13. Memulai Dengan Masa Lalu

52 20 7
                                    

Haii, maaf baru update hehe.

Happy reading!❤️

***

Esok adalah hari pernikahan Gala. Galtha datang ke rumah Cara dan memberikan Cara baju yang selaras dengan dirinya. Kedatangan Galtha mengundang perhatian Venna dan Momo. Cara kesal sendiri dengan bunda dan adiknya yang super kepo itu.

"Gue mau berusaha bikin lo suka lagi sama gue," ujar Galtha secara tiba-tiba.

Cara terkejut mendengarnya. Galtha tidak tahu saja, ujarannya itu didengar oleh dua pasang kuping di dalam rumah. Cara gelagapan sendiri untuk menjawabnya.

Galtha menatap sepasang mata milik Cara secara mendalam. "Tolong, buka hati lo buat gue."

"I-iya."

Cara terbelalak. Mengapa mulutnya berbicara spontan seperti itu?

'Lemes banget mulut gue ...,' batinnya.

Galtha tersenyum manis. "Gue janji gak bakal ninggalin lo, kecuali ketika Tuhan ngambil nyawa gue."

Cara tidak bisa menatap wajahnya. Cara terlalu gugup untuk topik pembicaraan seperti ini, apa lagi percakapannya ini didengar oleh sang bunda.

"Ya udah, gue pulang dulu, ya," pamit Galtha.

Galtha pergi. Setelah ia benar-benar keluar dari pekarangan rumah, yang di dalam ribut keluar. Venna duduk di samping Cara siap untuk mengintrogasi putrinya, sedangkan Momo berlari keluar siap untuk mengintrogasi Galtha.

"Woi, tunggu!" teriak Momo ketika Galtha hendak memasuki mobilnya yang ada di seberang jalan.

Galtha menoleh ke belakang. Ia berpikir, apakah ini adik Cara yang dahulu botak dan yang selalu meneriakinya di rumah sakit?

Momo menyebrang jalan, ia menghampiri Galtha dengan wajah sok sangar.

"Kenapa?" tanya Galtha.

Momo tidak menjawab. Ia terus menatap Galtha dengan raut wajah yang tegas. Namun, beberapa detik kemudian Galtha dibuat heran karena bibir Momo tiba-tiba sedikit melengkung ke bawah dan mata Momo tiba-tiba berkaca-kaca.

"Eh?"

"Lo ... ka-kalau nyakitin kakak gue, awas lo! Gue potong burung lo! Dari kecil gue gak suka sama lo, karena kakak gue ngelindungin lo sampe ketembak pistol. Tapi kayaknya ... kayaknya ...." Tangisan Momo pecah. Tanpa merasa malu Momo memeluk tubuh Galtha dengan lebay.

Galtha panik dan celingak-celinguk ke sekeliling, takut dikira pasangan g*y.

Jika saja Momo benar-benar terlihat seperti anak SMP pada umumnya, itu tidak masalah. Namun, perawakan Momo ini seperti anak SMA. Bahkan, tinggi badan Momo nyaris setara dengan tinggi badan Galtha.

"Tapi kayaknya ... lo lebih baik dari si Gala," lanjut Momo sembari menangis sesenggukan.

Sedangkan di rumah, Cara sedang diinterogasi oleh Venna. Cara tidak terlalu memedulikan pertanyaannya karena Cara masih merasa malu dengan jawabannya tadi.

Dengan entengnya tadi Cara menjawab, "Iya."

Cara memejamkan matanya. "Mau taro di mana muka gue besok ...?"

"Hah?" Venna melongo karena pertanyaannya disahut dengan ngawur.

"Gak. Gak bisa!" Cara berlari ke dalam kamar dan menguncinya dari dalam.

Venna mengikutinya. Namun, pintunya keburu ditutup.

"Mel, buka aja hati kamu buat dia. Itung-itung buat alat supaya kamu bisa cepet-cepet ngelupain Gala!"

1×0=0 (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang