Happy reading!❤️
***
Cara baru saja selesai menandatangani surat kontrak kerja sama dengan penerbit yang meminang ceritanya. Setelah itu, Cara langsung memainkan ponselnya dan membuka aplikasi WhatsApp.
Chat Gala tadi tidak Cara balas. Cara bingung harus menjawab apa. Jika Cara terus saja berpura-pura memaklumi, pada akhirnya Cara terus yang akan tersakiti.
Cara bisa memaklumi. Namun, ada saatnya juga di mana Cara merasa cemburu. Itu haknya, kan?
Cara mengira Gala akan menghubunginya setelah ia mengabaikan pesannya. Namun, nyatanya Gala justru off WhatsApp dari kemarin sore hingga jam sebelas siang hari ini.
Cara mematikan layar ponselnya. "Gak bakal gue chat duluan. Emang gue cewek apaan?"
Wanita itu rasa gengsinya besar, kan? Jika Cara memang penting di matanya, Gala pasti akan memberinya kabar tanpa disuruh terlebih dahulu.
Ting!
Wanita itu membuka ponselnya. "Aish! Gue kira si Gala."
Momo:
Mau nambahin pahala gak?Momo:
Jemput. Siapa tau lo dapet pahala karena bantuin gue.Cara:
Otw. Tapi, ini bukan karena gue percaya omong kosong lo, ya. Gue jemput lo karena gue lagi pengen jalan-jalan.Cara mengambil kunci mobilnya. Belum juga ia membuka pintu kamar, Momo sudah mengirimkan pesan lagi.
Momo:
Bawa Vava, dong. Mau gue pamerin ke temen-temen."Ngadi-ngadi ni bocah."
Tanpa membalas pesan Momo, Cara keluar dari rumah dan pergi ke sekolah Momo. Di sepanjang perjalanan Cara menyalakan musik dengan volume yang lumayan kencang. Namun, sialnya Cara hanya punya lagu galau.
Niat hati ingin menghilangkan Gala sebentar dari benaknya. Namun, lagunya itu justru membuat Cara semakin teringat pria tersebut.
"Aish! Gak ada lagu lain, gitu?!"
Lima belas menit berlalu. Cara sudah menunggu di dalam mobil sekitar lima menit yang lalu. Namun, Momo belum menampakkan batang hidungnya juga.
"Lama amat, sih!"
Cara menelepon ke nomor Momo. Untung saja Momo langsung mengangkat teleponnya.
"Halo, lo di mana, sih?! Udah satu jam gue nungguin di dalem mobil, gue kepanasan bentar lagi gue meleleh, nih! Lo gak tau dir–"
Dor!
"Woi!"
Cara terperanjat kaget ketika ada yang menggedor kaca mobilnya. "Si bangsul sial*n!"
Wanita itu membuka kunci mobil. Lalu, Momo masuk ke dalam dan membuka jendela mobilnya. "Ayo jalan!"
"Tutup jendelanya! Gue mau nyalain AC."
"Bentar. Jalan dulu."
Cara mendengkus kesal. Namun, entah mengapa Cara menurut saja. Mungkin ia sedang tidak ingin berdebat. Cara takut melepas semua emosinya.
"Ehem! Ehem! Mobil baru, nih, Bos. Senggol, dong!" ujar Momo ketika mobilnya melewati segerombolan anak seumurannya.
"Yang ada otak lo yang gue senggol. Gimana kalau lecet?!"
"Sut! Gue lagi pamer."
Momo menutup jendela mobilnya karena ia sudah melewati gerombolan orang itu. Momo menyalakannya AC mobil.
"Huft, panas ...."
Pagi siang malam berganti hingga enam kali dari hari di mana Cara menjemput Momo. Setiap waktunya Cara mengharapkan kabar dari Gala. Namun, yang ia dapat justru notifikasi chat dari orang lain.
Cara mulai resah. Apakah Gala tidak merasakan kehilangannya?
Cara melihat sebuah foto di ponselnya. Foto itu menunjukkan seorang lelaki yang memakai seragam SMA sedang merangkul bahu seorang gadis. Mereka tersenyum lebar di sana dan nampak sangat bahagia.
"Gue lebih suka Gala yang dulu. Gala yang nyentrik, bukan Gala yang cuma mau dimengerti tanpa mau ngertiin gue sendiri," lirihnya.
