Saran Fafa, baca dulu cerita Because I'm Stupid.
Happy reading!❤️
***
Oeekkk ...!
"Pampers! Pampers!"
"Botol susu!"
"Itu tainya udah ke mana-mana, aduh ...!"
"Cara bantuin, dong! Jangan diem aja!"
Suara tangisan bayi itu sudah seperti alarm kebakaran yang bisa membuat rusuh orang-orang. Cara bangkit dari kursi kerjanya dan ikut rusuh di luar kamar. Suara tangisan itu semakin kencang ketika Momo meniupkan terompet sialannya.
"Semarakkan hari ini! Kita ribut ramai-ramai ...!" Momo bernyanyi ria di atas meja makan.
Dari pada ikut sibuk mengurusi tai, lebih baik Cara mengurusi bocah SMP yang selalu membuat suasana semakin ramai.
Cara merebut terompet itu. "Berisik! Gue patahin juga lama-lama!"
"Ehh, ada bestie." Momo melompat turun ke bawah dan merangkul bahu Cara.
Mentang-mentang tinggi badannya sudah setara, Momo selalu menganggap Cara adalah temannya, bukan kakaknya.
"Ayo kita main, Bestie!" ajaknya.
Cara menatap nyalang adik sialannya. Wanita itu menoyor jidat Momo. "Bestie pale lo!"
Adegan saling lempar ujaran ketus itu terus berlangsung hingga tangisan bayi tadi sudah mereda.
Adam keluar dari kamarnya sembari menggendong bayinya, sedangkan Venna masih berbaring di kamar karena belum kuat untuk beraktivitas seperti biasa akibat jahitannya masih basah. Bahkan Venna kesulitan untuk ke kamar mandi sendiri.
Untung saja Adam bisa diandalkan.
"Aduh adek abang kok nangis, sih? Gak bisa bersikap dewasa dikit, apa?" tanya Momo sembari berjalan menghampiri Adam yang sedang menimang-nimang Vanilla.
"Mel, lagi sibuk gak?"
"Lagi nulis naskah, sih. Kenapa, Yah?"
"Kerjanya yang semangat, ya, Bestie. Supaya Momo bisa foya-foya setiap hari." Momo terkikik geli, sedangkan Cara menggertakkan giginya.
"Kalau gak sibuk tadinya mau minta tolong beliin pampers buat Vava, udah mau abis soalnya."
Vava adalah panggilan untuk anak bayinya. Nama lengkapnya adalah Vanilla Lingga Esparza.
Cara dan Momo sempat cemburu dengan nama adik baru mereka yang jauh lebih bagus. Namun, cemburu di hari gini sudah tidak berguna. Toh jika mengganti nama itu akan merepotkan saja.
"Mo, mau ikut gak?"
"Let's go, Bestie!"
"Loh, katanya sibuk?" tanya Adam.
"Gapapa. Amel juga lagi bingung mau nulis apaan. Gak ada ide."
"Ya udah. Nih, uangnya." Adam menyerahkan selembar kertas berwarna biru.
"Gak usah. Pake uang Amel aja."
Cara masuk ke dalam kamar untuk mengambil kunci mobilnya.
Ngomong-ngomong, Cara mulai menulis cerita sejak menaiki kelas tiga SMA, ia mempublikasikan ceritanya di sebuah platform dan Cara mempromosikan ceritanya di sosial media.
Awalnya memang sepi. Namun, semakin lama Cara semakin paham bagaimana caranya agar promosinya mengundang perhatian publik.
Semakin lama, banyak orang yang membaca karyanya. Tak sedikit pula penerbit yang meminang naskahnya. Lalu, Cara memberanikan diri untuk menerima tawaran di salah satu penerbit.
KAMU SEDANG MEMBACA
1×0=0 (Hiatus)
General FictionAwalnya hanya ada satu masalah yang Cara (nama tokoh utama) hadapi, yaitu kesibukan Gala (sang pacar) Namun, sejak Gala mengalami kecelakaan bersama sekretarisnya, masalah berikut ikut menyerang: 1. Sekretarisnya (Stella) mengalami kelumpuhan pada k...