12. Kenangan

54 28 9
                                    

Hai, Bestie. Menjadi sider tidaklah keren.

Vote, ya.

Happy reading!❤️

Setelah Cara bertemu dengan Gala di tengah jalan tadi, Cara langsung pergi ke suatu tempat. Kini, wanita itu tengah duduk di bawah pohon besar. Pohon ini meninggalkan banyak kenangan sehingga jika Cara memandangi sekelilingnya, memorinya terasa berputar kembali.

"Gala, lo lagi apa?" Seorang gadis SMA bernama Cara ikut berjongkok di sebelah pacarnya yang tengah mencoret batang pohon menggunakan kapur.

'Gala.'

"Mau nulis nama juga gak?"

"Mau ...!"

Gala menyerahkan kapurnya kepada Cara. Lalu, gadis SMA itu menuliskan namanya di samping nama Gala.

'Cara.'

Setelah itu, Gala mengambil alih kapurnya dan menuliskan (&) di tengah-tengah namanya dan nama sang pacar.

Cara mengingat itu. Ia mencari-cari coretannya dan Gala beberapa tahun yang lalu. "Nah, ini."

Tulisannya sudah mulai luntur. Cara tersenyum tipis. "Gala dan Cara."

Satu pertanyaan melintas di benak Cara. Mengapa waktu itu Gala tidak membuat bentuk love di tengahnya saja? Padahal, dulu Gala sangat bucin.

"Ternyata dari dulu emang udah ada tanda kalau gue sama dia gak bakal bisa bersama pada akhirnya."

Cara beralih menatap kursi tua yang sudah rusak. Kursi itu pernah menjadi tempat duduknya dengan Gala.

"Cara, bagus gak?" Gala memperlihatkan gelang buatannya yang terbuat dari tanaman.

"Bagus." Cara merampas gelangnya. "Buat gue, ya."

Dengan antusias Cara memasangkan gelangnya itu ke tangannya sendiri

"Yahh, harusnya gue yang pasangin. Biar romantis."

Cara menitikkan air matanya. Cara merindukannya, padahal Cara baru saja bertemu dengannya beberapa jam yang lalu. Untuk saat ini, Cara hanya bisa membayangkan wajah Gala ketika tertawa bersamanya.

Ingatannya tentang kekonyolan yang dibuatnya dengan Gala ketika SMA seolah terus-menerus meminta untuk diputar kembali di benaknya. Ia menarik rambutnya dan berharap agar otaknya berhenti mengingatkan Cara pada masa-masa itu.

"Ah, gue gak nyangka kalau semuanya bakal kayak gini!"

***

Esok harinya, Cara sengaja ke taman yang berada di rumah sakit untuk ketemuan dengan Galtha, Galtha sangat sibuk sehingga Cara yang harus menghampirinya.

Setelah enam menit Cara menunggu di kursi, ia baru melihat kedatangan Galtha. Wanita itu melambaikan tangannya agar Galtha menemui keberadaannya.

"Hai. Kita udah lama gak ketemu," sapanya sembari ikut duduk di pinggir Cara.

Cara tersenyum kikuk. "Hai."

Cara mulai sedikit risih karena ia merasa bahwa Galtha terus memperhatikan wajahnya.

"Gue mau ngembaliin-"

"Eum, adek gue se-brengsek itu, ya, Car, sampe mata lo dibuat sembap kayak gitu?"

Cara terdiam. Sesaat kemudian ia tertawa hambar. "Enggak kok. Ini gue-nya aja yang cengeng."

Galtha menatap dengan raut wajah tak percaya. "Car, lo harus tau kalau rasa suka gue ke lo dari dulu sampai sekarang masih sama. Kalau lo terluka karena Gala, dateng ke gue."

"Sekarang yang berengsek bukan gue lagi, tapi Gala."

"Ya ... walaupun gue tau kalau Gala milih keputusan itu karena ada sebabnya," sambung Galtha lagi.