Dddrrtt ...!
"Kak Galtha?"
Dengan ragu Cara mengangkat panggilannya. "Ha–halo?"
"Lo udah tau tentang Gala?"
"Ga–Gala? Kenapa Gala?"
"Jadi, lo belum tau?"
"Gala kecelakaan, enam hari yang lalu. Kata mama, lo udah dikasih tau, tapi lo gak bisa jenguk karena lo sibuk."
"Ke–kecelakaan?"
"Demi Tuhan, gue gak tau apa-apa. Gue ...." Cara menggeleng pelan tak percaya. "Tante Airis gak bilang apa-apa sama gue."
"Udah gue duga."
"Gue ada di deket rumah lo. Gue ke sana, ya."
Tut!
***
"Di sini kamarnya," ujar Galtha memberi tahu.
Cara hendak membuka pintunya. Namun, Cara mendengar sesuatu.
"Orang tuanya mau kamu nikahin Stella."
"Tapi, Yah, Amel giman—"
Brak!
"Amel lagi, Amel lagi! Dari kemarin Amel ... terus! Kamu mau sama cewek penulis sok sibuk kayak dia?! Dia lebih prioritaskan kesibukannya dari pada kamu sendiri! Bahkan mama kamu udah telepon dia berkali-kali, tapi dia tolak gitu aja panggilannya!"
"Mending sama Stella. Jelas-jelas Stella kuliah, sedangkan Amel kamu itu? Dia cuma penulis lulusan SMA. Ya ... walaupun Stella udah gak bisa jalan, seenggaknya pendidikan dia lebih tinggi dari Amel."
Lemas setelah mendengarnya. Cara nyaris terjatuh. Namun, Cara masih menahannya. Semuanya terdengar jelas oleh sepasang telinganya sendiri. Entah apa yang mereka pikirkan tentang dirinya. Jelas-jelas Cara tidak mendapatkan panggilan apapun dari tante Airis.
Soal kuliah, itu memang benar. Namun, bukankah kuliah itu tidak harus?
"Tapi Gala gak suka sama Stella, Yah!"
"Cinta bakal datang karena terbiasa bersama, Gal," timpal Airis.
Cara melepas kenop pintu dan berbalik badan. "Gu–gue mau pulang."
Cara berjalan cepat. Namun, tiba-tiba tangannya dicekal oleh Galtha. Mata Cara yang berkaca-kaca dilihat oleh Galtha. Galtha menariknya menjauh dari ruangan inap Gala karena ujaran kedua orang tuanya yang menghina Cara masih saja berlanjut dan terdengar sampai luar.
"Tolong tegur orang di kamar nomor 156 untuk gak buat keributan dari dalam," titah Galtha kepada suster.
"Baik, Dok."
Galtha membawa Cara ke taman dan mendudukkan wanita itu di kursi panjang. "Lo diem di sini, ya. Nanti gue balik lagi."
Cara tersenyum hambar. "Gue pulang aja."
"Tunggu sebentar, please."
Cara ragu. Namun, ia menganggukkan kepalanya.
"Sementara gue belum dateng, lo bisa nangis sebentar. Jangan ditahan," ujar Gala sebelum ia benar-benar pergi dan berlari meninggalkan Cara.
Benar saja, setelah kepergiannya Cara menjatuhkan air matanya. Ucapan tadi seakan berputar seperti rekaman suara di benaknya. Ternyata pandangan kedua orang tua Gala terhadapnya sangat jauh dari ekspektasi.
Awalnya, Cara mengira menjadi penulis adalah sesuatu yang bisa ia banggakan kepada orang tua Gala. Namun, kenyataan menjadi penulis novel bukanlah apa-apa di mata kedua orang paruh baya tersebut.
To be continued.
Kasih pesan buat Gala

KAMU SEDANG MEMBACA
1×0=0 (Hiatus)
Fiksi UmumAwalnya hanya ada satu masalah yang Cara (nama tokoh utama) hadapi, yaitu kesibukan Gala (sang pacar) Namun, sejak Gala mengalami kecelakaan bersama sekretarisnya, masalah berikut ikut menyerang: 1. Sekretarisnya (Stella) mengalami kelumpuhan pada k...