Happy reading!😍
***
"Kamu tidur di kasur. Saya di sofa. Kalau mau ke kamar mandi bilang aja." Gala mengambil bantal dan selimutnya.
Sejak tadi, Gala terus berbicara dengan data datar sehingga membuat Stella tidak nyaman, apa lagi Gala tidak memasang ekspresi apapun di wajahnya.
"Pak, mending Bapak tidur di kasur aja. Saya di sofa," usul Stella karena merasa tidak enak hati.
Gala tak menyahut dan merebahkan tubuhnya di sofa. Sofa nya berada di samping kasur dengan jarak sekitar dua meter. Pria itu berbaring membelakangi Stella.
Matanya tidak terpejam, benaknya terus membayangkan wajah cantik Cara yang memakai baju batik ketika di acara tadi. Gala kesal karena Cara mau-mau saja memakai baju couple dengan Galtha. Namun, Gala juga tersipu melihat kecantikan Cara.
"Pak?"
"Jangan manggil saya terus bisa gak, sih?!" bentak Gala.
Stella yang tengah duduk bersandar di sandaran kasur kini menunduk ketakutan. Tidak pernah menyangka Gala akan mudah marah seperti ini.
Gala menarik napasnya dalam-dalam untuk mengontrol emosinya. Andai saja Airis dan Anthony mengizinkan dirinya untuk menyewa apartemen untuk tinggal berdua dengan Stella. Yang akan Gala lakukan adalah pisah kamar atau mungkin Gala akan pisah apartemen.
Gala meraih ponselnya dan menghubungi nomor Cara. Namun, nomornya sedang sibuk. Gala keluar dari kamar meninggalkan Stella yang tengah menatap punggungnya dengan wajah penasaran.
Gala pergi ke kamar sebelah, yaitu kamar Galtha. Pintunya tertutup, Gala menempelkan daun telinganya ke pintu.
"Udah jam setengah dua belas, belum ngantuk juga?"
Ceklek!
Galtha spontan menoleh ke pintu. Ia menyembunyikan ponselnya dan menatap tajam sang adik yang sudah memasuki kamarnya tanpa izin.
"Ngapain lo masuk-masuk kamar gue?!"
"Bajingan." Gala mendorong tubuh Galtha. "Harusnya gue yang tanya. Ngapain lo teleponan sama Amel?! Apa di dunia ini gak ada cewek lain, hah?!"
Galtha berdecak. "Gak malu apa ngatur-ngatur mulu? Kan, udah jadi mantan."
"Lo juga tau kalau gue gak cinta sama cewek di kamar sebelah itu!"
"Lah, terus?" Galtha memasang wajah bodoh amat. "Cinta gak cinta, dia tetep bini lo!"
"Ini dunia, bukan surga. Jadi gak usah heran kalau apa yang lo mau gak semuanya tercapai," sambung Galtha.
"Inget, gue gak akan pernah biarin Amel punya pacar selain gue! Camkan itu, Bajingan!" Gala keluar dari kamar Galtha.
***
Jika Cara sibuk, biasanya ia akan sedikit lupa dengan suasana hati aslinya. Oleh karena itu pagi-pagi sekali wanita tersebut sudah mencari kesibukan. Cara sudah mandi, beres-beres kamar, lalu kerja sebentar.
Cara ingin memulai semuanya dari awal. Anggap saja hubungannya dengan Gala itu hanya sebatas mimpi ketika tidur semalam. Setelah bangun, Cara harus memulai semuanya dengan segala kenyataan yang ada.
Cara akan mulai produktif untuk beberapa saat ini sampai ia benar-benar menghilangkan nama Gala dari hatinya.
Setelah dirasa Cara sudah cukup bekerja di depan layar komputernya, wanita itu pergi ke kamar Venna.
"Bun, Amel mau berjemur sama Vava, ya."
Venna melongo mendengarnya. Namun, ia tetap menggendong Vava dan memberikannya kepada Cara. Kapan lagi Venna bisa tidur di pagi hari dengan tenang?