Cara mulai tertarik dengan pembicaraannya. "Kira-kira ... sebabnya apa?"

Galtha menggelengkan kepalanya. "Gue gak tau."

Cara membuang napas kecewa. Lalu, ia ingat dengan tujuannya bertemu dengan Galtha. Wanita itu mengeluarkan kotak cincin pemberian Gala dan menyerahkannya pada Galtha.

Galtha menatapnya dengan penuh tanda tanya. "Ini apa?"

"Ini cincin dari Gala. Tolong kembaliin, ya," pinta Cara.

Galtha mengambil alih kotak cincin itu dan menganggukkan kepalanya.

"Gala bakal tunangan besok. Semuanya udah disiapin dari beberapa hari yang lalu. Tiga hari setelah tunangan, dia bakal nikah." Galtha menoleh ke samping. "Apa lo mau dateng?"

Cara mengangguk. "Gue bakal dateng ke acara pernikahannya aja."

"Tapi ... apa boleh gue minta supaya ditemenin sama lo ketika di sana?" sambung Cara bertanya.

Galtha menatap wajah Cara dengan ekspresi sedikit terkejut. "Lo mau gue temenin?"

Cara mengangguk lagi. "Mau."

"Gue juga mau. Mau banget."

***

Foto Gala dan Stella yang sama-sama tengah memamerkan cincin di jari dilihat oleh sepasang mata Cara. Cara melihat itu di akun Instagram Stella. Cara sengaja mencari akun instagramnya karena ia penasaran.

Setelah melihatnya, rasa penasarannya hilang dan rasa sakit di hatinya mulai menyerang.

"Andai ... aja gue yang ada di sana," lirih Cara.

Cara tengah duduk di meja kerja. Posisinya membelakangi pintu, oleh karena itu Cara tidak sadar bahwa sejak tadi Momo tengah memperhatikannya di ambang pintu yang terbuka.

Momo yang terbiasa menjahilinya kini merasa iba. Rasanya tidak tega untuk mengisenginya lagi. Sebagai adik laki-laki Cara, Momo merasa kesal kepada Gala yang telah menyakiti kakak perempuannya.

Momo masuk ke dalam kamar. "Eiyooo!"

Momo terkejut ketika suaranya yang keluar terdengar bergetar seperti orang yang hendak menangis.

'Yeuu pita suara bangs*t,' batinnya.

Mendengar suara itu Cara langsung menyeka air matanya. Tanpa menoleh ke belakang ia menyahut, "Sana keluar!"

Momo tidak ingin mendekati kakaknya karena ia tahu bahwa Cara sedang menutup-nutupi mata sembapnya. Momo hanya duduk di tepi kasur.

"Gue turut berdukacita atas putusnya hubungan lo sama Gala."

Momo tulus mengatakannya. Namun, dia terlalu payah untuk menyusun kata-kata yang tepat sehingga perkataannya seperti sebuah ejekan bagi Cara, oleh karena itu Cara mengabaikannya.

"Puluhan tahun ke depan pasti si Gala udah aki-aki dan gue masih gagah perkasa, nanti gue bales dendam lo ke dia."

Momo menunggu sahutannya. Namun, Cara terus saja terdiam seperti hari kemarin. Momo benar-benar merasa kehilangan sosok kakak perempuannya yang emosian.

Momo bangkit dari kasur. "By the way, akhir-akhir ini gue kesepian karena lo terus-terusan menyendiri di dalem kamar. Gue harap hati lo cepet pulih, karena dengan sikap pendiem lo yang kayak gini gue ngerasa kalau lo bukan Cara yang gue kenal lagi." Momo pergi setelah mengutarakan perasaan hatinya ketika Cara berubah seperti ini.

Cara menoleh ke belakang. Benar juga, Momo tidak mempunyai teman lagi semenjak Riki pindah. Jadi, jika tidak Cara, Momo akan merasa bosan.

"Gue terlalu gampang dibaca buat berpura-pura."

To be continued

1×0=0 (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang