Livy langsung mempercepat langkahnya ke arah cahaya.
Saat melewati cahaya tersebut, hal pertama yang dia lihat adalah hamparan goa yang sangat besar dan sedikit gelap. Terlihat langit-langitnya terbuka sebagai tempat masuknya sinar matahari, di bagian bawahnya pun langsung terhubung dengan lingkaran air laut berdiameter besar. Pantulan birunya laut bersama mentari memancarkan warna yang nyala bening kebiruan.
Mulut Livy tak bisa berkata-kata, kepalanya mendongak kesana-kemari menikmati pemndangan yang ia temukan. Pertama kalinya ia melihat pemandangan goa yang seindah itu.
"Livy? Apa itu kau?"
Livy spontan menoleh ke asal suara, panggilan itu berasal dari seorang pria bertubuh tinggi yang memakai pakaian kusam dan robek. Wajahnya berjanggut tidak terurus, dan tubuh lelaki itu terlihat kurus. Livy kenal betul suara dan perawakan sosok didepannya, bagaimana mata tajam dibalik alis tebal pria itu menatapnya,semua itu hanya dimiliki satu orang.
"Dad?"
...
"Carol. Find something?" teriak Rama dari atas batu karang besar.
Dari bawah sana Carol memberikan tanda X menggunakan kedua tangannya sebagai jawaban ia tidak menemukan apa-apa. Rama menggaruk kepalanya, sejak tadi mereka sudah berkeliling hampir di semua tempat, tetapi tidak menemukan apapun. Sedangkan di sisi lain James terlihat masih memeriksa beberapa karang yang tersisa.
Pesisir pantai yang mereka jelajahi saat ini penuh dengan karang dan tebing yang menjulang tinggi. Sejauh mata memandang, terlihat dengan kokoh bebatuan tersebut memecah ombak yang datang dengan amarah. Seakan bebatuan itu tidak mau membiarkan ombak menyentuh pesisir begitu saja.
Rama yang sejak tadi memantau dari tempat yang lebih tinggi merasa bersyukur karena mereka tidak terdampar di pesisir ini. Jika berlabuh di sini, sepertinya Rama akan menemui semua temannya di akhirat, bukan di hutan atau di pantai.
Karena tidak menemukan hal lain, lelaki berkulit eksotis itu memilih untuk turun, tetapi niatnya tertahan melihat benda berwarna putih mengapung keluar dari balik bebatuan besar di sebelah kirinya, jaraknya bahkan tidak terlalu jauh. Benda itu semakin terlihat jelas, terombang-ambing dengan bebas saat ombak kembali menghantam.
Rama mempercepat langkahnya kebawah, dengan hati-hati ia berusaha menggapai potongan benda tersebut. Saat Rama berhasil menariknya ke daratan, ternyata itu adalah potongan bagian kapal yang hancur, Rama menoleh ke arah lain untuk menemukan potongan lainnya.
Dari sebuah batu karang berdiameter besar terlihat onggokan kapal berwarna putih yang sudah tidak berbentuk lagi, seakan bagian belakangnya telah patah menjadi dua dan hilang entah kemana, hanya tersisa bagian depan yang sudah terkoyak banyak.
"Carol, Paman James. Sepertinya aku menemukan sesuatu," panggil Rama.
Tak lama kedua orang itu langsung datang, Rama meminta James memeriksa lebih lanjut potongan perahu tersebut.
"Sepertinya ini kapal Tom. Walau hancur, aku tahu persis kapal ini masih keluaran versi baru."
Carol menghela napas, "Kapal ini seperti patah setengah, ya. Jujur saja aku tidak yakin kalau alasannya karena karang."
Rama dan James jelas tidak tahu apapun mengenai bangkai kapal ini.Namun, tak jauh dari mereka muncul kumpulan gelembung kecil dari dalam air, seakan ada sesuatu yang tengah bernapas di bawah sana.
Tanpa ketiga manusia itu sadari, muncul sebuah benda panjang mirip lengan gurita merambat dari satu batu ke batu lainnya. Lengan itu berwarna ungu kehitaman dengan penghisap berdiameter besar.
James menyadari kehadiran mahluk itu ketika jaraknya hanya beberapa meter dari kaki mereka.
"Kita harus lari dari sini, sekarang!" teriaknya.
Dengan cepat mereka langsungberlari menyingkir dari pesisir tersebut. Rama membantu James yang harus lari tertatih karena kondisi kakinya, sedangkan Carol mengarahkan mereka untuk masuk ke dalam goa. Di belakang sana, lengan raksasa mulai mengelilingi sisa bangkai kapal yang baru saja mereka temukan, dalam waktu beberapa menit kapalnya ditarik masuk ke dalam laut dan tidak terlihat lagi.
Namun, tak sampai disitu, ternyata lengan lain justru menyadari kehadiran mereka. Dengan kasar lengan raksasa itu menghancurkan apapun yang disentuhnya ,ia berusaha menggapai Rama, Carol dan James yang baru sampai di mulut goa.
Beruntung mereka selamat karena lengan raksasanya terlalu besar untuk masuk ke goa yang sempit. Namun, bukannya menyerah, mahluk itu justru merayap disekitar dinding luar goa, membuat bebatuan disekitar bergetar hebat dan berjatuhan.
"Shit, mahluk apa itu tadi," teriak Carol.
Rama menelan salivanya, "I don't know, Carol! Yang pasti, dia ingin menghancurkan goa ini!"
Bersambung ....
Jangan lupa tinggalkan komentar dan bintang kalian sebagai bentuk dukungan, ya ....
KAMU SEDANG MEMBACA
KRAKEN'S TRIANGLE
AdventureLaut adalah misteri terbesar yang sulit untuk manusia selami. Tiap puing rasa penasaran akan selalu menyeret mereka pada bahaya yang tidak dapat dibayangkan. Segitiga Bermuda salah satunya, tiga sudut yang penuh dengan tanda tanya. Siapapun mungki...