Di keadaan yang berbeda, ketiga pria dewasa berumur 30-an tengah mengendap-endap dibalik bebatuan karang. Sambil mencuri-curi pandang memperhatikan satu sama lain, memberikan kode untuk maju atau mundur. Suasana yang begitu sunyi membuat rasa siaga mereka semakin menjadi-jadi, mengingat mahluk yang mereka intai kali ini cerdas dan kuat, mereka bisa mati kapan saja.
Tom yagng kini di posisi paling depan, bersembunyi dibalik sebuah bongkahan batu tebing berukuran besar yang cukup menutupi hampir seluruh tubuhnya, sedangkan Bob dan James masih berjarak beberapa meter di belakang.
Kepala Tom mengintip dari balik batu tersebut, memperhatikan dengan teliti hamparan pantai dan bebatuan karang yang berada jauh di seberang mereka. Sejauh dimatanya hanya terlihat desiran ombak yang tenang dan damai, ditambah pasir putih dan bebatuan yang tersusun dengan acak dan kokoh membelah ombak.
Tom mengangkat tangan kanannya sebagai aba-aba bahwa situasi aman dan mereka bisa maju beberapa meter untuk lebih mendekat. Dari belakang, Bob dan James yang melihat aba-aba Tom lantas mengikuti kemana pria itu perlahan maju ke depan.
Langkah mereka kemudian berhenti kembali di bongkahan batu lain, Tom terus memeriksa keadaan didepannya agar tidak tertipu dengan penyamaran musuh mereka kali ini. Namun, walau sudah sedekat ini dengan pesisir, Tom masih belum bisa menemukan sesuatu yang aneh, semuanya seperti sama saja.
Namun, Tom tidak mungkin percaya begitu saja, ia mengambil sebuah batu berukuran sedang yang berada di sekitarnya. Bob seketika paham apa yang sobatnya ingin lakukan, spontan ia melarang perbuatan Tom.
"Tom, what the hell are you doing?" bisik Bob.
"Aku hanya ingin memastikan monster sialan itu masih mengintai kita, sungguh aku tidak bisa membedakan mana yang asli dan kamuflase," jawab Tom.
Dengan cepat Tom langsung melempar batu di tangannya ke arah pesisir pantai, batu tersebut mendarat di ujung goa dan menimbulkan suara yang lumayan keras. Ketiganya langsung bersembunyi di balik batu, tetapi anehnya tidak ada yang terjadi.
Tom mengernyitkan dahinya, tidak ada tentakel atau reaksi tiba-tiba dari pesisir pantai, semuanya masih sama seperti semula. Ini terasa aneh, Tom curiga apakah Kraken itu sudah tau ia tengah di diintai, atau justru dia sudah tidak ada di sana.
"Ini aneh, semuanya sama saja. Seakan Kraken itu tidak ada di sana," ucap Tom.
"What? Kemana dia pergi?" tanya Bob.
Tom hanya menjawab dengan angkatan bahunya, ia tidak tahu kemana Kraken itu pergi. Mungkin saja Kraken itu mencari makanan di tempat lain karena menunggu mereka keluar terlalu memakan waktu, atau justru Kraken itu mengintai di tempat lain ....
"Mungkin Kraken itu sudah lelah menunggu kita keluar, mungkin ini bisa jadi kabar baik untuk kita. Kita bisa punya kesempatan untuk keluar dari jalan utama ini tanpa harus memasuki hutan," ucap James dengan semangat.
Sedangkan Tom hanya menghela napas gusar, kejanggalan ini masih sulit ia terima.
"Kita harus diskusi lagi setelah ini."
....
"Nyalakan mesinnya, Al," seru Livy dari samping speedboat pada Albern yang sudah siap di tempat kemudi.
Albern kemudian menarik tali mesin baling-baling tersebut dengan beberapa kali tarikan sebuah suara mesin terdengar begitu keras, lelaki itu tersenyum senang dan memberikan acungan jempol sebagai kabar baik untuk teman-temannya.
Mendengar deru kapal yang nyaring tersebut, Livy, Carol dan Rama ikut bersorak dan saling berpelukan satu sama lain. Rasanya sangat bersyukur kembali mendengar bunyi mesin mereka menyala dengan baik, setelah hampir beberapa jam membersihkan kapal mereka dari berbagai macam kotoran, usaha mereka tidak sia-sia.
"Hey, kalian berpelukan tanpa aku?" omel Albern, lelaki berkulit putih tersebut segera merentangkan tangannya dan menyatu dengan peluk ketiga sahabatnya, tak sampai disana, mereka mulai melompat-lompat dan berputar seperti kumpulan teletubbies di film masa kecil mereka setiap kali merayakan kebahagiaan.
"H-hey stop, kita bukan anak kecil lagi," tawa Livy.
"Y-yeah, stop. Aku mulai pusing," keluh Carol.
Keempatnya berhenti berputar dan melepaskan pelukan masing-masing sambil tertawa. Dengan senyum yang masih terukir jelas di sudut bibir masing-masing, sekarang saatnya mereka kembali dan melapor. Lagipula hari sudah mulai sore dan gelap, keadaan akan jauh lebih berbahaya.
"Ayo kita pulang, hari sudah gelap. Kabar baik ini harus kita sampaikan!" seru Livy.
Bersambung ....
KAMU SEDANG MEMBACA
KRAKEN'S TRIANGLE
AventuraLaut adalah misteri terbesar yang sulit untuk manusia selami. Tiap puing rasa penasaran akan selalu menyeret mereka pada bahaya yang tidak dapat dibayangkan. Segitiga Bermuda salah satunya, tiga sudut yang penuh dengan tanda tanya. Siapapun mungki...