Maaf baru update, lagi fokus belajar pianika 😭
Happy reading!❤️
***
Cara berlari ketika ia sadar bahwa matanya sudah berkaca-kaca. Galtha mengejarnya. Namun, karena Cara berlari terlebih dahulu, Galtha kehilangan jejaknya.
Cara duduk di kursi yang letaknya di samping tanaman. Cara berusaha sebisa mungkin untuk tidak menangis walaupun di sekelilingnya sepi. Wanita itu menarik napasnya dalam-dalam. Setelah perasaannya cukup membaik, Cara justru menatap kosong ke depan.
Banyak yang ia pikirkan di benaknya, salah satunya ... apakah Gala akan berusaha untuk mencintai Stella mulai dari sekarang?
Cara berharap semoga saja tidak. Namun, Cara merasa hatinya sangat busuk karena memiliki harapan seperti itu.
Cara memejamkan matanya. Suara langkah kaki mendekat sehingga membuat mata wanita itu terbuka kembali.
"Lo ... gapapa?"
Cara menonggakkan kepalanya menatap sepasang mata yang Cara sukai ketika semasa SMA.
Cara tersenyum kecut. "Apa gue boleh kasih tau perasaan gue yang sebenernya?"
Galtha duduk di samping Cara. Pria itu mengangguk.
"Gue lagi kenapa-kenapa. Gue hancur, tapi semalem bunda bilang kalau gue bakal lekas membaik. Jadi, sekarang gue lagi berusaha buat pura-pura bahagia." Mengatakan kalimat seperti ini justru membuat air mata Cara menetes tanpa aba-aba.
Galtha menatap iba sepasang mata indah yang dimiliki oleh Cara. "Adek gue berengsek, ya, Car?"
"Gue bisa marah buat lo. Apa lo mau gue lakuin sesuatu ke dia?"
Cara mengangguk. "Wakilin gue buat peluk dia."
"Lo boleh peluk dia langsung karena ini bukan pernikahan atas dasar suka sama suka."
"Gue masih tau caranya menghargai sesama perempuan. Please, lakuin apa yang gue minta."
Galtha tertawa hambar. "Jangankan peluk, Car. Ngusap palanya juga ogah gue mah, tapi demi lo, gue rela jijik."
Galtha menyeka air mata Cara yang tidak sengaja terjatuh lagi. "Jangan nangis, ya."
***
Setelah pulang dari pesta pernikahan Gala, Galtha mengajak Cara ke Taman. Galtha banyak bercerita tentang pengalaman kocaknya semasa kuliah, yang pasti kisahnya itu mampu membuat Cara lupa dengan lukanya untuk sementara.
"Apa lo keberatan kalau kita ubah kata gue-lo jadi aku-kamu?" tanya Galtha.
Cara terdiam sejenak. Ia sempat memikirkan Gala. Namun, wanita itu ingat bahwa Gala sudah menjadi milik orang lain seutuhnya.
Anggap saja ini salah satu cara yang bisa memudahkan dirinya untuk menyukai Galtha kembali, pikir Cara.
Wanita itu mengangguk sehingga bibir Galtha melengkung manis ke atas. Cara ikut tersenyum. Menyukainya kembali tidaklah sulit. Namun, Galtha tidak mungkin bisa memiliki hatinya karena hati Cara masih dipenuhi oleh Gala.
Menyingkirkan Gala dari hatinya sangat sulit. Terlalu banyak kenangan untuk disapu sehingga membutuhkan banyak waktu.
Perasaan Cara kepada Galtha dan Gala jelas berbeda. Cara menyukai Gala, mencintai Gala, dan menyayangi Gala. Sedangkan kepada Galtha, Cara hanya menyukainya saja, tidak lebih.
"Aku emang gak punya banyak waktu luang, tapi seenggaknya aku gak sesibuk mantan kamu itu. Kita masih bisa ketemu setiap hari."
Cara mengangguk. "Buat gue ... eum, aku, suka sama kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
1×0=0 (Hiatus)
Ficción GeneralAwalnya hanya ada satu masalah yang Cara (nama tokoh utama) hadapi, yaitu kesibukan Gala (sang pacar) Namun, sejak Gala mengalami kecelakaan bersama sekretarisnya, masalah berikut ikut menyerang: 1. Sekretarisnya (Stella) mengalami kelumpuhan pada k...