Sinar matahari pagi mulai memasuki mulut goa, membangunkan setiap orang yang masih terlelap di dalam sana. Livy mengerjapkan kedua matanya, merenggangkan sedikit tubuh dan memilih keluar dari mulut goa.
Tak jauh dari situ, netranya menangkap Albern yang sedang berjemur dengan santai tanpa memakai atasan.
"Tak akan ada wanita yang melirikmu di sini, Al. Kecuali predator yang suka daging berserat," ejek Livy sambil duduk di sebelahnya.
Albern terkekeh, memunculkan lesung pipi manis di kedua rahang tegasnya. "Setidaknya aku bisa pamer sebentar, ya kan?"
Livy tertawa lepas, "Aku harap kita semua bisa pulang dengan selamat. Maaf melibatkan kalian."
Albern menggeleng, tangan besarnya merangkul bahu Livy dan memberikannya beberapa tepukan lembut.
"Jika Ayahku hilang, aku juga melakukan hal yang sama."
Livy membalasnya dengan menepuk balik bahu kekar Albern. "Thankyou, bro."
"Livy, Albern, kemari. Kita punya rencana baru," panggil Bob. Kedua pemuda itu langsung beranjak dan berkumpul di sekitar Bob bersama yang lain.
"Baik, pagi ini aku sudah menyusun dua rencana sekaligus. Tentu kita ingin segera pulang dan menemukan Tom ditambah stok makanan dan obat kita menipis. Jadi, kalian aku bagi dalam dua tim, satu tim mencari bangkai kapal di sekitar sini, satu tim lagi masuk ke dalam goa."
"Aku akan memimpin untuk ke dalam goa bersama Livy dan Albern. Sedangkan sisanya cari bangkai kapal di sekitar terutama karang-karang besar ini. Satu tim wajib membawa obat dan perban serta air," sambungnya.
"Ada yang ingin bertanya?"
Semuanya menggeleng sebagai jawaban. Agar tidak membuang waktu lebih banyak, mereka langsung bersiap untuk menyiapkan barang bawaan. Livy dan Carol mengemasi sepaket obat dan menaruhnya di ransel kecil, sedangkan Albern mengambil sisa gulungan tali yang bisa dipakai jika diperlukan.
"Baik, sekarang berpencar sesuai tim. Kembali sebelum gelap, anggap saja kita berada di film Runner Maze," canda Bob yang diikuti tawa dari kawan-kawannya.
Carol, Rama dan James segera berpencar menyusuri pesisir pantai, mengarah pada deretan karang besar yang setia berdiri melawan ombak di pesisir pantai. Sedangkan sisanya berjalan ke arah yang berlawanan, masuk ke dalam goa. Sebelum masuk ke dalam goa, Albern menyiapkan sebuah obor jika di dalam sana tidak ada cahaya.
Hawa lembab dan dingin mulai menyapa mereka ketika semakin masuk ke dalam goa tersebut. Puluhan kelelawar kecil tengah bergelantung dengan tenang di atas langit-langit tidak beraturan. Tetes demi tetes air keluar dari bebatuan runcing di atas sana untuk memecah keheningan di antara ketiga manusia yang ada dibawahnya.
Refleks Albern menyalakan obornya karena semakin dalam mereka masuk, akses cahaya semakin minim. Sedangkan Livy dan Bob berjalan di sisi kiri kanannya dengan hati-hati, takut jika tersandung batu atau sesuatu yang tidak terlihat olehnya.
Ketika gadis itu tengah memperhatikan setiap hal yang diterangi Albern, tiba-tiba ia tersandung sesuatu yang keras hingga jatuh. Spontan Albern dan Bob menoleh ke arah Livy, hingga Albern justru tak sengaja menyorot sebuah seonggok tengkorak utuh yang tengah terduduk tepat di depan Livy.
"Shit."
Ketiganya spontan mengalihkan pandangan dari apa yang mereka lihat barusan, Albern membantu Livy untuk berdiri karena sudah pasti gadis itu lebih syok darinya. Ia bisa merasakan tangan Livy yang sedikit gemetar. Dengan lembut Albern merangkulnya agar tidak kembali melihat hal menyeramkan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
KRAKEN'S TRIANGLE
AventuraLaut adalah misteri terbesar yang sulit untuk manusia selami. Tiap puing rasa penasaran akan selalu menyeret mereka pada bahaya yang tidak dapat dibayangkan. Segitiga Bermuda salah satunya, tiga sudut yang penuh dengan tanda tanya. Siapapun mungki...