"Tumben udah mandi?"
Cara mengambil alih Vava dan pergi keluar kamar tanpa menyahut pertanyaan Venna. Wanita itu pergi ke taman belakang dan duduk di ayunan yang sudah disinari oleh cahaya matahari pagi.
Cara mengusap bedak yang belum rata di wajah Vava. "Kalau udah gede kakak gak akan biarin kamu terlalu sayang sama cowok. Gak boleh pokoknya."
Ada sedikit perasaan gusar saat orang lain mengira bahwa Vava adalah anaknya. Mungkin umur dirinya memang sudah cocok jika mempunyai anak.
Bukannya tidak mau, akan tetapi takdir Tuhan bukan begitu alurnya. Mau bagaimana lagi? Kurang pantas jika seorang manusia yang memakan banyak nikmat-Nya mengeluh hanya karena beberapa kemauannya tidak terpenuhi.
Terkadang Cara bingung harus berdoa ke Tuhan yang mana. Namun, belakangan ini Cara mengikuti cara orang-orang muslim berdoa. Berkali-kali Cara menengadahkan untuk berdoa.
Dddrrtt ...!
Cara merogoh sakunya untuk mengambil ponsel. Ekspresi wajahnya berubah ketika melihat nama Gala yang tertera di layar ponselnya.
Tidak ingin mengangkat. Namun, jujur saja Cara merindukan suaranya.
"Hai, Mel. Selamat menjalani aktivitas. Have a nice day! Don't forget to be happy, karena aku menyukai tawamu."
Mengapa ketika masih bersama Gala tidak pernah mengatakan seperti ini? Ketika sudah memiliki ikatan pernikahan dengan orang lain mengapa Gala bucin yang selalu Cara rindukan itu datang kembali? Apa semua ini kesengajaan?
Cara diam saja karena jika berbicara pun suaranya akan terdengar bergetar.
"Mel, ayo kita kencan sepuasnya selama seminggu ini. Itu yang selalu kamu mau, kan?"
Dua keinginan Cara tercapai. Namun, bukan di waktu yang tepat. Pantaskah jika Cara meladeni sikap bucinnya di kala seperti ini? Pantaskah jika Cara bertemu dengannya tanpa ada sesuatu yang penting?
Tut!
Sudah cukup. Cara sudah tidak merindukan suaranya lagi dan Cara tidak boleh merindukannya lagi. Cara harus cukup sadar dengan posisinya sekarang.
"Gue bukan pacarnya dia lagi. Gue gak pantes untuk kayak gini, kan?"
Ting tong!
Bel berbunyi. Cara pergi ke depan untuk membuka pintu pagarnya.
Wanita itu sedikit terkejut ketika melihat kedatangan Galtha. Apa ini tidak terlalu pagi untuk bertamu? Sekarang masih jam setengah tujuh.
"Maaf, Car. Aku tau ini kepagian buat ke rumah kamu, tapi jam delapan pagi aku ada jadwal dan pulang malem, makanya aku ke sini lebih awal buat ketemu dan ngajakin kamu buat jalan-jalan."
Dengan Galtha, Cara memang selalu merasa diprioritaskan. Di tengah kesibukannya Galtha selalu mencari cara agar dirinya bisa bertemu dengan Cara setidaknya sehari sekali.
"Tapi ... aku bawa Vava gapapa?" tanya Cara. Takut kalau Galtha kurang nyaman jika tiba-tiba Vava rewel di jalan.
"Gapapa, dong."
Cara mengangguk. "Bentar, aku mau pamit dulu sama bunda."
"Aku boleh ikut?" tanya Galtha.
To be continued

KAMU SEDANG MEMBACA
1×0=0 (Hiatus)
General FictionAwalnya hanya ada satu masalah yang Cara (nama tokoh utama) hadapi, yaitu kesibukan Gala (sang pacar) Namun, sejak Gala mengalami kecelakaan bersama sekretarisnya, masalah berikut ikut menyerang: 1. Sekretarisnya (Stella) mengalami kelumpuhan pada k...